✨ Day 2 : Pilihan Sang Leader
Konser malam itu berakhir dengan gemuruh sorakan penonton yang masih terngiang di telinga Jungwon. Ia tersenyum puas, mengangkat tangannya untuk melambai sebelum akhirnya berjalan ke belakang panggung. Napasnya masih tersengal saat ia menuju ruang ganti.
Saat membuka loker pribadinya, ia mengulurkan tangan untuk mengambil handuk, tetapi matanya menangkap sesuatu yang aneh yaitu sebuah amplop putih terselip di antara barang-barangnya.
Dahi Jungwon mengerut. Dengan hati-hati, ia mengambil amplop itu dan membukanya. Sebuah kertas terlipat rapi dengan tulisan tangan yang tegas:
"Aku telah melihat masa depanmu. Kau akan dihadapkan pada pilihan sulit-antara ketenaran yang telah kau perjuangkan atau seseorang yang diam-diam selalu ada untukmu. Ketika kejadian dalam surat ini mulai menjadi nyata, ingatlah: Takdir ada di tanganmu."
Jungwon membaca ulang tulisan itu beberapa kali, mencoba memahami maksudnya. Apa ini? Prank dari Sunoo? Atau mungkin Jay Hyung yang sedang iseng?
"Hyung, kau kenapa?" Suara Niki membuyarkan lamunannya.
Jungwon cepat-cepat melipat surat itu dan memasukkannya ke dalam saku. "Nggak apa-apa. Hanya sesuatu yang aneh."
Namun, meskipun ia berkata begitu pikirannya tetap terganggu.
Beberapa hari berlalu dan Jungwon mulai melupakan surat itu, sampai ia bertemu Eunjin lagi.
Eunjin adalah seorang fans yang telah mengikuti Enhypen sejak debut. Tidak seperti fans lainnya yang hanya melihat mereka dari jauh, Eunjin punya kesempatan lebih untuk dekat dengan Jungwon. Ia adalah seorang jurnalis muda yang sering meliput dunia hiburan dan entah bagaimana, setiap kali mereka bertemu, ada sesuatu dalam tatapan Eunjin yang terasa berbeda.
Eunjin bukan sekadar fans biasa. Ia memahami Jungwon bukan hanya sebagai seorang idol, tetapi juga sebagai manusia. Ia mengerti tekanan yang dirasakan Jungwon, beban sebagai leader dan impiannya yang lebih besar.
Mereka sering bertemu dalam berbagai kesempatan-di balik panggung setelah wawancara, di acara penghargaan, bahkan sekali saat Jungwon secara tak sengaja bertemu dengannya di sebuah kafe. Obrolan mereka selalu terasa ringan, tetapi penuh makna.
Lama-kelamaan, Jungwon mulai merasa bahwa Eunjin lebih dari sekadar seorang fans. Ada kehangatan dalam kehadirannya yang membuat Jungwon merasa diterima apa adanya, bukan hanya sebagai seorang bintang.
Namun, di saat yang sama Jungwon juga dihadapkan dengan tawaran solo besar dari sebuah label ternama. Tawaran itu menggiurkan, tetapi juga berarti ia harus lebih fokus pada karier solonya dan mungkin meninggalkan Enhypen.
Surat misterius itu kembali terlintas di pikirannya. Apakah ini yang dimaksud oleh si pengirim surat? Pilihan antara ketenaran dan seseorang yang selalu ada untuknya?
Malam itu, Jungwon duduk di rooftop dorm mereka, menatap langit malam yang dipenuhi cahaya kota Seoul. Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum bisa ia jawab.
Langkah kaki terdengar mendekat dan tak lama kemudian, Heeseung muncul sambil membawa dua botol soda dingin.
"Kau kelihatan banyak berpikir," kata Heeseung, menyerahkan satu botol pada Jungwon.
Jungwon menerima botol itu tanpa berkata apa-apa, membuka tutupnya lalu menyesapnya pelan.
"Aku harus memilih," ucap Jungwon akhirnya.
Heeseung menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Memilih apa?"
Jungwon menghela napas. "Aku bisa mengambil kesempatan besar untuk solo atau tetap dengan grup ini. Juga di sisi lain, ada seseorang yang selalu ada untukku, yang bisa mengerti aku di luar dunia ini."
Heeseung terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Jungwon-ah, selama ini kau telah berjuang bersama kami. Tapi pada akhirnya, hanya kau yang tahu apa yang terbaik untukmu."
Jungwon menatap langit. Ia tahu jauh di dalam hatinya, jawabannya sudah ada. Enhypen adalah rumahnya.
Meskipun ada perasaan yang kuat terhadap Eunjin, Jungwon tahu bahwa jalan hidupnya telah ia pilih sejak lama. Ia tidak bisa meninggalkan grupnya-saudara-saudaranya yang telah berjuang bersamanya sejak awal.
Esok harinya, Jungwon menemui Eunjin.
Mereka bertemu di kafe yang sama seperti sebelumnya. Saat Jungwon menatapnya, ia bisa melihat harapan di mata Eunjin, tetapi juga ketakutan seolah-olah ia sudah tahu apa yang akan dikatakan Jungwon.
"Aku tidak bisa," kata Jungwon dengan suara pelan namun tegas.
Eunjin tersenyum tipis meskipun ada kesedihan yang terlihat. "Aku sudah menebaknya," katanya, "kau adalah seseorang yang lahir untuk berada di atas panggung. Aku tidak bisa menghalangimu."
Jungwon menggenggam tangannya sejenak, sebagai tanda terima kasih. "Kau selalu ada untukku dan aku berterima kasih untuk itu. Tapi aku harus tetap bersama Enhypen."
Eunjin mengangguk, meskipun air matanya hampir jatuh. "Aku akan selalu mendukungmu, Jungwon. Dari jauh!"
Dengan itu, mereka berpisah. Jungwon kembali ke dorm malam itu, hatinya terasa berat namun juga lega karena telah membuat pilihan. Enhypen adalah keluarganya dan ia tidak akan pernah meninggalkan mereka.
TBC
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro