Action 11
Accidentally Walk Into Your Gentle Trap
Rumah pantai dicekam kesunyian. Para penjaga berlalu lalang tanpa tujuan, sebagian terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Di tiap ruangan ada satu penjaga dan terkadang mereka bermunculan dari arah mana saja.
"Oh Tuhan," gumam kapten Zhang begitu ia memberanikan diri keluar kamar setelah jam makan malam.
"Apa mereka mau demonstrasi?"
Sang kapten meringis ngeri, semenjak usaha melarikan diri yang sia-sia, nampaknya Gong Jun menambah personel penjaga dan memperketat aturan.
"Apa yang akan terjadi padaku," mendesah putus asa, dia duduk sendiri di ruang tengah, merasa lelah yang tak wajar. Kepalanya bersandar santai dengan kedua lengan terlipat di dada.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Bukankah Zhou Ye pernah mengatakan ingin mengajaknya dalam tantangan minum. Apa yang terjadi dengan keberanian gadis itu? Apa dia berubah takut dan melupakannya.
Kapten Zhang gelisah dalam duduknya. Ini sudah hampir pukul sembilan malam dan ia dibiarkan sendirian, Gong Jun bahkan berhenti mengajaknya bertengkar.
Kebanyakan pria yang ada di rumah pantai sibuk bermain kartu dan minum-minum, semakin beranjak malam semakin suasana rumah terasa kosong. Dari arah bar, ada tawa samar, kadang sunyi sebentar. Sesekali gonggongan anjing peliharaan Zhou Ye menyela di kesunyian.
Hanya buang-buang waktu saja, kapten Zhang mondar mandir di ruangan tengah yang luas.
"Tunggulah di sini, aku akan menemui kapten galak itu," terdengar suara khas milik Gong Jun diantara suara-suara lain. Kedengarannya dia bicara pada seseorang, mungkin pada Zhou Ye.
Suara itu disusul derap langkah kaki menuju ruangan tempatnya berada. Suara Gong Jun memicu aliran adrenalin yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Tapi kali ini kapten Zhang tidak semarah sebelumnya terhadap apa yang akan dilakukan Gong Jun. Dia lebih takut bagaimana ia akan bereaksi pada penjahat tampan itu.
Untuk sedikit melambatkan detak jantungnya, dia berjalan pelan-pelan mengitari sofa.
"Apa yang membuatmu lama?" tanya Gong Jun sewaktu tiba di ruangan tersebut.
"Apa maksudmu?" bukannya marah seperti biasanya, kapten Zhang malah bingung.
"Aku dan Zhou Ye menantangmu minum jika kondisimu sudah pulih. Kami menunggumu sejak tadi di bar. Bukannya menghadapi tantangan, kau malah sembunyi di sini."
"Aku sudah sembunyi di rumah pantai terkutuk dan terpencil, bagaimana bisa sembunyi lagi!" Kapten Zhang menggertakkan gigi. Dia mundur saat Gong Jun maju Beberapa langkah merapat padanya.
"Hanya akan memakan waktu sejam atau mungkin kurang," Gong Jun menghujamkan tatapan hitamnya.
"Keuntungan apa yang akan kudapat jika memenangkan tantangan minum ini?" suara kapten Zhang tiba-tiba mulai gugup dan kacau oleh semangat.
"Tentu saja kebebasan," Gong Jun menyahut enteng. Senyumnya terkadang membuat seseorang merasa begitu istimewa, tetapi di lain waktu, sikapnya menunjukkan bahwa tak ada seorang pun yang cukup berarti baginya sehingga tak layak untuk terus dipertahankan. Kapten Zhang tahu dengan baik bahwa peluangnya memenangkan tantangan minum tidak besar, namun bukan tidak mungkin.
"Tidak buruk. Aku setuju," ia mempertahankan keangkuhan dalam nada bicaranya. Gong Jun menyeringai sekilas sebelum berbalik pergi. Punggung tegapnya menghilang ke arah bar, menawan meskipun dilihat dari belakang. Kapten Zhang menatapnya lama, dia seharusnya senang setengah mati karena ada kemungkinan bebas dari cengkeraman penjahat cabul ini.
Tapi, mengapa hatinya dipenuhi perasaan tanpa nama, dan sulit didefinisikan?
🏖️🏖️🏖️
Bar sudah dikosongkan dari kehadiran para penjaga. Di kursi yang berjajar hanya ada Gong Jun, Zhou Ye, Wen Yuan dan Zhang Zhehan serta seorang pelayan di balik meja bar yang telah menyiapkan beberapa botol minuman keras dari berbagai jenis dan merk.
Dengan luwes, si pelayan mengisi tiga gelas yang berjajar dengan es batu dan cairan sampanye yang berbuih dan dipenuhi kristal-kristal jernih.
Aroma minuman yang misterius mengisi seluruh ruangan. Hanya Wen Yuan yang tidak ikut minum. Dia di sana untuk berjaga-jaga, pandangannya tidak lepas dari kapten Zhang, seakan mengantisipasi jika suatu saat sang kapten muntah-muntah seperti anak kecil.
Tatapannya cukup meremehkan dan kapten Zhang balas melirik galak.
Setelah masing-masing menghabiskan tiga gelas, Zhou Ye mulai mengurut kepalanya sementara matanya berkedip-kedip ganas.
"Astaga, kapan terakhir kali aku minum.." ia mengeluh pada diri sendiri, namun masih berjuang untuk terus minum. Di kursinya, Gong Jun masih duduk anggun, mengosongkan gelas demi gelas seperti minum air mineral biasa, sesekali dia mencuri pandang pada Zhang Zhehan dan ketika sang kapten tidak sengaja melihat padanya, ia mengedipkan mata nakal. Isyarat yang menggetarkan dan membangkitkan hati seseorang.
Kapten Zhang berjuang untuk tetap tenang di tengah lonjakan panas dari pengaruh alkohol. Dia kehilangan hitungan, entah berapa gelas yang sudah ia habiskan.
"Gadis payah," ia melirik Zhou Ye, menyeringai miris.
Sebelum tengah malam, Zhou Ye sudah jatuh tertidur dan Wen Yuan mengangkat tubuh gadis itu.
"Bawa dia ke kamarku," Gong Jun berkata masih dalam kesadaran yang baik.
Kapten Zhang melayangkan tatapan tajam, matanya mulai berkunang-kunang tapi ia berjuang untuk tetap sadar. Dia ingin tahu apakah Gong Jun akan memasuki kamarnya dalam keadaan mabuk. Pria tampan itu selain sudah menyiksanya dengan pelecehan juga terus menyerang mentalnya. Dia membawa pacar tapi juga memaksa dirinya tinggal bersama sebagai tawanan.
Keparat! Kapten Zhang mulai ragu apakah dia bisa keluar dari rumah pantai ini dalam kondisi masih waras. Tetapi dia harusnya lega sekarang. Pria mematikan itu sudah tidak melecehkannya semenjak dia nyaris tenggelam di laut. Mungkin ia sudah bosan dengan dirinya dan menemukan mainan kesayangan baru.
Ah! Sial! Kenapa jadi melankolis?!
Kapten Zhang menenggak anggur, mengosongkan dua gelas lagi. Tidak ada yang bisa ia lakukan, paling tidak -- mabuk bisa membuatnya tidur.
Begitulah.
Ketika kapten Zhang melangkah terhuyung-huyung meninggalkan meja bar, dia menoleh sekali lagi pada Gong Jun, mendesis kasar.
"Kau sudah lihat kemampuan minumku, aku masih sadar dan normal sampai sekarang."
Gong Jun tersenyum, turun dari kursi bar dengan anggun.
"Kau begitu niat ingin bebas dari rumah ini. Aku harus menghargai usahamu. Jadi, pergilah tidur. Besok aku akan memikirkan kembali tentang kebebasanmu."
Kapten Zhang mendelik, mengulurkan tangan, dia menghambur ke depan mencengkeram leher Gong Jun.
"Memikirkan kembali? Penipu licik! Kau harus membebaskanku besok."
Gong Jun tidak berusaha melawan, hanya menatap mata kemerahan di depannya, sangat dalam.
"Begitu bencinya kau padaku," ia menggumam.
"Ya! Kau menjijikkan!"
Dengan satu hentakan, Gong Jun menyingkirkan cengkeraman tangan kapten Zhang di lehernya.
"Tentu saja kau bisa pergi dari sini, jika kau bisa melakukannya. Lihat dirimu! Apa kau yakin masih bisa berdiri tegak hingga besok."
"Kenapa tidak?" Kapten Zhang menyeringai.
"Baiklah kalau begitu," Gong Jun mengangkat bahu. Memutar tubuhnya, di berjalan ke satu arah, dia masih sangat jernih meski sudah banyak minum. Toleransinya terhadap alkohol sangat luar biasa.
"Mau kemana kau?" Kapten Zhang tidak tahu mengapa ia bertanya. Menangkap bayangan punggung Gong Jun yang semakin mengabur.
"Ke kamarku tentunya, Zhou Ye sudah menunggu," Gong Jun menoleh sekilas, "Aku harus tidur bukan? Malam sudah larut."
Wajah kapten Zhang memerah dalam hitungan detik, tiba-tiba dia menyerbu lagi ke arah penjahat tampan itu.
"Tunggu!"
Dia mencengkeram bahu Gong Jun dari belakang, memutarnya kasar, kemudian dengan kecepatan maksimal melayangkan tinjunya ke wajah Gong Jun. Dengan mudah Gong Jun menghindari serangan, meskipun kuat, tapi kapten Zhang sebenarnya mabuk, jadi gerakannya masih bisa ia atasi. Dia melemparkan tangan Zhang Zhehan, memegangnya erat dan tidak membiarkannya lepas.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku ingin menghajarmu!" Kapten Zhang menggeram. Dia mengangkat lututnya, menyerang alat vital Gong Jun. Si penjahat tampan menahan dengan kedua telapaknya, mendorong sang kapten sekuat tenaga hingga terhuyung-huyung. Sosok kapten Zhang bergerak gesit menyeimbangkan tubuh, lantas menyerbu lagi membabi buta, pandangannya semakin kabur.
"Biar kuajari kau beberapa gerakan," Gong Jun melompat ke samping, mengulurkan tangan dengan cepat, menyelipkannya ke pinggang ramping Zhang Zhehan. Dia mengarahkan tenaga untuk melumpuhkan petugas mabuk itu, menyentakkan bahunya hingga turun dan memiting lengan ke belakangnya.
Dalam posisi berkelahi pun, Gong Jun membungkuk ke wajah kapten Zhang, mengamati cuping telinganya, lantas mengulurkan lidah dan menjilatnya.
Wajah kapten Zhang semakin memerah. Gong Jun berdiri tepat di belakangnya, satu tangan memiting tangan sang kapten, dan satu tangan dengan lembut merangkul pinggangnya. Posisi yang agak berlebihan untuk dua orang yang berkelahi, sesaat kapten Zhang lupa melakukan perlawanan dan hanya berdiri bengong. Bahunya turun dengan lemas, dan ia merasa kepalanya semakin berputar-putar.
"Kenapa kau menggangguku? Aku sudah mengizinkanmu pergi," bisik Gong Jun di telinganya.
"Tscihh! Siapa mengganggu siapa?! Selama ini kau yang selalu menggangguku!" suaranya suram namun penuh kemarahan.
"Sepertinya kau tidak menginginkan aku tidur di dekat Zhou Ye," Gong Jun menyusuri leher kapten Zhang dengan bibirnya, lantas melepaskan pegangan kuat pada tangannya. Dilepaskan begitu saja setelah dipeluk, kapten Zhang merasa terhina. Dia mundur selangkah, menunjuk ke hidung Gong Jun.
"Apa peduliku! Aku bersumpah akan meninggalkan tempat terkutuk ini untuk selamanya."
"Sudah kubilang, itu bisa kau lakukan jika kau kuat."
"Aku sangat kuat dan sehat," ia membentak si penjahat, kasar dan tak terkendali.
"Lalu aku akan kembali untuk membalas semua penghinaanmu!"
"Uppss!!" Gong Jun terbelalak, ia menutup mulutnya spontan.
"Menakutkan sekali," ia meringis, mengejek, membuat darah kapten Zhang mendidih.
"Sebelum hal itu terjadi, sebaiknya aku harus mencegahmu dari sekarang. Kau sangat kuat bukan, jadi kau tentu bisa menahan aksiku."
Kali ini, wajah kapten Zhang memucat seperti hantu. Dia tiba-tiba mengerti apa yang dimaksudkan oleh Gong Jun.
"Tidak! Tidak!" Ia meronta ketika penjahat tampan itu menarik bahunya. Dia sudah mabuk dan lemas, tidak mungkin baginya menang melawan Gong Jun yang masih segar bugar dan memiliki daya tahan melampaui rata-rata.
"Aku memiliki banyak kamar dalam rumah ini," Gong Jun memeluk erat-erat tubuh pria tampan yang masih meronta.
"Katakan kau mau di mana?"
Kapten Zhang ingin meludahi wajah mempesona yang menatapnya liar dan penuh hasrat. Gong Jun tidak menutupi keinginannya kali ini, bahkan terlihat lebih bersemangat. Mungkin karena ia merasakan, secara naluri, bahwa Zhang Zhehan mulai melibatkan emosinya.
"Apa kau benar-benar sudah pulih sejak tenggelam hari itu?" Ada jejak ketulusan dalam nada bicara Gong Jun.
Kapten Zhang membalas dengan tatapan aneh, tubuh keduanya terjalin dalam pelukan erat. Dia disuguhi ketampanan Gong Jun dari jarak dekat dan itu sangat menyilaukan. Terlebih, kenapa penjahat ini mulai peduli padanya?
Dia pasti tengah merencanakan siasat busuk lainnya. Kapten Zhang ingin membentak dan mengumpat, tapi naluri bertindak sebelum akal sehat, tiba-tiba saja dia menjawab.
"Ya. Aku pikir aku sudah baik-baik saja.." kapten Zhang mengutuk mulut binalnya dan ingin menggigit lidah sendiri. Kata-kata ini secara tidak langsung mengundang naluri predator Gong Jun.
Benar saja. Senyum merekah di wajah malaikat itu yang membuat kapten Zhang tercengang dan melongo. Dia mengangkat tubuh sang kapten, membawanya ke satu kamar tidur luas bernuansa serba biru. Ada banyak kamar di rumah ini dan ia tidak tahu bahwa ini salah satu kamar favorit Gong Jun.
Seperti badai, dia menghempaskan tubuh mabuk sang kapten ke atas tempat tidur mewah bersprai biru, menekannya dengan penuh semangat. Bibir seksinya terbang melintasi leher, dagu, wajah dan melumat bibir kapten Zhang yang tidak siap dan masih terengah.
Sensasi berputar-putar akibat alkohol di kepalanya, serta rangsangan hebat dari aksi Gong Jun membuat roh Zhang Zhehan serasa terbang ke atas awan. Seluruh langit berputar, membuatnya pusing, dan ia mengerang kesakitan, sekaligus merasakan kenikmatan.
Gong Jun membuka seluruh pakaian keduanya hingga tak ada yang tersisa.
Ciumannya turun ke dada, perut, dan bagian penting lainnya.
"Aku akan pastikan kau tak bisa bangun besok pagi," Gong Jun menyeringai licik.
"Bahkan jika pintu gerbang terbuka seharian, aku akan membuatmu tetap tinggal."
Astaga!
Jadi ini akal-akalan Gong Jun! Trik busuk! Bagaimana dirinya bisa begitu bodoh. Kapten Zhang seketika menjadi panik. Dia mencoba menyingkirkan tubuh Gong Jun yang menindihnya. Tapi Gong Jun malah memainkan lidahnya di mana-mana. Seperti lintah yang gesit.
Sebelum ia kehilangan kendali dan kewarasannya, kapten Zhang mencoba untuk bicara. Dia mengumpulkan segenap kebencian dan bersiap mengumpat, tapi hanya suara lirih yang lahir dari mulutnya.
"Jadi, kau melakukan ini hanya ingin membuatku sakit? Kau -- sama sekali tidak memiliki perasaan.. "
Gong Jun mengangkat kepalanya, mendekati wajah kapten Zhang yang memelas. Rona mesum memancar dari wajah sempurna yang membuat sang kapten kehilangan kemampuan untuk membenci.
"Apa sekarang itu penting bagimu?" Dia berbisik, sementara tangannya terus beraksi, berkeliaran di seluruh bagian sensitif.
"Aku bersumpah aku akan pergi, bahkan jika kau mematahkan pinggangku malam ini," kapten Zhang bicara tersendat-sendat.
"Cobalah!" Senyuman Gong Jun setenang biasanya.
"Aku juga bersumpah, saat pagi datang, kau akan melupakan keinginanmu untuk pergi."
Tidak ingin membuang waktu lagi serta tidak berniat mengendalikan hasrat liarnya, Gong Jun kembali beraksi. Dia menciumi seluruh tubuh sang kapten yang langsung gemetar, semua pemberontakan hilang bersamaan dengan sensasi panas yang meningkat.
Pikirannya semakin tersapu badai ketika Gong Jun mulai memasuki dirinya seraya berkata perlahan.
"Bukankah sudah kubilang, aku mencintaimu, kapten yang manis..."
Kapten Zhang kehilangan kata-kata. Dia hanya membisu, memejamkan mata, berjuang menarik kembali rohnya yang sudah ke awang-awang. Tapi ia tidak berhasil menjangkaunya kembali. Dia sudah kehilangan segalanya sekarang, sentuhan Gong Jun membuatnya merasakan banyak emosi. Kebencian, kesedihan, dan cinta.
🏖🏖🏖
Duhh gimana donk? 🏃🏃🏃
Halo Langlangding family, maaf yaa kalau story ini boring. Ini hanya untuk menyalurkan halu tingkat tinggi. Jadi lebih banyak romance daripada kasusnya. Mwehehehee...
To be continued
Vote and comment really appreciate
💙💙💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro