Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

0 1 - pt III

Zavrlina menatapi kamarnya sekali lagi. Sebelum melakukan pendakian yang memakan waktu selama 2/3 hari. Ini kali pertama Zavrlina mendaki dan sudah mendaki gunung selama itu. Dan ia tidak tahu akan jadi seperti apa ia disana nanti. Ia hanya berharap bahwa semuanya akan baik baik saja. Ia mengecek semua bawaannya. Pakaian dan obat obatan yang sekiranya ia perlukan.

Ia menutup pintu dan berjalan turun menuju ruang keluarga. Waktu menunjukan pukul 05:00 pagi. Zavrlina melihat adiknya telah siap dengan orang tua mereka yang mengecek keperluan anak laki laki mereka itu. Disana, berdiri Zade yang menyenderkan diri di dinding dekat televisi. Saat merasakan kehadiran Zavrlina, Zade langsung berjalan kearah gadis itu sambil tersenyum. Zavrlina membalas senyuman Zade dan memeluk laki laki itu. "Maafkan aku tidak bisa ikut." Kata zade. "Tidak apa, pekerjaan mu lebih penting." Kata Zavrlina. Zade menatap gadis di depannya dengan terkagum. Terkadang ia bingung, mengapa ia tidak menjadikan wanita ini miliknya, ia tidak perlu khawatir dengan Zavrlina yang hanya menginginkan uangnya, karena ia tahu Zavrlina.

"Zade, apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan Zavrlina membawa Zade kembali kedalam kesadarannya. "Kau." Kata Zade, Zavrlina mendengus dan memukul pelan tangan Zade. Zavrlina berjalan kearah orang tuanya. "Lihat, lihat, sang induk telah keluar dari sarangnya." Kata Nyonya Sue, Zavrlina memanyunkan bibirnya. "Sebaiknya kita berangkat, tidak mau tertinggal kerera kan." Kata Tuan Sue. Semua memgangguk dan mulai memasuki mobil. Zade membawa mobilnya, Zavrlina duduk di sebelahnya sedangkan Tobias duduk di antara Tuan dan Nyonya Sue di kursi bagian belakang. 30 menit kemudian mereka sampai di stasiun kerera. Kemarin, Zavrlina dan Tobias berkumpul dengan pendaki lain dan melakukan briefing. Pukul 06:00 pagi kereta mereka akn berangkat, membawa mereka ke daerah dimana gunung yang akan mereka daki. "Ibu." Rengek Zavrlina, ia bukan tipe gadis yang dapat di pisahkan dengan ibunya dengan jangka waktu yang lama maupun jarak yang jauh.

"Astaga, Zavy, kau sudah 21 tahun, kelakuan mu masih saja seperi anak berumur 5 tahun." Protes Nyonya Sue. Zavrlina lagi lagi memanyunkan bibirnya dan berjalan kearah Ayahnya. "Ayah." Tuan Sue hanya menggeleng geleng melihat kelakuan anak sulungnya. "Kau akan baik baik saja, Vy." Kata Tuan Sue. Zavrlina berlari kearah Zade dan memeluknya. "Zade, aku tidak jadi ikut ya." Pintanya. Zade terkekeh. "Seperti kata Ayahmu, kau akan baik baik saja, Princess." Kata Zade yang tidak membantu Zavrlina sama sekali. "Ayolah kak, dalam 3 hari kita akan pulang lagi." Kata Adiknya. Zavrlina mendesah dan melepaskan pelukannya. Tidak lupa dengan kecupan yang ia berikan di pipi Zade dan kecupan di puncak kepala yang Zade berikan kepada gadis itu. Lalu mereka berpamitan satu samalain, terlihat airmata di mata Nyonya Sue. Zavrlina menghela nafas berat dan berjalan kedalam ruang tunggu stasiun dengan tiket yang telah di berikan. Zavrlina menoleh sekali lagi kearah keluarganya dan laki laki yang ia sayangi layaknya seorang kakak laki laki. Di dalam Tobias langsung menghampiri teman teman sepermainannya. Dan Zavrlina hanya menatap kikuk kearah teman teman Tobias. "Ah itu kakak ku. Zay! Sini.

" Zavrlina memutarkan matanya. Hanya adiknya yang memanggilnya Zay, karena adiknya tidak terlalu fasih mengucapkan 'V'.

Perlahan Zavrlina mendekati Tobias dan di dapati anak anak semumuran dengan Tobias, si rambut merah, hitam dan coklat. Ia menatap sekitar. "Tidak ada yang seumuran dengan ku?" Tanya Zavrlina dan Tobias hanya menggedikan bahu. "Ini kakak ku, Zavrlina. Dan ini Elmo." Ia menunjuk kearah si rambut merah. "Antony." Si rambut hitam. "Dan Rico." Si rambut coklat. Zavrlina tersenyum. "Hai." Sapanya kikuk. "Kalian sudah siap?" Tanya seseorang dari arah belakang. Tidak terlalu banyak yang ikut, hanya 10 orang termasuk sang pelatih atau pembimping. Sang Pelatih terlihat seusia dengan ayah Zavrlina. 2 menit kemudian, kereta yang mereka tumpangi sudah siap dan mereka langsung memasuki kereta dengan nomor kursi yang sudah di tentukan. Sayangnya, adik tercintanya kedapatan duduk bersama Elmo, sedangkan di sebrang Tobias, Zavrlina duduk bersama Antony. Perjalanan menuju gunung lilith yang berartikan the night demon memakan waktu 1 hari. Semoga tempatnya tidak se kelam maksud katanya batin Zavrlina.

Ia menatap kearah jendela dan mendapatkan langit yang mulai terlihat terang dan biru. Zavrlina sekali lagi menghelakam nafas dan merasakan kereta berjalan. Ia mengambil pemutat musiknya dan menekan lagu yang akhir akhir ini sering ia dengarkan. Ia memejamkan matanya karena tidak mendapatkan tidur yang nyenyak tadi malam. Lagi lagi mata amber itu.

Mata itu menatap tajam sekitarnya. Bahkan semut yang tengah mengumpulkan makanan untuk ratunya pun tak luput dari pengawasannya itu. Mata itu lebih tajam dari elang. Telinga itu lebih jeli dari lumba lumba. Pengelihatan malamnya lebih tajam dari tarsier dan kepakan kemampuan terbangnya lebih cepat dari burung Peregrine falcon. Kemampuan berlarinya lebih cepat dari kilat. Sayapnya lebih hitam dan kelam dari malam. Ia di atas segalanya. Makhluk yang melihatnya akan pergi sejauh mungkin saat merasakan auranya. Sangat kelam dan suram. Mata itu telah melihat berjuta juta kejadian yang terjadi di dunia ini. Ia menatap ke sekelilingnya. Dan mengingat kembali siapa jati dirinya. Tetapi selalu gagal. Seakan sesuatu menutup ingatanya. Sesuatu tidak menginginkan ia mengingat siapa dirinya. Hanya satu yang ia tahu. Azazel.

Zavrlina menatap makanan di depanya dengan antusias, sebelumnya ia tidak akan sesenang ini melihat makanan. Tetapi kali ini, ia sangat senang melihat makanan kesukaannya tersedia di kereta ini. Tobias hanya menggeleng melihat kelakuan kakaknya. "Kak, pelan pelan. Masih panas." Kata Antony. Zavrlina menatap kearah Zavrlina dan menunjukam seringaiannya. Tanpa memperdulikan peringatan dari Antony, Zavrlina melahap fish and chipsnya. "Aw, aw." Keluh Zavrlina. Antony terkekeh dan memberikan tatapan kan-aku-sudah-bilang. Zavrlina memutarkan bola matanya dan mengipas ngipaskan mulutnya dengan tanganya.

Matahari berdiri tepat diatas kepala. Tetapi Zavrlina merasakan matanya sangat berat. Ia terkantuk karena mesin pendingin sangat nyaman dan mendukung untuk terlelap. Tetapi saat ia ingin menutup matanya, handphonenya berdering, nama Ibu bertengger di layar handphonenya. "Hallo." Kata Zavrlina dengan suara kantuknya. "Zavy, kau sudah mengantuk jam segini?" Tanya Nyonya Sue. Zavrlina hanya menggumam. "Sudah sampai dimana? Bagaimana Tobias?" Tanya Nyonya Sue. "Aku tidak tahu bu, dan Tobias, ia sedang bermain dengan temannya." Kata Zavrlina, Ibunya hanya mendesah. "Baiklah, kau baik baik disana, awasi terus adik mu, ibu dan ayah sayang kalian." Kata Nyonya Sue. "Ya, aku juga sayang kalian." Balas Zavrlina lalu memutuskan sambungan. Zavrlina sekali lagi melihat keluar jendela dan mendapati pemandangan hamparan padang rumput yang tidak berujung. Ingin rasanya ia menghirup aroma rerumputan itu. Ia sangat menyukai bau rumput atau tanah yang basah. Ia tidak terlalu menyukai pantai. Sebab ia phobia melihat air dalam jumlah yang banyak, karena ia berpikir, ia tidak dapat bernafas didalamnya.

"Zay, kau mau?" Tanya Tobias tiba tiba dan aku menggeleng. "Aku ngantuk Tob." Kata Zavrlina sambil mengambil ancang ancang untuk tidur, Tobias hanya menghembuskan nafas tetapi tidak beranjak dari kursi di sebelah kakaknya. Justru Tobias ikut tertidur di pundak kakaknya. Tobias tidak merasa nyaman atau tenang dalam pendakian kali ini, seperti sesuatu akan terjadi. Sesuatu yang buruk.

Ia terus berjalan di jalur yang sama, berbolak balik. Ia tidak pernah segusar ini. Mr. Sue terus memikirkan apa yang mengganggu pikiran dan hatinya. Ia tahu bahwa ia mengatakan semua akan baik baik saja. Tetapi saat putra putrinya memasuki ruang tunggu, ia tahu sesuatu akan terjadi. Ia berusaha berkonsentrasi dengan pekerjaannya, namun ia tidak dapat menenangkan pikirannya yang gusar. "Sayang, bisa kau telfon Zavrlina?" Pinta Mr. Sue kepada isteri sehidup sematinya itu, betapa Mr. Sue mencintai Maria. Maria pun tersenyum dan menelfon Zavrlina. "Pasangkan di pengeras suara." Pinta Mr. Sue lagi dan Istrinya mengikuti perintahnya. "Hallo." Mendengar suara itu membuat Tuan Sue terkekeh, ia tahu betul kalau anak perempuannya itu sedang mengantuk. "Zavy, kau sudah mengantuk jam segini?" Tanya Nyonya Sue dan hanya di balas dengan gumaman "Sudah sampai dimana? Bagaimana Tobias?" Tanya Maria.

"Aku tidak tahu bu, dan Tobias, ia sedang bermain dengan temannya." Balas Zavrlina. "Baiklah, kau baik baik disana, awasi terus adik mu, ibu dan ayah sayang kalian." Kata Maria. "Ya, aku juga sayang kalian." Balas Zavrlina lalu sambungan pun terputus. "Sepertinya anak mu tidak oernah berubah." Kata Starkov, Maria berjalan kearah Starkov dan duduk di pangkuannya. Sudah lama ia tidak memiliki waktu sendiri dengan suaminya, Maria mempelajari wajah suaminya yang sudah menemaninya lebih dari 25 tahun ini. "Kau kenapa, sayang?" Tanya Starkov. "Tidak apa, hanya saja, aku memiliki perasaan khawatir." Kata Maria, sambil meenyenderkan kepalanya di dada Starkov. "Aku pun juga begitu." Kata Starkov sambil mengelus sayang lengan istrinya. "Mari kita bedoa semoga tidak terjadi apa apa." Kata Starkov dan Maria memgangguk.

Zavrlina mengetuk ngetuk meja makannya, ia masih berada di dalam kereta, 6 jam lagi hingga sampai tujuan. Ia tidak sabar karena hari sudah mulai malam. Zavrlina tidak akan makan lagi setelah jam 6 sore, tetapi untuk hal ini, ia akan melupakannya dan makan sebanyak yang ia bisa. Ia melihat kesebelahnya, Tobias sedang asik bermain dengan PSP-nya. Zavrlina mendesah. Mengapa jaman ini anak kecil sudah di kenalkan dengan gadget seperti itu. Memang Tobias sudah mulai besar, tetapi tetap saja. Melihat mereka kecanduan dengan gadgetnya membuat Zavrlina gemas. "Zay, berisik tau, aku jadi ngga bisa konsentrasi nih." Protes Tobias, Zavrlina hanya mendengus dan melayangkan pandangannya ke sekitar, berharap pramugari kereta api membawa makanan pesanannya. Senyuman terukir dari bibirnya saat melihat makanan yang ia tunggu tunggu telah datang. Pramugari itu tersenyum kearah Zavrlina dan menaruh pesanan gadis itu di atas meja yang tersedia. "Terimakasih." Kata Zavrlina sambil tersenyum. Pramugari itu membalas senyuman Zavrlina lalu kembali ketempatnya. Zavrlina menatap makanan di depannya. Steak, walaupun Zavrlina jarang memakan daging, tetapi ia bukan vegetarian, terkadang hanya 2 satu kali Zavrlina memakan daging. Zavrlina mulai memakan dagingnya, diliriknya adik di sebelahnya yang menatap steak itu.

"Kau mau?" Tanya Zavrlina, Tobias menggeleng. "Ei, bilang saja kau mau, kalau kau mau akan aku berikan." Kata Zavrilina membuat Tobias segera menganggukan kepalanya. Zavrlina terkekeh, adiknya tidak berubah, ketika Tobias menginkam sesuatu, ia hanya akan memandanginya, tetapi ketika di tawari ia akan menggeleng, saat di bujuk, baru ia mau. Zavrlina memberikan piringnya kepada adiknya dan Tobias melahap steaknya, ia mendesah, Zavrlina tidak pernah berpikir dalam memberi makanan, walaupun ia tahu, orang itu akan menghabiskan makanannya. Setelah 10 menit, Tobias menatap makanan di depannya dan ia merasa khawatir. "Maaf, Zay, aku menghabiskan makanan mu." Kata Tobias, Zavrlina tersenyum dan menggeleng. "Aku bisa memesannya lagi, yang penting kau kenyang." Kata Zavrlina, Tobias memandang kagum kakaknya, walaupun terkadang kakak perempuannya itu sangat menjengkelkan, tetapi ia sangat menyayangi kakak satu satunya itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro