
CHAPTER 7
Kepanikan melanda jalur timur. SCP-096 praktis berpindah haluan karena tergelincir pasir. Para gugus tugas Echo Romeo-Alpha bersegera mengevakuasi warga sipil yang berkemungkinan ada di jalur lintas anomali. Beberapa kali meluncurkan tembakan peringatan untuk membuat mereka patuh. Satu persatu warga sipil yang ada di bagian depan memasuki helikopter untuk dibawa sejauh mungkin dari jalur. Tidak ada waktu bagi mereka untuk putar balik. Sedangkan pengendara bagian belakang pergi dengan mobil masing-masing.
Gamma Rodes cemas waktu mereka tidak akan sempat. Padahal mereka sudah memutus jalur sejauh mungkin dari anomali. Tapi kecepatannya yang bertambah, Gamma memikirkan berbagai kemungkinan-kemungkinan lain. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Ia meneriaki bahkan membentak marah siapapun yang bebal atau lamban, tak segan mengacungkan moncong senjata laras panjangnya. Tidak ada waktu untuk bersimpati, ia harus menjalankan tugas dengan baik.
"ER-3, Ryeena Gothem. Sejauh ini, jalur sudah aman. Diperkirakan akan muncul kurang dari lima belas menit. Ganti."
Gamma menerima laporan. "Persiapkan diri! Gunakan Scramble kalian!!" bentaknya mengomando. Tak ada jawaban selain gerakan cepat dan lincah dari para gugus tugas yang dipimpinnya.
Masing-masing orang mempersiapkan diri secara mandiri. Mereka bersembunyi di antara barisan mobil tanpa penumpang, menyiapkan senjata mereka kalau-kalau diharuskan menembak sesuatu. Seperti tumpukan tulang telanjang yang tengah berlari heboh ke arah mereka. Mempersiapkan jantung dan pikiran.
Sunyi. Belum ada tanda-tanda datangnya anomali. Mereka masih bersembunyi dengan perasaan cemas. Panasnya terik matahari serta-merta memberi kesan menegangkan, ditambah pekikan elang di atas sana. Tak seorangpun berani beranjak dari tempat sebelum ada perintah langsung dari kapten mereka, Gamma Rodes.
Ini adalah tugas tim ER-Alpha. Berada dekat dengan bahaya. Berbeda dengan tim ER-2 yang menjaga jalur Barat atau ER-3 yang hanya mengekor di belakang anomali sambil mengarahkan. Tim Alpha berisi orang-orang terbaik dan terlatih. Mereka pasti baik-baik saja.
Terdengar debuman keras dari kejauhan. Anomali datang dengan kecepatan super.
"BERSIAP!!!" Teriakan Gamma memecah hening yang sedari tadi mengungkung bersama perasaan tegang. "Tunggu perintah untuk menyerang!!"
Makhluk itu muncul. Dapat terlihat dari kacamata dengan kamera berfitur Scramble, benda kotak acak menutupi anomali. Mereka tidak perlu cemas akan melihat wajah anomali saat menyerangnya, karena fitur Scramble akan mengacak kepala anomali saat tertangkap kamera.
Tapi seseorang berteriak dari baris bagian belakang, menaikkan atensi Gamma dua kali lipat dari anomali sendiri. Ia salah satu gugus tugasnya, dengan panik menembaki anomali tanpa ampun.
"Berhenti!!" bentak Gamma mencoba berlari ke arahnya. Namun, ada yang lebih cepat darinya. SCP-096 yang lebih dulu berlari menyambar bak kilatan di siang bolong. Dengan gusar dan tergesa-gesa Gamma memberi komando, "Tembak!!" Ia juga panik bukan main, karena ia juga manusia. Tapi harus tetap menyeimbangkan dengan otak demi berpikir rasional. Ia tidak boleh ikut gila.
Para gugus tugas mulai menembaki anomali sekuat yang mereka bisa. Teriakan rekan mereka yang mungkin ikut tertembak ditolak masuk ke dalam telinga. Ia sudah ditandai oleh anomali. Tidak mungkin bisa selamat. Anomali itu memekik dan mengayunkan tangan super panjangnya. Tubuhnya penuh timah panas, berlubang dan hampir tumbang. Namun ia buru-buru berlari heboh dan mencoba menyembuhkan diri.
"ER-A, Gamma Rodes. Target melemah! Ia berhasil lolos dan berbalik menuju jalur kota! Serang selagi tubuhnya beregenerasi! Itu saat terlemahnya!"
Helikopter milik Echo Romeo-3 yang tadi bermanuver di atas mereka—tanpa bisa membantu menyerang karena terlalu dekat dengan para personel—kini berbelok menjauh. Mengikuti anomali dan mengeluarkan senjata mereka. Menyerang selagi terluka. Tapi jarak mereka semakin melebar saat anomali perlahan-lahan sembuh dari lukanya dan menaikkan kecepatan.
Karena sejak awal, helikopter ER-3 tidak benar-benar bisa menyamai kecepatannya. Mereka hanya memberi ruang jalan aman bagi anomali karena yakin tidak bisa menghentikannya. Tapi kejadian barusan, benar-benar di luar dugaan. Tidak ada yang menduga salah satu rekan mereka akan diserang. Karena belum satupun dari mereka bisa melihat anomali dalam jarak dua kilometer. Dan orang itu sudah berteriak sambil menembaki anomali.
Gamma Rodes meraih kacamata milik salah satu gugus tugas yang gugur. Mengenakannya tanpa ragu, disambut rasa waspada dari yang lain. Ia sontak membuang benda itu dan menyepak pasir sambil berteriak keras marah. "What the fucking fuck!!"
"Ada apa, Kapten?" tanya salah satu dari mereka. Masih tidak berani mendekat saat sang kapten sedang mengamuk. Bisa saja pria itu menembak secara tidak sengaja saking kalutnya.
"Ada catatan pengiriman gambar SCP-096 lewat kamera online Tobby. Dia pasti melihatnya dan langsung panik berteriak." Gamma berdecih geram. "Ada impostor di antara kita. Dia ingin anomali itu lebih mengamuk."
"Tapi cara anomali berbelok dari jalur utama, bukankah sedikit lebih cepat daripada saat Tobby menerima gambarnya?"
"Bisa saja itu orang luar, kan? Atau seseorang di balik kekacauan ini."
"Jangan berpikiran sempit, Sob. Impostor yang kapt maksud adalah salah satu dari kita (anggota Echo Romeo)." Gracia menyenggol lengan salah satu temannya. Melirik kedua matanya menginterupsi untuk tetap diam dan memberikan ruang untuk Gamma berpikir.
"Hah? Tapi, Kapt–" Orang tersebut menatap Gamma serius. Tapi terputus saat melihat Gamma berpikir keras.
Gamma terdiam sejenak. Ia sudah tidak ingin lagi menyentuh kacamata berlumuran darah di sisi mayat Tobby yang tidak utuh. Tapi mungkin semua jawaban berada di sana. Sang 'impostor' mungkin tidak terlalu cerdik untuk menghapus detail history pengiriman. Terbukti saat hanya asal kirim, dia pasti tidak bisa meng-hack sesuatu semacam Scramble, walau masih terbilang prototipe.
"Gracia! Pimpin tim! Yang lain tetap bertugas. Suruh helikopter kembali secepatnya. Aku akan pergi ke site. Ada yang mengganggu pikiranku."
🍁🍁🍁
Sementara di kota pertama, semua sudah selesai mengumpulkan warga di alun-alun. Membersihkan jalur lintas anomali. Namun, mereka harus bekerja dua kali saat mendapat laporan bahwa anomali berpindah haluan. Sedikit condong ke kiri dari lintas garis sebelumnya. Menandakan bahwa mangsanya berpindah tempat.
"ER-3, Ryeena Gothem. Target mendekat. Konfirmasi sepuluh kilometer diperkirakan akan sampai kurang dari satu jam."
"Lapor, Kapten Azelard! Warga sipil sudah berada di alun-alun dengan selamat dan menggunakan penutup mata. Menunggu perintah selanjutnya!"
Kapten Azelard Fernandez, kapten yang memimpin Mobile Task Force: di kota pertama. "Siapkan Scramble kalian, anomali melintas kurang dari satu jam. Jangan biarkan ada warga yang membuka penutup mata, apapun yang terjadi. Siapkan senjata, jangan ada yang menembak tanpa perintahku."
"Siap! Laksanakan!!" balas beberapa gugus tugas yang berada dekat dengan sang kapten.
Setidaknya, Mobile Task Force dibagi menjadi delapan tim dengan masing-masing berjumlah kurang lebih tiga puluh anggota. Dan Azelard adalah salah satu kapten di MTF, yang bekeja sama dengan kapten tim lain. Setiap tim memiliki kapten mereka masing-masing, dan sang kapten memiliki dua ketua dalam tim untuk memberikan laporan. Berbeda dengan Echo Romeo yang hanya memiliki satu kapten: Gamma Rodes. Dan pimpinan di setiap tim—yang setidaknya masing-masing beranggota dua belas orang—adalah ketua.
Azelard bersiap di balik bangunan dekat jalur lintas anomali. Menatap sekeliling yang super sunyi. Ia hanya bisa membayangkan adanya tank besar, atau helikopter yang memuat berbagai senjata atau bazoka. Tapi dengan sialannya semua dilarang karena mereka bertarung di tengah perkotaan. Azelard membuang napas panjang demi memenangkan diri. Ia sudah dilatih untuk ini. Tangannya memencet tombol di sisi kanan kacamata, tidak ada laporan lain yang masuk. Berarti, ia bersembunyi dengan sia-sia di lima menit ini. Rasanya, satu jam lebih panjang dari yang seharusnya.
"Apa ini lelucon!! Kalian mengumpulkan kami menjadi satu tanpa alasan yang masuk akal. Dan menyuruh kami menggunakan penutup mata! Apa kalian gila!" teriak seseorang dari kerumunan.
Ebara McKenna bergerak satu langkah maju di depan warga, mengarahkan senjatanya pada orang yang berteriak di tengah kerumunan. Dan menembak membuat orang-orang secara intuitif berjongkok melindungi diri. Pelurunya nyasar pada mobil yang terparkir di pinggir jalan, tidak ada ruang di otaknya untuk memikirkan siapa pemilik mobil itu. Ia hanya memiliki setengah dari tim yang dipimpin, sisanya ke medan perang depan untuk mengamankan anomali bersama Azelard. Jadi, dia akan benar-benar kewalahan jika memang sekelompok orang 'tidak patuh' itu melawan. Ia harus tegas dan tega.
"Tidak menerima komplain!! Orang yang membuka penutup mata atau pergi dari kerumunan, akan kami tembak!! Dengan atau tanpa perundingan!! Diam! Dan patuh!"
Orang-orang mulai berspekulasi macam-macam. Menghubungkan mereka dengan teroris, rampok, dan hal negatif lain. Ebara mendengarnya saja sudah panas kuping. Mereka samasekali tidak keren untuk dibandingkan dengan fraksi militer terkuat yang dipimpinnya. Ebara berdecih, teroris atau rampok. Mereka adalah militer elit.
"Kapten, target akan sampai kurang dari setengah jam. Menunggu perintah," lapor salah satu anggota.
"Siapkan Scramble dan senjata. Bersiaplah untuk yang terburuk," ucapnya dan menyuruh anggotanya kembali ke tempat. Ia meminta akses untuk menghubungi Azelard. "MTF-Tau 7, Ebara McKenna. Bagaimana situasinya, Azelard? Semua sudah berkumpul sesuai perintah. Tinggal menunggu perintah selanjutnya, dan datangnya tumpukan tulang telanjang itu. Ganti."
"MTF-Tau 8, Azelard Fernandez. Semua aman. Menurutmu, apa kita bisa menghentikannya di sini? Tanpa korban?"
Ebara terdiam sejenak. Mendengar dengan seksama suara Azelard yang langsung menyapa telinga lewat alat pendengaran. "Hm, tidak. Kita sudah mendapat banyak korban, ingat? Di site. Dan salah satu anggota Echo Romeo diserang. Informasi ini masih rahasia, jangan dibocorkan. Aku memberitahumu karena kau sobatku."
Terdengar kekehan ringan dari Azelard membuat Ebara merengut kesal. "Kau merumpi, Ebara? Kau masih saja menyangkutkan pekerjaan dengan urusan pribadi. Kau sama sekali tidak berubah, Bara."
"Berisik. Pergi urusi tugasmu kalau begitu, Tuan Sok Serius! Aku hanya bilang, kalau kau keberatan ya tinggal dilupakan!"
"Astaga? Kau ngambek? Apa mau permen? Aku membawa beberapa. Ada rasa jeruk yang cocok untukmu, Tangerine."
"Aku tidak! Lupakan! Ganti!"
Ebara mendengus marah mematikan alat komunikasinya. Ia kesal setengah hidup apalagi Azelard tiba-tiba memanggilnya 'Tangerine'. Julukan aneh dari Azelard yang didapatnya dulu saat pelatihan, kepalanya tersiram sari jeruk di kafetaria. Tidak ada yang bisa tertawa sekeras Azelard kala itu. Dan membuat 'Tangerine' menjadi nama tengah Ebara. Tapi Azelard menganggapnya sebagai panggilan sayang. Bodoh sekali, pikir Ebara.
Salah satu anggota berdeham menahan tawa. Ia tidak kuat hati melihat kaptennya mendengus seperti bocah saat bicara pada Azelard, selalu. Karena yang ia tahu, Ebara adalah kapten paling galak dan paling tegas. Tidak tanggung-tanggung saat memerintah, dan ringan tangan saat menembak. Makanya, ia memilih pergi saat Ebara meliriknya seperti harimau menatap mangsa. Pilihan terbaik adalah mati di tangan anomali saat bertugas daripada mati di tangan kapten sendiri—hanya karena lelucon.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro