Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 3

Tangan Lauren sibuk menggoreng telur dan sosis untuk sarapan. Di sisi lain, kompor menyala untuk memanggang roti. Wanginya enak sekali. Rigel selalu bernostalgia dengan masakan Lauren. Ingatan masa kecil berlarian di kepala. Mengingat kembali saat Rigel sepuluh tahun mengacau di dapur untuk masak sarapan di hari ulang tahun Lauren, atau saat Rigel tidak sengaja mendorong pie susu hingga jatuh ke luar jendela. Ingatan-ingatan manis lain yang selalu membuat Lauren tersenyum saat melihat putri kecilnya telah dewasa.

Sebagai single parent, Lauren membesarkan Rigel dengan baik. Kasih sayang, perhatian, dan seluruh harta bahkan nyawa yang ia punya. Entah ke mana perginya manusia brengsek yang tidak bertanggungjawab itu. Lauren bahkan tak sudi menyebutkan namanya apalagi menaruh nama belakang orang itu untuk Rigel. Demi galaksi dan seisinya, Lauren tak pernah ingin melihat pria itu lagi.

"Cepatlah, sarapan hampir siap," ucap Lauren lembut masih sibuk membalik telur gorengnya. Ia menyuruh Rigel mandi. Sedari tadi gadis itu hanya mondar-mandir dengan handuk menggantung di leher, tanpa ingin berpijak di kamar mandi. Padahal, ia selalu mengeluh panas dan ingin mengguyur diri dengan air es.

Terdengar pintu utama rumah diketuk tiga kali. Rigel tidak jadi membuka pintu kamar mandi, melihat Lauren sibuk dengan sarapan, Rigel memutuskan untuk menaruh handuknya dan membukakan pintu untuk tamu. Lagipula, siapa yang bertamu sepagi ini? Mungkin nyonya Sarah ingin memberikan segelas milkshake seperti kemarin. Ya, tetangganya itu terlalu baik.

"KEJUTAN!!"

Rigel benar-benar terlonjak saat ia belum sepenuhnya membuka pintu. Tiga orang datang dengan tawa masing-masing dan mengejutkan Rigel. Beruntung ia tak kehilangan separuh nyawa yang baru berkumpul.

"Astaga, kalian! Bagaimana bisa–"

Mereka teman-teman Rigel di studio tempatnya bekerja. "Yaass! Tentu saja bisa. Ini semua ide Julio. Katanya besok kau akan ulang tahun, dan berniat merayakan bersama ibumu. Teganya kami tidak diundang, jadi kami memutuskan untuk datang! Yas! Kejutan!" Perempuan dengan rambut pirang bermata biru menjelaskan dengan antusias. Ia yang paling atraktif dari semua temannya.

"Masuklah, kalian. Ibuku sedang memasak sarapan." Rigel membiarkan mereka masuk. Masing-masing duduk di sofa krem ruang tamu, mereka membawa berbagai macam barang. Menaruhnya di meja setinggi lutut yang memang dikhususkan untuk menemani sofa.

"Astaga, siapa ini?" Lauren datang dengan keterkejutan. Namun, mereka menularkan senyum lebar pada Lauren.

"Kami teman-teman Rigel. Kami hanya berkunjung untuk merayakan ulang tahun Rigel besok," jawab pria asia. "Di sini tidak ada penginapan, jadi kami menginap di kota sebelah. Agak jauh memang."

Ia David Pitterson 34, sejak awal telah bersama Rigel menjadi podcaster. Ia berperawakan sedang, sedikit gemuk, aksen Tiongkok-nya sedikit keluar saat mengucapkan kalimat rumit, dan memiliki bekas luka bakar di pelipis. Entah apa sebabnya. Julio Hillary 31, ia cukup berpengalaman untuk dipanggil senior dalam pekerjaan. Ia pria tinggi jangkung, berkacamata, dan cukup tampan dengan kulit putih khas Eropa Utara. Juga Aileen Rosemary 28, gadis asal Rusia itu sering dipanggil alien. Ia periang, dengan postur sedang dan kulit putih pucat. Mereka bekerja di studio yang sama, sebagai reporter lapangan.

"Nyonya Lauren, apa anda memiliki madu?" tanya Aileen bersemangat. Melihat Lauren mengangguk bingung, gadis itu segera membawa bungkusannya berdiri. "Yaass! Aku akan membuat honey mint lemonade, aku membawa jeruk california." Ia berjingkrak menuju dapur. Namun, di arah yang salah. Aileen hanya tertawa-tawa malu dan memutar arah.

"Aku akan membantu menyiapkan sarapan," ucap Julio ramah. Ia pria yang selalu bertutur kata lembut. Julio pernah membantu di restoran milik ibunya dulu, ia cukup pandai memasak.

"Aku ... akan merapikan ruang makan," balas David. Ia tidak memiliki keahlian memasak sama sekali.

"Baik. Aku akan mandi." Rigel tersenyum pada Lauren saat teman-temannya berhambur pergi. "Dengan air es," lanjutnya kemudian tertawa.

🍁🍁🍁

Suara dari salah satu bilik kamar mandi, suara air toilet mengalir. Langkah pelan Rhie Ölaf membuka pintu kamar mandi, melihat sekeliling dan mendekati salah satu bilik yang bersuara. Oleksei keluar dari bilik nomor dua. Rhie yang kaget sontak memundurkan langkah dan menenangkan diri saat Oleksei menatapnya aneh.

"Ada apa denganmu?" tanya Oleksei. Ia sebenarnya agak kesal, bisa saja pria itu mengintipnya saat melakukan ritual wajib di toilet.

"Dokter Oleksei! Syukurlah itu anda!" Rhie melangkah lebar mendekat, menarik lengan jas putih Oleksei dengan tangan basah berkeringat. Ia ketakutan, seakan hampir diinjak titan kolosal. "Di– dia! Makhluk itu! Ke– keluar!" Ia menjelaskan terbata-bata, kepanikan benar-benar menguasai otaknya.

"Tenangkan dirimu, Dokter Ölaf. Jelaskan pelan-pelan, aku tidak mengerti bahasamu," ucap Oleksei pelan. Ia sebenarnya ingin menyingkirkan tangan kotor Rhie. Hanya saja, itu kelihatan tidak sopan.

"SCP-096! Dia kabur!!"

Oleksei terdiam sejenak. Ia membuat raut syok dan menyingkirkan tubuh Rhie dari hadapannya. Sudah sejak tadi ia ingin melakukan itu. Oleksei berlari keluar kamar mandi, disusul Rhie di belakang. Mereka melihat sebuah pertumpahan darah besar-besaran. Koridor panjang penuh dengan bercak bahkan genangan darah. Beberapa onggokan daging terburai dan beberapa seperti daging giling yang tak terkunyah.

Rhie hampir muntah. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, walau tak dapat menahan gejolak di lambungnya. Rhie mengikuti langkah Oleksei ke site 'The Shy Guy'. Kacau. Hanya itu yang ada di otak Rhie saat menyaksikan sisa-sisa pertempuran. Dan Rhie benar-benar muntah sekarang, ia tak dapat menahannya lebih lama.

Sedangkan Oleksei terpaku di ambang pintu. Tak ada yang utuh selain jasad para bawahannya yang teronggok. Bahkan SCPs itu tidak berminat menyentuh mereka.

"Apa yang terjadi, Rhie?" tanya Oleksei. "Bagaimana makhluk itu bisa keluar? Apa pemicunya?"

Rhie mengusap bibirnya dan mengatur napas. "Kami sedang mencari tahu. Maaf soal itu."

"Hubungkan aku dengan Daniel. Aku akan mengomando Echo Romeo untuk menjejak makhluk itu. Dia pasti belum jauh."

"Ba– baik!"

Mereka pergi ke ruang keamanan utama. Hanya tempat itu yang tidak tersentuh amukan SCP-096. Oleksei menghubungi gedung pusat untuk melapor dan meminta bantuan. Walau Oleksei yakin Dewan-O5 telah mengetahui hal ini lebih dulu, ia harus melaporkan segalanya.

"Echo Romeo-Alpha tengah dalam perjalanan untuk pengejaran. Dibutuhkan koordinat pasti segera."

"Rhie! Koordinat SCPs!" bentak Oleksei pada Rhie yang sibuk dengan telepon. "Rhie!"

"Dokter Daniel tidak menjawab panggilan, Pak!"

"Koordinat SCPs, Rhie Ölaf!!"

Rhie terbangun. Ia terlalu panik untuk menanganinya sendiri. "Belum ada yang melcaknya, Dokter," jawab Rhie menunduk penuh penyesalan. Seharusnya ia bisa mengatasi panik dengan penyelesaian masalah seperti Dokter Oleksei, tapi ia malah panik dan berlari-lari mencari pertolongan seperti orang tidak waras. "Maaf."

Oleksei menarik napas pelan dan membuangnya perlahan. "Baiklah, tenang. Aku akan mengatasinya, terus hubungi Daniel."

"Baik, Dokter."

Oleksei pergi ke ruang observasi untuk melacak keberadaan SCP-096. Setidaknya, ia sedikit berpartisipasi dalam penanganan containment breach*. Ia menyalakan beberapa monitor yang masih berfungsi. Dapat dilihat dari radar, Echo Romeo-A sedang dalan perjalanan dengan helikopter. Ia sangat yakin helikopter biasa tak mungkin bisa menyamai kecepatan The Shy Guy tersebut. Oleksei berhasil menemukan posisi SCP-096 yang tengah berlari dengan kacau. Setelah penelitiannya bersama Daniel, disimpulkan bahwa makhluk itu akan berjalan lurus untuk mencapai tujuan.

Ia mengonfirmasi lokasi SCP-096 pada gedung pusat. "Sepertinya, dua pasukan Echo Romeo tidak akan cukup untuk menghentikan makhluk itu. Kami butuh pasukan lain yang lebih kuat."

"Diterima. Mobile Task Force Tau-1 diperkirakan akan sampai kurang dari satu jam."

Oleksei mendudukkan tubuh di kursi kerja seseorang. "Aku yakin itu juga tidak akan cukup untuk mengalahkannya. Apalagi membunuhnya. Daniel, di mana kau?" Sepertinya Oleksei mulai stres dan bicara pada dirinya sendiri. Ia tidak merasa apa yang ia lakukan sebelumnya itu baik.

"Dokter Oleksei! Dokter Daniel menerima panggilan!"

Layaknya tetesan air di gurun tandus, Oleksei merasa segar setelah kehausan panjang yang abnormal. Ia berdiri dengan beban lebih berat dari tubuhnya sendiri, menatap Rhie penuh harap. Semoga saja pria Rusia itu tidak bohong. Karena ia hampir membunuh empatinya sendiri, untuk bertahan hidup.

🍁🍁🍁

Dengung baling-baling helikopter menyapu dataran rendah gurun. Meninggalkan jejak samar kala sedikit-sedikit menukik untuk menembak humanoid aneh berikut. Ia SCP-096 yang kabur dari penahanan. Berlari di atas gurun dengan amarah memuncak.

Mereka Echo Romeo Alpha-3, mengeluarkan senapan anti-material XM500* yang telah dimodifikasi dari helikopter. Dua tembakan dilepaskan, salah satunya mengenai kaki makhluk itu. Debuman keras muncul bersamaan dengan bulir pasir yang mendebu. Membuat kabut pasir tebal yang memperangkap SCPs di dalamnya.

Tidak jelas apakah tembakan itu menghentikannya, helikopter ER-A bermanuver untuk berbalik dan kembali mengecek keadaan SCPs. Terlihat benda itu keluar dari bumbungan tebal kabut pasir, berlari dengan terpincang namun tak sedikitpun menurunkan kecepatan. Perlahan-lahan luka di sekujur tubuh putihnya menutup dan pulih tanpa cacat.

Helikopter ER-A melambat dan membiarkan helikopter ER-3—sisa pasukan militer yang menjaga SCP-096—menukik untuk menembak humanoid tiga meter itu. Dua tembakan telah meluncur melewati target, kepala SCP-096 mungkin akan meledak jika saja rudal ke dua tidak meleset.

"Perintah pengejaran tetap dilakukan! Perlambat entitas untuk membantu MTF Tau-1 mengevakuasi warga kota! Akan datang kurang dari sepuluh menit!" teriak salah satu anggota gugus tugas ER-A dari helikopternya.

ER-3 juga meneriakkan hal yang sama. Tak hingga sepuluh menit, delapan unit V-22 Osprey* milik Mobile Task Force Tau-1 terbang di atas melewati helikopter dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya menyusul SCP-096, itu juga melewatinya dengan aman.

"Perintah evakuasi pengendara yang menuju jalur barat! Sial! Kita tidak bisa mendahului entitas!" Gamma Rodes hampir membanting alat komunikasinya jika saja ia tidak bisa menahan emosi. "Sibukkan diri kalian! Buat diri kalian berguna!"

Gamma menyahut senjata. Bersiap untuk yang terburuk. Kedua helikopter mereka berbelok menuju jalur timur dan utara. Setidaknya, mereka telah melakukan semampu mereka untuk itu.

"Kapten Rodes, kemacetan besar di sini. Dan kepolisian kota ikut campur. Apa yang harus kita lakukan?"

---

Containment Breach*: Pelanggaran penahanan. Entitas keluar dengan paksa (kabur) dari sel dan menyebabkan kekacauan.

Senapan anti-material XM500*:

V-22 Osprey*:

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro