Kamar kost nomor 3
Kamu penghuni kost baru di lantai dua. Di sana hanya terdiri dari tiga kamar. Masing-masing memiliki nomor satu sampai tiga. Karena kebetulan nomor satu kosong, kamu memilih kamar itu saat kost di sini.
Penghuni kamar dua selalu pulang malam karena bekerja. Sialnya, kamu seorang pengangguran sehingga kegiatanmu di tempat baru terlihat membosankan.
"Kamu tidak jalan-jalan?" tanya penghuni kost nomor dua. Ia melepas sepatunya, baru pulang kerja rupanya.
"Tidak, lagian ini sudah malam. Kamu selalu pulang malam, ya?"
Ia menggedik dan segera memasuki kamar kostnya setelah menjawab pertanyaanmu. "Ya, begitulah."
Tak lama setelah itu, kamu kedatangan seseorang. Penghuni kost di lantai satu, salah satu teman barumu di sini.
"Kenapa kau cemberut?" Ia duduk di lantai sepertimu.
Kau berdecak. "Kamar nomor dua penghuninya sombong sekali. Aku tidak suka. Dia tidak ramah karena hanya berbicara sedikit saja padaku." Suaramu seperti orang berbisik. Untungnya, temanmu masih memiliki pendengaran yang bagus.
Ia mengangguk. "Iya, dia memang begitu kepada orang baru. Kalaj sudah kenal dekat juga pasti kelihatan aslinya bagaimana."
"Tapi di kamar tiga orangnya baik padaku. Dia juga ramah sekali. Bahkan, dia selalu memiliki topik pembicaraan."
"Kamar kost 3?"
"Iya. Perempuan cantik itu, pasti kamu mengenalnya. Namanya Sedayu."
Ia melotot ke arahmu, netranya kemudian bergulir ke kamar nomor tiga. Tampak jendela tanpa gordin itu memperlihatkan seorang wanita tengah tersenyum padanya.
Mulut temanmu tak berhenti terbuka sampai kamu mengejutkannya. "Kenapa hei?!" Kamu mengikuti arah pandangnya. Terlihat tak ada apapun, tapi kamu merasa aneh karena sikap temanmu seperti ketakutan.
"Aku pergi dulu." Ia terbirit-birit membuat kerutan di dahimu semakin nampak.
Kamu mendengkus kemudian melanjutkan lamunan yang sempat tertunda.
"Kamar nomor tiga tidak berpenghuni."
Kamu dikagetkan oleh suara penghuni kamar dua yang ternyata sudah membuka pintu sejak tadi.
"Maksudmu?" Tentu saja kamu heran.
"Sedayu sudah mati. Kamu hanya berbicara dengan arwah penasarannya saja."
Sialnya, dia menutup pintu sebelum kamu membalas ucapannya.
"Aku masih hidup. Tidak usah percaya dia, aku akan membunuhnya jika dia masih mengganggumu seperti tadi." Sedayu, penghuni kamar tiga tiba-tiba berada di sisimu.
"Ak—" Belum sempat kamu menyelesaikan kalimatmu. Suara teriakan terdengar di kamar nomor dua.
Tanpa pikir panjang, kamu berdiri dan mendobrak pintu nomor dua. Penghuninya sudah terkapar di lantai dan bersimbah darah. Di samping kepalanya, berdiri Sedayu yang tertawa ke arahmu. Padahal, perempuan itu tadi sedang bersamamu.
"Lihat? Dia sudah mati. Kamu tidam usah khawatir."
Kamu mulai menyadari, bahwa Sedayu memang sudah mati dan menjadi roh jahat yang dapat membunuh manusia.
[]
Selamat siang. Menjelang Ramadhan, apa kalian pernah menyangka hari ini akan terjadi? Seperti, menyambut Ramadhan tahun ini tidak bisa ke mana-mana, misal?
Apalagi, setelah diberlakukan PSBB di Bandung Raya, aku jadi harus mengungsi:"
Bandung, 22 April 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro