Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

part 5


Hohoo saya datang lageee jangan bosen ya...

Ehmm... bales komen kemaren disini aja hehhe (katanya terlalu cepet padahal sudah bagu) tenang saja kawan ini memang sengaja dibuat cepet karena si Franz pengen cepet. Tapi liat aja ini masib panjang, jadi ini masih awal ya...

Makasih yang comen vote dan yang ydah baca...
Yuks baca lagi...

Cuz...


Setelah acara kejutan siang tadi, malamnya Franz datang  ke rumah Alexi bersama ibunya. Seperti orang kebanyakan Franz juga ingin agar keluarga Alexi mengenal keluarganya juga.

Pintu terbuka, Alexi lah yang membukanya wanita itu tersenyum pada Franz dan sang ibu. Berbeda jauh dengan kedatangan Franz pertama kali dulu, jangankan senyum tidak diusir saja sudah bagus.

"Silahkan masuk," ucap Alexi sopan.

Kedua tangan Franz terulur untuk memeluk Alexi, namun wanita itu cepat menghindar hingga pelukan Franz hanya mengenai udara.

Awas kau, kubuat tak berkutik nanti.

Dibelakang Alexi, nenek Haney tertawa melihat cucunya yang mengerjai Franz. Lalu sebagai pengganti Alexi, nenek Haney memeluk Franz.

"Nenek...," adu Franz.

Disamping Franz, Carol mengeleng melihat Franz yang merenggek seperti anak kecil. Carol tahu Franz adalah anak yang manja padanya. Tak tahu jika kemanjaan Franz ditunjukan pada nenek kekasihnya juga.

Setelah melepas pelukannya Franz beralih mengandeng ibunya dan memeprkenalkan pada nenek Haney. Franz juga mengutarakan keinginannya menikah dengan Alexi.

"Kami sudah menpersiapkan semuanya dan acaranya akan diadakan seminggu lagi," ucap Carol pada nenek Haney.

Nenek Haney tampak tak percaya dangan apa yang di dengarnya, walau begitu ia amat bahagia, karena akhirnya ada yang menjaga cucunya nanti. Sejak pertemuan dengan Franz saat itu ia sudah merasa Franz lah orang yang tepat bersama Alexi.

"Franz jaga Alexi, seperti kau menjaga ibumu, mungkin dia agak sedikit keras kepala," pesan nenek Haney.

"Tenang saja nek, aku akan menjaga Alexi dengan sepenuh hatiku, dan sifat keras kepalanya aku pasti bisa mengatasinya, bukan begitu sayang?" Ucap Franz sambil melirik Alexi.

Bantal sofa yang berada dipangkuan Alexi melayang pada tubuh Franz. Nenek Haney melirik pada Alex tampak tidak setuju dengan tindakan Alexi, bagaimanpun ada ibu Franz, dan nenek Haney tidak mau Alexi dicap sebagai wanita arogan.

Franz memungut bantal tadi sambil tersenyum, rupanya seperti ini Alexi yang tengah malu.

Alexi tersenyum tidak enak pada ibu Franz, sadar dirinya telah lepas kendali. Lalu matanya menangkap Franz yang tersenyum usil padanya. Rupanya Franz sedang menertawakannya.

"Ehm..." dehem Carol pada dua orang yang tengah perang mata dihadapannya.

Menyadari itu, Franz dan Alexi berhenti berperang mata.

"Sepertinya saya harus pulang, sebelum anak saya semakin bertindak aneh disini," ucap Carol pada nenek Haney.

Nenek Haney setuju, karena ia juga sedari tadi memperhatikan tingkah cucunya yang lain dari biasanya.

Kemudian Carol beranjak dari duduk, sebelum keluar pintu Carol memeluk Alexi juga nenek Haney. Sedangkan Franz tampak tidak ingin pergi. Pria itu masih bergeming di sofa sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Franz ayo pulang," ajak Carol.

Franz menggeleng.

"Franz jangan kekanakan, ayo pulang," ucap Carol dengan dengan tatapan tajam.

Akirnya dengan berat hati Fanz bangkit dari sofa lalu melangkah mendekat dengan ibunya, niat hati ingin mengoda Alexi agar membujuknya, namun sepertinya Alexi tidak menangkap isyaratnya.

"Nenek aku pulang," ucap Franz sengaja tidak melihat Alexi dan langsung pergi begitu saja.

Ada apa dengannya batin Alexi, kamudian melambai pada mobil Franz yang sudah menjauh dari halaman rumahnya.

***

Seminggu terasa begitu menegangkan bagi Alexi, pasalnya Franz pria yang akan memepersuntingnya tidak memberinya kabar sedikitpun. Hari ini  Alexi memeriksa ponselnya untuk sekedar melihat apakah Franz menghubungi atau mengirimi pesan. Namun tidak ada satupun panggilan atau pesan masuk. Akhirnya Alexi menghubungi Franz lebih dulu tapi suara operatorlah yang menjawabnya. Alexi akhirnya hanya bisa menunggu.

Hari demi hari, Alexi menunggu pria itu, beberapa kali ia ingin mendatangi Franz di kantornya namun, keinginan itu ditahannya, ia masih waras untuk tidak melakukan hal yang dapat mempermalukan dirinya sendiri.

Alexi menghembuskan nafasnya berkali-kali, lalu kembali mematut dirinya di depan cermin. Kedua tangannya digunakan untuk merapikan gulungan rambutnya. Alexi menyapukan bedak tipis pada wajahnya tidak lupa Alexi juga membasahi bibirnya dengan lipglos, lalu terakhir Alexi memasang kaca mata untuk menunjang penampilannya.

Siang ini pertemuan dengan perusahaan MX compeny itu artinya ia akan bertemu dengan Franz. Tanpa sadar jiwa Alexi bersorak, ia akan mengunakan kesempatan ini untuk meminta penjelasan dari pria itu.

Suasana ruang meeting begitu menegangkan bagi Alexi, tapi sepertinya tidak dengan pria ber-jas hitam yang duduk tak jauh dari Alexi.

Kali ini Mr. Smith kembali tak bisa menghadiri meeting, jadilah Alexi menjadi perwakilan pihak perusahaannya.

"Bisa di mulai nona Alexi."

Ucapan Franz terdengar tegas memenuhi ruangan meeting. Alexi segera menetralkan rasa yang berkecamuk dalam dirinya, ia tak ingin semua kacau hanya kerena dirinya.

Franz sesekali mengangguk mendengar suara Alexi. Dalam hati Franz ingin tertawa ketika Alexi kesulitan menyusun kata-kata saat tatapan mereka bertemu.

Prok

Prok

Prok

Tepuk tangan Franz menandai Alexi berhasil menyampaikan proposalnya dengan baik meski sedikit tersendat diawal.

Meeting selesai, Franz memberi isyarat pada sekretarisnya untuk meninggalkan ruangan.

Tinggalah mereka berdua, kebisauan begitu terasa saat Alexi berpura-pura sibuk dengan kertas-kertas didepan wanita itu. Franz hanya memperhatikan dari tempat duduknya. Dalam hati Franz begitu kagum pada kekeras kepalaan Alexi. Selama lima hari kemarin dirinya sengaja mengabaikan Alexi, mencoba melihat apakah Alexi akan mendatanginya tapi nyatanya wanita itu tidak melakukan apa-apa, sedangkan dirinya nyaris gila memikirkan Alexi.

"Franz..." ujar Alexi.

Franz nyaris berteriak namun pria itu menahannya, sedikit menggoda Alexi tidak ada salahnya bukan.

"Maaf nona Alexi, saya rasa ini masih di area kantor, Anda dilarang meninggalkan formalitas Anda," ucap Franz sambil terus mengamati Alexi.

Kertas diatas meja nyaris hancur karena Alexi meremasnya begitu kuat. Kemudian Alexi bangkit dan menghampiri Franz. Dengan menahan emosinya Alexi mencoba berbicara dengan Franz.

"Jika begitu saya mengundang Anda untuk makan siang bersama di Blue cafe, saya tunggu," ucap Alexi kemudian keluar dari ruang meeting.

***

Blue cafe tempat mereka bertemu tampak dipadati oleh pengunjung. Alexi sampai harus mengantre untuk mendapatkan tempat duduk. Setelah menunggu akhirnya pelayan memperilahkan ia duduk.

Tak lama munculah Franz, pria itu langsung menuju tempat duduk Alexi.

"Sudah lama?"

Alexi menggeleng sebagai jawaban.

"Aku akan memesan, kau makan apa?" Ucap Franz meninggalkan segala formalitasnya.

Alexi berdecak dalam hati, tak mengerti dengan Franz yang tampak biasa saja sedangkan dirinya mengumpulkan segala kata-kata makian untuk pria itu.

"Apa saja, terserah Anda," jawab Alexi asal.

Franz memanggil pelayan lalu memesan beberapa menu untuk mereka berdua.  Setelah itu perhatian Franz tertuju pada Alexi dihadapannya. Franz menumpukan tangannya diatas tangan Alexi lalu meremasnya perlahan.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" Ujar Franz sambil mengusap tangan Alexi.

Alexi membiarkan tangan Franz terus bermain dengan jari-jarinya, mengabaikan rasa sesak yang timbul entah karena apa.

"Kenapa tidak menjawab panggilanku?" ucap Alexi akhirnya.

"Dan kenapa kau tidak menghubungiku lagi?"

"Jangan balas pertanyaanku dengan pertanyaan Franz, sebenarnya ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya sibuk mengurus pernikahan kita," jawab Franz asal.

"Kau bilang sudah mengurusnya dan aku tidak diijinkan terlibat, pernikahan bukan untuk main-main, Franz," ucap Alexi mulai tidak bisa mengontrol emosinya.

Kemudian pelayan datang membawa pesanan Franz. Setelah semua tersaji diatas meja, Franz menyuruh Alexi untuk makan.

"Makan lah," ucap Franz.

Alexi bergeming, selera makannya hilang entah kemana. Ia tak pernah menyangka Franz sangat menyebalkan.

Franz tidak jadi menyentuh makananya saat melihat Alexi yang diam saja wanita itu menatap keluar jendela. Franz kemudian berpikir, mungkin ia keterlaluan mengerjai Alexi.

Lalu Franz membiarkan Alexi begitu saja, "kau yakin tidak mau makan?" Godanya.

Alexi menatap Franz kemudian tersenyum sinis, kini ia sudah dapat mengontrol emosinya, "habiskan saja semua termasuk piring dan mangkuknya."

Franz terkekeh,"ada apa denganmu hari ini, apa kau begitu merindukanku sampai-sampai membuatmu menjadi pemarah."

"Franz...," geram Alexi.

Franz menghentikan makannya lalu menatap wajah Alexi yang masih diliputi kemarahan.

"Melihatmu yang begitu marah, aku jadi yakin padamu, ku pikir hanya diriku saja yang bersemangat dengan pernikahan kita, tapi aku salah kau juga sama semangatnya sepertiku, malah kau lebih mungkin," ucap Franz sambil tertawa.

Menggoda Alexi sepertinya akan menjadi agenda rutinnya. "Tenang saja aku tidak akan membatalkan pernikahan kita jika itu yang kau pikirkan," lanjutnya.

Alexi tidak mendengarkan lagi ucapan Franz, ia memilih untuk memakan makanan dihadapannya, biarlah dia kalah oleh Franz yang memang sejak awal sudah mengacaukan hidupnya.

Franz tersenyum lalu mengacak rambut Alexi dengan sebelah tangannya. Ternyata tak perlu membujuk Alexi dengan kata-kata manis, cukup hancurkan gengsinya, dan Franz berhasil melakukan itu.

***

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Alexi sudah dirias sedemikian rupa oleh penata rias profesional. Dengan memakai gaun putih, berekor panjang, dengan mahkota kecil menghiasi kepalanya. Alexi tampak seperti putri kerajaan.

"Kau benar-benar gila, Ya Tuhan aku tak percaya ini," decak Anne dengan wajah bingung berbalut senang.

"Kau sudah mengatakan itu puluhan kali, Anne," desah Alexi dengan wajah bosan.

Menunggu dengan Anne yang terus berdecak membuat kepalanya pusing. Tahu begitu ia tak akan mengundang teman cerewetnya itu. 

"Ini benar-benar mengejutkanku Alexi, kau baru berkencan dengannya dan sekarang sudah memutuskan menikah, ini gila, aku tidak percaya ini."

Lagi, suara Anne membuatnya ingin menyumpal mulut itu dengan sepatu yang dikenakannya. Ini mungkin gila bagi Anne, tapi baginya ini kegilaan yang luar biasa.

"Alexi...." Anne mendekat kemudian berbisik pada Alexi, "apa kau...? Apa...?" Ucap Anne sambil memberi isyarat pada perutnya.

Kerutan pada dahi Alexi terlihat jelas. Ia tak mengerti maksud ucapan Anne.

"Apa maksudmu?" Tanya Alexi terdengar bingung.

"Berarti belum ya..., hmm baguslah tapi kau harus bersiap dari sekarang," ujar Anne dengan wajah berbinar.

Alexi bertambah bingung, namun sebelum ia kembali bertanya seseorang sudah masuk dan berdiri di dekatnya. Ia tersenyum kikuk, entah seperti apa wajahnya kini.

Sama seperti Alexi, Anne juga ikut pada sosok yang begitu dihormatinya. Anne pamit dari hadapan Alexi kerena sebentar lagi acara dimulai.

"Ternyata Alexi dengan gaun akan secantik ini," puji Mr. Smith.

"Terima kasih atas pujiannya, paman."

Lidah Alexi sedikit kaku kala harus memanggil atasannya dengan sebutan paman. Selama ini Mr. Smith menyembunyikan Fakta jika Mr. Smith adalah sahabat ayahnya dulu.

"Kau sudah siap."

Alexi mengangguk.

Mr. Smith mengaitkan tangan Alexi pada lengannya. Dengan senyum yang menawan Mr. Smith membawa Alexi pada sang calon suami yang tampaknya sudah tidak sabar menunggu di depan sana.

***

Dengan perlahan Franz menyematkan cincin di jari manis Alexi. Kemudian bergantian dengan Alexi. Cincin terpasang sempurna para tamu undangan bersorak-sorak mengoda Franz agar cepat mencium Alexi.

Oh ini hal yang sangat sulit batin Franz. Dengan menguatkan hatinya Franz memegang kedua bahu Alexi kemudian mencium dahi wanita yang sudah menjadi istrinya.

Tepuk tangan memenuhi ballroom hotel.
Kemudian satu persatu tamu undangan berjalan ke panggung untuk memberi selamat.

"Selamat atas pernikahannya," ucap Shanne, "semoga cepat menyusul kami," lanjutnya lagi sambil terkekeh.

Alexi tersenyum, "terima kasih."

Shanne memeluk Franz, bahagia akhirnya Franz bisa melupakan sahabatnya.

"Kenapa menangis? Kau sudah mempunyai dua baby tak pantas menangis," ucap Franz menghapus air mata Shanne.

"Aku bahagia, bodoh jadi tak ada hubungannya dengan baby," ujar Shanne sambil memeluk Franz, "semoga kau bahagia," bisiknya.

melihat kedekatan Franz dengan Shanne Alexi jadi sedikit kurang percaya diri, biaskah ia membahagiakan Franz, seperti para sahabat pria itu.

"Jangan menatap istriku dengan wajah cemburu seperti itu," guman Max.

Tatapan Alexi beralih pada pria dihadapannya. Pria bernama Max selalu saja berucap kasar padanya. Ia sampai berpikir bagaimana Shanne bisa bertahan dengan pria segalak Max.

"Selamat atas pernikahanmu," ucap Max mengambil tangan Alexi, melupakan wajah terkejut Alexi.

"Terima kasih," jawab Alexi kikuk.

Kini Max sudah berhadapan dengan Franz, "akhirnya kau menikah juga, ku pikir kau akan menunggu Nasya sampai di besar," ucap Max sambil memeluk Franz.

"Aku tidak segila itu Max, ngomong-ngomong dimana baby Nasya?"

"Dia bersama mommy, jika tidak mungkin dia akan merengek minta digendong olehmu, dan anakku pasti akan mendapat tatapan mematikan dari wanita disebelahmu," kekeh Max kemudian berlalu.

Franz terkekeh lalu melirik Alexi disebalahnya yang tampak tidak setuju dengan ucapan Max.

Satu persatu tamu undangan sudah memberi selamat pada Franz. Kini giliran Mr. Smith yang mendekat dan memeluk Alexi lalu Franz.

"Selamat atas pernikahan kalian, semoga bahagia," ucap Mr. Smith.

"Terima kasih paman," ucap Franz dan Alexi bersamaan.

"Sudah kompak, bagus sekali," goda Mr. Smith.

Setelah itu Mr. Smith pergi. Semua tamu undangan sedikit demi sedikit sudah meninggalkan area pesta, tinggalah keluarga Max yang sepertinya juga sudah akan pulang.

"Kau mencari siapa?" Tanya Franz melihat Alexi yang gelisah.

"Anne," jawab Alexi tanpa melihat Franz.

"Mungkin dia sudah pulang."

"Tidak mungkin."

"Jika begitu kau cari saja dia," saran Franz, "aku akan mengantar ibu dan nenek agar pulang bersama Max," lanjutnya.

"Ya Tuhan aku melupakan nenek," panik Alexi.

"Kau tenang saja, aku sudah mengatur semuanya," ucap Franz terdengar menenangkan.

Mendengar itu Alexi menjadi lega, Franz benar-benar tak terduga. Kemudian Alexi pergi ke sudut ruangan untuk mencari Anne.

***

"Kemana dia?" Guman Alexi sambil manarik gaunnya yang panjang.

Alexi lupa jika masih mengenakan gaun pernikahannya hingga pergerakannya tak selincah biasanya.

"Anne..." panggil Alexi diruang riasnya.

Dengan susah payah mengangkat gaunnya, Alexi berjalan dari sudut ke sudut. Lama mencari Anne hingga membuatnya lelah. Alexi berniat kembali pada Franz, mungkin benar Anne sudah pulang.

Lalu tiba-tiba sosok Anne keluat dari toilet.

"Kau sedang apa disini?"

"Mencarimu, ku pikir kau sudah pulang," jawab Alexi.

Anne mengangukkan kepala, "ah, kenapa kau mencariku?"

"Karena kau belum memberi selamat padaku," ucap Alexi, "bantu aku mengangkat gaunku, ini berat sekali," adu Alexi.

"Ya ampun, kau berkeliaran dengan gaun seperti ini, dimana suamimu," decak Anne namun tetap membantu Alexi.

"Dia sedang mengantar nenek dan ibunya," jawab Alexi.

Gaun yang dipegang Anne terjatuh begitu saja, Anne terkejut mendengar penuturan Alexi tentang suaminya yang lebih memilih mengantarkan ibunya sedangkan istrinya berkeliaran seorang diri.

"Kenapa?" Tanya Alexi melihat Anne yang tiba-tiba terdiam.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Anne.

"Aku baik, memangnya kenapa?"

"Kalian tidak seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah," ujar Anne.

"Kau berlebihan, ayo bantu aku ke depan," putus Alexi kemudian.

***

Alexi dibantu Anne kemudian sampai di depan. Susana sudah sepi hanya beberapa pekerja yang sedang membereskan sisa pesta.

"Mana suamimu?" Tanya Anne.

Alexi melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depan sana, "aku tidak tahu," ucapnya saat tak menemukan Franz.

"Aku tidak mengerti, bagaimana kalian bisa menikah, ya ampun ini gila," decak Anne.

"Ini memang gila," sahut Franz lalu menghampiri Alexi, "terima kasih sudah datang, pestanya sudah selesai."

"Selamat untuk pernikahan kalian," ucap Anne tersenyum tidak enak pada Franz.

"Sama-sama, kau pulang dengan siapa atau mau kuantar?" Tawar Franz.

"Ah tidak aku bawa mobil sendiri, sekali lagi selamat, Alexi aku pulang dulu, selamat bersenang-senang," ucap Anne kemudian cepat menyingkir dari hadapan sepasang suami istri tersebut.

"Ada apa dengan Anne? Aneh sekali," guman Alexi sambil melihat Anne yang berjalan cepat.

"Sudah jangan pikirkan temanmu, sekarang waktumu hanya boleh memikirkanku," ucap Franz seraya menggandeng tangan Alexi.

Bersambung sampai disini....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro