Action 17
The more it's remain unsaid the more we think that protects our feelings
When we become slowly burnt by an infinite pain
💙💙💙
Miles menyerbu ke dalam kamar, melompat ke tepi ranjang di mana kapten Zhang terikat dengan borgol.
"Kapten!"
Dia sempat kebingungan melepaskan borgol itu. Mendengar suara-suara, Kapten Zhang membuka matanya perlahan, berharap yang datang adalah Gong Jun.
Mungkin saja dia membatalkan niat pergi ke Macau dan kembali untuk menjemput dirinya. Tetapi sekali lagi itu hanya angan-angan kosong.
Pandangannya beradu dengan tatapan Miles yang diselimuti tanda tanya.
"A--apa yang terjadi? Eh, maksudku.." siapapun tahu apa yang mungkin telah terjadi. Miles tidak bisa menahan mata liarnya yang menelusuri jejak ciuman di seluruh bagian tubuh sang kapten.
"Apa yang kau lihat? Cepat bebaskan aku," kapten Zhang mendesah, ekspresinya didominasi kebosanan total.
Miles terbatuk-batuk.
"Kupikir aku harus menemukan kuncinya."
"Kuncinya ada di situ!" Kapten Zhang melirik ke bantal di antara selangkangannya.
"......"
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Lekas ambil kuncinya!" Kekacauan pikiran serta rasa kecewa terhadap sikap Gong Jun membuat emosi sang kapten menjadi tidak stabil.
"Tapi-- " Miles menelan ludah.
"Cepat! Jangan khawatir, aku masih mengenakan celana dalam."
Astaga!
Miles komat-kamit. Dengan tangan gemetar dia mengangkat bantal itu dan mengambil kunci borgol dengan sangat hati-hati agar tangannya tidak menyentuh bagian vital kapten Zhang.
"Jangan sampai menyentuh milikku," desis sang kapten, dingin dan tegas.
"I--iya.."
Setelah mengambil kunci di area berbahaya, Miles menghembuskan nafas lega dan mulai melepas borgol yang membelenggu tangan kapten Zhang.
Begitu dia terbebas dari belenggu, kapten Zhang segera meraih kemeja dan celana panjangnya, tapi belum sempat ia menyelesaikan, Inspektur Huang menyerbu masuk. Melihat kapten handal kebanggaannya tengah sibuk menutup resluiting di bawah tatapan terpana Miles, Inspektur Huang mengeluarkan bunyi tercekik dari tenggorokannya.
"Apa-apaan kalian?!"
Miles menoleh panik, "Jangan salah paham pak, aku baru saja membebaskan kapten."
"Zhehan, apa yang terjadi? Kenapa kau tergesa-gesa mengenakan pakaian?"
Kapten Zhang mengabaikan kepanikan rekan-rekannya dan melanjutkan memakai sepatu dengan santai.
"Sudahlah, ayo kita lekas tinggalkan tempat ini," dia berkata acuh tak acuh sambil mengalungkan id card di lehernya dan memasukan ponsel ke dalam saku.
"Katakan di mana Gong Jun? Penjahat itu sudah menarik komplotannya bukan?" Sembur inspektur Huang.
Mendengar nama Gong Jun kembali disebut, kapten Zhang menghentikan gerakannya. Kilasan luka melintas di wajah tampannya yang segera ia sembunyikan dengan memutar bahu dan berjalan keluar kamar.
"Dia sudah pergi," ia menjawab tanpa menoleh.
"Kita tidak akan menemukan apapun di sini."
"Tapi dia telah melakukan pelanggaran hukum dengan menculikmu," Miles mengikuti tergesa-gesa.
Inspektur Huang mengikuti di belakang mereka dalam langkah-langkah lebar. Dia menyisir area lain untuk menginstruksikan personel lainnya agar segera meninggalkan tempat itu.
"Aku baik-baik saja. Kupikir Gong Jun tidak terlibat dengan kasus pembunuhan balerina."
"Bagaimana kau bisa begitu yakin?"
"Bukankah kalian sudah menangkap pelakunya?"
Miles mensejajari langkah sang kapten dan menjawab, "Ya. Tapi pelaku mengatakan bahwa seseorang telah membayarnya. Polisi harus menangkap hingga ke akar."
"Aku setuju. Tapi orang yang membayarnya bukan Gong Jun," kapten Zhang bersikeras.
Miles hanya mengangkat bahu. Mereka tidak bicara lagi hingga mencapai halaman rumah. Kapten Zhang menoleh sekali lagi ke arah rumah pantai sebelum masuk ke dalam Mercedes hitam yang dikemudikan Miles. Inspektur Huang segera bergabung dengan mereka dalam satu mobil.
Ada perasaan melankolis membanjiri dadanya. Meskipun hanya beberapa hari di dalam sana, kapten Zhang telah menyimpulkan segalanya dalam sekilas, ketika yang lain masih merasa samar-samar tentang apa yang terjadi padanya, tetapi untuknya -- tidak sama sekali. Dia telah menemukan seseorang yang dicintainya melalui cara dan proses yang tak pernah ia bayangkan.
Semua personel polisi telah masuk ke dalam mobil setelah mereka menyadari tak ada apa-apa di dalam rumah pantai. Sungguh mengherankan jika rumah seindah itu dibiarkan tanpa penjagaan. Mungkin Gong Jun tidak terlalu peduli untuk menjaga aset, tapi itu sama sekali bukan urusan mereka. Sekarang yang terpenting adalah kapten Zhang sudah kembali dengan selamat.
Dua mobil itu melaju beriringan melewati gerbang rumah pantai. Kapten Zhang bersandar di kursi belakang dan meletakkan kaki panjangnya dengan santai. Dia mengabaikan beberapa pertanyaan Miles dan menatap untuk terakhir kali pada bangunan sunyi yang menyimpan kenangan.
Ketika mobil melewati garis pantai, pantulan cahaya matahari siang dari permukaan air menerobos masuk melalui jendela mobil sehingga mengeluarkan warna yang indah, memantul di wajah sang kapten membuat matanya sedikit biru kontras dengan wajah putih yang cemerlang.
Miles memandang kapten Zhang sekilas lalu melanjutkan mengemudi, memikirkan apa yang telah dialami sang kapten sehingga ia melihat kemurungan membayang di matanya. Kemudian ia teringat kembali jejak ciuman yang bertebaran di dada, leher dan tubuh sang kapten. Tenggorokan Miles mendadak kering dan perutnya melilit geli.
Jangan-jangan... Uppss!
Dia meringis sendiri dan menghalau pikiran sesat itu dari kepalanya.
Kapten Zhang menarik nafas berat dan panjang, menatap hampa pada hamparan lautan. Dia tidak bisa merasakan apapun saat ia mendapatkan kebebasan yang ia harapkan siang dan malam. Tatapan dan juga pikirannya hampa.
Yang tersisa hanyalah rumah yang kosong, jalan yang sunyi, dan sebuah luka di dalam hati.
🏖️🏖️🏖️
Tidak banyak yang dibicarakan sepanjang perjalanan menuju kantor polisi. Beberapa orang wartawan terlihat berlalulalang di depan markas polisi, mereka yang meliput tentang penculikan kapten polisi kini bersemangat memburu berita atas kembalinya sang kapten dari tangan si penculik. Kapten Zhang menyingkir dari kejaran beberapa orang wartawan surat kabar yang mencoba mengajukan berbagai pertanyaan.
“Tidak ada komentar,” ia memutus semua komunikasi dengan wartawan dalam satu kalimat singkat yang diucapkan dengan kesal. Miles berusaha menghalau para wartawan sementara sang kapten bergegas masuk ke kantor polisi.
Markas terasa terlalu ramai bagi kapten Zhang yang kembali bergabung dengan rekan satu tim di dalam ruangan. Beberapa rekan dari divisi lain menepuk bahu dan menyampaikan rasa senang atas kepulangannya.
Kapten Zhang melewati banyak basi basi yang menyiksa dan kini ia bisa duduk sendiri dalam hening di mejanya yang dipenuhi tumpukan file. Dia menatap tanpa minat pada setumpuk pekerjaan, kemudian menahan nafas dengan pelan.
Apakah tidak ada pilihan lain selain harus berpisah?
Lagi-lagi pikirannya kembali pada Gong Jun. Merasa belum siap kembali pada rutinitas dan tekanan pekerjaan, sementara benaknya mungkin memiliki delusi yang parah akan kehadiran Gong Jun yang selalu membayang. Kapten Zhang takut dia akan mengalami paranoia dan gangguan kecemasan.
Inspektur Huang bergabung dengannya di ruangan sambil membawa dua cangkir Americano.
Pria setengah baya itu berkata santai, "Inilah yang kukhawatirkan saat melihat kondisimu di rumah pantai itu. Kau tidak memiliki ekspresi emosional sekarang. Penjahat itu tidak bermaksud membunuhmu, dia ingin mengubahmu menjadikanmu polisi sembrono yang bercitra buruk."
Kapten Zhang menundukkan kepalanya dan memutar gelas kopi. Secara teori, atasannya mungkin benar, tapi dia terjebak dalam hal lain sekarang.
"Jadi, katakan apa yang kau alami di sana."
"Tidak ada yang terjadi, aku baik-baik saja," kapten Zhang berkata pelan.
Inspektur Huang menatap skeptis.
"Kau memiliki petunjuk kemana dia pergi?"
"Dia mengatakan akan pergi ke Macau untuk urusan bisnis. Tapi kupikir kita melakukan satu kesalahan dengan mencurigainya."
Inspektur Huang mengambil nafas dalam-dalam dan berkata, "Semua penjahat harus dihukum."
Kapten Zhang menatapnya dalam diam dan membalas dengan suara dalam.
"Pak, aku ingin memberimu sebuah nasihat. Sebaiknya kita fokus pada pelaku yang telah ditahan. Tidak mudah menangkap Gong Jun. Bermain-main dengannya sama saja dengan bermain dengan kematian."
Inspektur Huang mendengarkan dengan cermat, kemudian mengangguk-angguk.
"Aku akui akan sulit bagi kita untuk menangkapnya saat ini karena kurangnya bukti. Tapi aku akan mencari bukti kuat bahwa dia ada di balik pembunuhan balerina, dan satu lagi. Seorang pengacara telah dikirim seseorang untuk membela pelaku. Siapa yang begitu murah hati membayarnya?"
Kapten Zhang menghirup kopinya, tidak membalas ucapan Inspektur Huang dan tidak menunjukkan minat tentang hal itu. Dia mulai memeriksa ponselnya yang baru saja kembali ke tangannya. Gong Jun telah mematikan ponsel itu selama tujuh hari dan ketika benda itu menyala dia menemukan puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari Ju Jingyi.
Keningnya berkerut dalam, dia baru akan menaruh kembali ponsel ketika Ju Jingyo mencoba menghubunginya kembali.
"Ya Hallo?" Dengan sangat terpaksa, kapten Zhang menjawab panggilan.
"Zhehan," akhirnya Ju Jingyi merasa lega karena bisa mendengar suara tunangannya kembali.
"Kudengar dari Miles kau telah kembali ke markas dengan selamat."
Kapten Zhang memutar bola mata, Miles sialan itu. Biang gosip.
"Hmmm.."
"Bagaimana keadaanmu? Apa penjahat itu melukaimu?"
Tidak bisa dianggap melukai fisik. Tetapi dia telah melukai hati dan juga harga diri hingga ke tahap parah. Kapten Zhang merenung dalam hening.
"Aku baik-baik saja," akhirnya dia menjawab.
"Aku lega mendengarnya. Kau bisa saja mati. Tapi keyakinanku sangat kuat, kau seorang polisi handal dan bisa mengatasinya."
Ju Jingyi terlalu berlebihan menilai dirinya. Kapten Zhang merasa tidak sehebat itu.
Ju Jingyi mengajukan banyak pertanyaan yang membosankan padanya dan berkata bahwa dia tengah berada di luar. Gadis itu mengatakan bahwa ia akan mampir ke kantor polisi untuk menemuinya, memastikan bahwa dia baik-baik saja.
Tepat sebelum panggilan berakhir, Ju Jingyi berbisik mesra di telepon.
"Aku merindukanmu, Zhehan. Bagaimana denganmu, apa kau merindukanku juga?"
Seketika, kapten Zhang kehilangan kata-kata. Dia tak tahu harus menjawab apa dan tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Matanya terpejam, membayangkan raut wajah Gong Jun yang menguap menjadi kabut putih.
Ya. Aku merindukanmu Gong Jun...
Dia meneruskan dalam hati, matanya perlahan memanas.
"Sampai jumpa," ia memutuskan tidak menjawab pertanyaan Jingyi dan menutup telepon.
Sebagai hadiah atas kepulangannya, kapten Zhang keluar markas lebih awal. Ketika Jingyi datang menemuinya, gadis itu mengajaknya makan siang dan minum kopi di sebuah kafe kemudian mengantar sampai ke apartemennya.
"Bolehkah aku menemanimu sebentar lagi di apartemen?" Gadis itu bertanya ketika mobil berhenti di pelataran parkir.
Kapten Zhang menghela nafas panjang. Jujur dia merasa sangat lelah hari ini, dan untuk beberapa alasan, ia kehilangan semangat. Ada beberapa hal telah berubah tanpa ia sadari. Dulu ia akan dengan senang hati melewati hari demi hari ditemani Jingyi. Tetapi saat ini dia hanya ingin sendiri. Larut dalam tidur panjang dimana ia bisa meraih hari-hari terakhir di rumah pantai melalui sebentuk mimpi indah.
"Maaf Jingyi, tapi aku ingin istirahat," kapten Zhang terkejut betapa dia merasa tidak bersalah saat mengatakan ini. Apakah hatinya benar-benar telah mengabaikan sang tunangan? Apakah dia tidak mencintai Jingyi lagi, ataukah sejak dulu dia memang tidak mencintai gadis itu. Mereka melewatkan momen dan kebersamaan, merasa nyaman dan salah paham menganggap bahwa itu adalah cinta.
Apapun argumen yang coba ia pikirkan dan seberapa mesra Ju Jingyi menatap dan memeluknya, kapten Zhang tidak bisa mengembalikan lagi perasaan nyaman seperti dulu.
Semua ini gara-gara Gong Jun menjengkelkan itu, dia mendesah putus asa dalam hati seraya membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Berani-beraninya dia melakukan ini padaku. Jika suatu hari kami bertemu lagi, aku bersumpah akan membuatnya tidak bisa meninggalkanku.
"Baiklah. Istirahat yang banyak. Mungkin besok malam kita bisa makan malam romantis," Jingyi melambai lewat jendela.
Kapten Zhang tersenyum hambar.
🏖️🏖️🏖️
Di suatu tempat di Macau, Gong Jun bersandar pada railing balkon sebuah hotel mewah, menatap langit malam berbintang. Tangannya memutar-mutar goblet berisi sampanye yang berbuih-buih. Senyum tipis menggantung di sudut bibirnya yang seksi.
Apa yang sedang dilakukan kapten cantik itu, mungkin sekarang dia tengah berpesta merayakan kebebasannya, atau mungkin mabuk hingga pingsan menangisi patah hatinya.
Gong Jun meneguk sedikit sampanye, memejamkan mata sejenak dan menghirup udara malam Macau. Kala matanya terpejam, ada bayang wajah Zhehan di sana, jauh di belakang kepalanya. Ekspresi marahnya yang khas, kata-kata pedas, umpatan kebencian, hingga kepura-puraannya yang menggelikan. Di satu sisi dia terkadang seperti kucing jinak yang merangkak mencari perhatian dan perlindungan, kemudian berakhir dengan momen bercinta yang panas dan tak terlupakan. Sungguh kombinasi menarik yang bisa mengguncang hati siapapun bahkan yang sangat tangguh.
Kini, apakah kapten kesayangannya itu masih memikirkan dirinya? Ataukah dia melupakan dengan cepat kenangan bersama penjahat yang ingin ia tangkap, dan kembali ke pelukan tunangannya.
Gong Jun menghabiskan sisa sampanye. Tiba-tiba merasa sangat marah tanpa sebab. Dia membiarkan goblet itu meluncur dari jemarinya dan jatuh pecah ke lantai.
Tangannya meraih ponsel di dalam saku jas, menekan nomor seseorang.
"Wen Yuan," ia berkata tegas pada asistennya. Wen Yuan masih berada di East Hampton dan tidak ikut dalam bisnis trip ke Macau. Pemuda itu dia berikan tanggung jawab untuk mengawasi pergerakan kapten Zhang serta perkembangan kasus pembunuhan oleh anggota The Crow.
"Ya boss," Wen Yuan menyahut siaga.
"Foto-foto yang kau perlihatkan waktu di rumah pantai, apakah kau masih menyimpannya dengan baik?"
"Ya, haruskah aku menyerahkannya pada polisi?"
"Tentu. Foto itu bukti bahwa aku tidak terlibat di balik pembunuhan balerina. Kau harus pastikan pengacara kita bisa meringankan hukuman William dan pastikan si tolol itu tidak menyebut-nyebut namaku atau namamu."
"Aku akan menanganinya."
"Satu lagi, minggu depan ketika bisnis tripku selesai. Kirim foto itu ke markas polisi East Hampton. Jangan biarkan siapapun tahu siapa yang mengirimkannya ke sana. Pastikan Inspektur Huang dan juga kapten Zhang melihat foto-foto itu."
"Laksanakan, boss!"
Gong Jun mengakhiri pembicaraan dengan satu senyuman misterius terwujud di wajah malaikatnya. Sekali lagi ia mendongak menatap langit, saat ia melihat kerlip bintang-bintang, saat itu juga ia teringat keindahan sepasang mata kapten Zhang.
Zhehan, bintang-bintang di langitku sangat cemerlang, bagaimana dengan bintang di langitmu?
🏖🏖🏖
Semua akan bersatu pada waktunya
Semangat !
To be continued
Vote and comment if you like it
Salam Langlangding💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro