Jurig 2
1. Musik (Tidak) Menyatukan Kita
Nilai: 75
Aku suka pesan yang ingin disampaikan penulis dalam cerita ini, judul lagu Keluarlah, Nikmati Dunia seolah mewakili hal itu. Chara development Zera yang semula fokus belajar, kemudian diperkenalkan dunia baru oleh Ara juga menarik. Tanpa Ara, nada Zera hanyalah sumbang.
Hanya saja, aku kurang ngerasain feel dalam cerita ini, karena alur yang awalnya pakai tempo lambat tiba-tiba dipercepat. Penolakan Ara juga lebih ngena kalau seandainya punya alasan. Sebenarnya gak apa-apa bikin alur open ending ataupun ngegantung, tapi harus ada clue buat ngiring pembaca ke eksekusi yang lebih matang.
Ada beberapa kaidah yang perlu dibenahi. Contoh, di awal cerita seharusnya bisa jadi paragraf pembuka yang menarik, tapi aku bacanya lebih kayak paragraf deskripsi. Beberapa kalimat juga masih ada (,) di tempat yang gak seharusnya. Fungsi (,) digunakan buat memisahkan kalimat, tapi kalau kalimatnya masih nyatu gak perlu (,), kecuali ada interjeksi. Sementara di kalimat yang ada interjeksi justru kamu gak pakai (,).
Kata 'namun' juga hanya bisa dipakai di awal kalimat. Kalau mau taro di awal paragraf, pakai 'akan tetapi'. Terakhir, ada scene di mana Zera ngeliat pertunjukan gitar Ara, dan dia pengen nemuin doi. Di situ kamu nulisnya, "Aku akan 'menemukannya'." Padahal seharusnya 'menemui'. Dua kata ini memang mirip, tapi beda pemaknaan. Menemukan itu lebih ke 'mendapat/melihat' sesuatu. Kalau menemui itu 'menuju'.
2. The King and The Vice Prefect
Nilai: 83
Wah, tadinya aku pikir gak bakal ada yang nulis cerita fantasi. Mengingat tema kali ini School Experience, kirain bakal nulis true story wkwk. Tapi di sini perbedaan ceritamu sama yang lain, meski bisa dibilang konsep sekolah sihir dihiasi dansa raja dan ratu sudah cukup mainstream.
Menariknya, konsep sefamiliar itu bisa kamu eksekusi dengan baik. Puncak yang paling aku suka waktu Mirabelle dan Antonia makai kostum yang sama, tapi dengan sihir emasnya Mirabelle buat baju itu berubah warna. Di situ kesannya kayak atraksi kecil sebelum dansa, dan wajar dia jadi daya tarik publik. Sekaligus ngejelasin di sini letak perbedaan mereka, bahwa Mirabelle punya level yang lebih tinggi ketimbang Antonia.
Kaidah kepenulisannya udah bagus. Hanya saja, jangan tuangkan banyak karakter gak penting kalau peran dia dalam cerita cuma disebutkan namanya, sementara orangnya gak muncul-muncul. Itu termasuk pemborosan, bahkan untuk sekelas novelet, apalagi ini cuma cerpen. Cuma satu lagi yang perlu dibenahi; berdasarkan EYD V, nama gelar seperti presiden/raja, ditulis kapital kalau diikuti nama orang. Tapi kalau digunakan secara generik, kata tersebut harus dalam bentuk huruf kecil.
3. Killed by The Killer Teacher
Nilai: 72
Jujur aja konsep cerita ini paling menarik perhatian aku di antara yang lain, karena punya kesan anti mainstream. Tepuk tangan dulu buat penulisnya. Sayang banget, cerita ini sangat gak dieksekusi dengan matang.
Sepanjang cerita, penulis memang berhasil mengundang penasaran pembaca tentang rumor Bu Mei dari sudut pandang Nada yang notabene adalah muasal segalanya terjadi, sehingga plotwist yang dibangun terasa menegangkan. Tapi cerpen ini cuma menceritakan kembali apa yang sudah terjadi, bukan menceritakan apa yang sedang/akan terjadi karena kejadian itu.
Penataan alur kayak gini lebih cocok dijadiin flashback dibanding cerita 'utuh'. Terutama kamu selalu menggunakan dialog ketimbang narasi untuk menyampaikan segalanya ke pembaca. Alhasil, meskipun konsep cerita ini 'menjual', jadi gak bisa dinikmati.
Untuk kaidah kepenulisan udah rapi, cuma ada beberapa kalimat yang terasa pincang waktu dibaca. Salah satu contohnya di bagian; seru Laras, salah seorang teman kelasku juga, sahabat karib Nada, menepuk bahuku dan Nada. Kalimatnya sangat inkonsisten, coba dibikin lebih efektif, dan lagi-lagi gunakan (,) sesuai tempatnya. (,) memang sebagai penyekat antar kalimat, tapi buatlah kalimat yang runtut agar (,) lebih jelas fungsinya.
Aku juga nemuin kata 'menghembuskan', padahal kata yang baku itu 'mengembuskan'. Tapi masih bisa dimaklumi berhubung kamu pakai PoV1, cuma sebagai info aja buat ke depannya.
4. An dan Xie
Nilai: 90
Keren, ini kesan pertama sampai akhir aku baca ceritanya. Meskipun beberapa scene kesannya lompat-lompat, tapi penulis bisa buat cerita ini lebih mengalir karena majas yang digunakan. BTW pasti berat, ya, jadi An. Tinggal di lingkungan keluarga yang hebat, dan dia dituntut menjadi sempurna sesuai standarisasi keluarga.
Meskipun cerita ini pakai PoV 3, feel-nya kerasa banget, sampai aku bisa ngerasain gimana di posisi An. Romansa-nya juga terasa manis, aku suka bagaimana Si Lakon membaca syair dengan xianzi untuk menenangkan hati An, meskipun itu cuma khayalan? Sejujurnya aku kurang tau antara ini cuma halusinasi An atau kenyataan. Mungkin penulis juga memang sengaja memberikan informasi samar, biar bisa diintepretasikan dalam berbagi makna.
Komenku cuma satu, berdasarkan EYD V unsur kekerabatan harus ditulis kapital kalau merujuk ke makna yang sebenarnya. Kecuali gak merujuk baru ditulis huruf kecil.
Contoh:
-Merujuk (Ayah)
-Gak merujuk (ayahnya/ayahku)
5. Tidak Mungkin Sesempurna Itu
Nilai: 70
Makasih buat humornya. Cerita ini ngasih warna baru buat cerita-cerita lain yang kurang unsur komedi. Aku hargai effort penulis sekaligus dirimu, Ratih. Meskipun berujung gagal, dan lagi-lagi Angga jadi selalu dikagumi.🙏 Aku benar-benar bisa ngerasain gimana kesalnya Ratih ngeliat orang sesempurna itu, soalnya aku juga ikut gemes pengen bongkar aibnya wkwk.
Tapi konsep cerita ini terlalu familiar. Di mana cewek bad girl gak suka dengan idola sekolah yang selalu 'dipuja'. Meskipun cuma fiksi, aku cukup kontra sama segala cerita yang modelan ini. Soalnya alih-alih kagum dengan tokoh sesempurna itu, aku malah ngerasa catlog.
Meski begitu, cara Angga nembak Ratih bagus, sih. Mereka gak saling cinta, tapi karena ngerasa cocok jadi diajak jalin hubungan. Melihat dari judul dan keresahan heroine, aku anggap cerita ini ngasih sudut pandang baru ke pembaca. Keren, kok. Cuma tetap terlalu familiar, kurang ciri khas yang bisa digali di ceritanya.
Ada beberapa scene yang kesannya tiba-tiba. Salah satunya waktu Ratih nyembunyiin sepatu, terus tanpa pengalihan langsung pindah ke dialog Angga. Banyak kata yang seharusnya dipisah malah disambung di sini; ingatlo, ngeliatlo, gapunya, dll. Sedangkan 'tak' malah dipisah sama partikel dasar yang mengikutinya, padahal seharusnya disambung.
Contoh:
-Tak dipisah (tak menginginkan)
-Tak disambung (takingin)
6. Cinta Bersemi Untuk Gadis Meja Belakang
Nilai: 72
Secara keseluruhan, gak ada yang harus aku kritik dari kaidah kepenulisan, karena udah sempurna. Hanya saja di judulnya 'untuk' tetap di tulis kecil, karena termasuk kata hubung. Sayang, aku gak nemuin 'sesuatu' dari cerita ini. Kalau dibilang terlalu mainstream juga enggak, tapi bumbu teenfic dan SoL-nya cukup biasa dan ... sunyi. Feel yang bisa kurasain di dalam cerita ini cuma karena Diandra punya karakterisasi unik. Jarang banget ada cerita di mana peran utama menjadi pihak yang pick me, biasanya saudari tirinya/Jane. Oke, itu keren.
Plot hole yang paling parah dalam cerita ini adalah 'di mana pentas seninya'? Alhasil, ini cuma sebatas imbauan guru tanpa ada eksekusi tentang lomba tersebut. Sebenarnya plot hole itu hal yang lumrah, hanya saja letaknya gak menyesuaikan sama isi prompt yang dipilih. Padahal kalau bisa dieksekusi cerita ini bakal bagus, mengingat Rei, Diandra, dan Jane punya hubungan segitiga. Pasti euforianya bisa terasa di sana.
7. Tahun Terakhir
Nilai: 80
Jujur aja aku lebih suka cerita anti mainstream, tapi kali ini aku suka cerita mainstream seperti ini, karena kesan yang dibangun sangat terasa. Aku curiga ini kisah nyata author-nya wkwk. Gimana, ya? Meskipun Rana dan Rafli gak pernah ngomong atau papasan langsung, romansanya sangat bagus. Tentang gimana cara si Rana mengagumi doi dalam diam, dan tentang pembaca yang ikut dibuat penasaran siapa, sih, nama cowok yang disukai MC kita.
Juga, saat si Alya kepayahan nebak siapa nama cowok yang katanya ternyata gak termasuk kriteria jago main musik, main basket dan populer, lalu Rana menyangkal dengan cara dia melihat Rafli sesempurna itu. Pokoknya segala perasaan Rana saat jatuh cinta sampai ke pembaca.
Yang perlu dikoreksi adalah angka harus ditulis dengan nomor kalau jumlahnya dua digit; 12, bukan dua belas. Penggunaan kata 'tak' juga ditulis serangkai dengan kata dasar yang mengikutinya.
Contoh:
-Tak serangkai (taklupa)
-Tak terpisah (tak melupakan)
8. Warna
Nilai: 78
Are you okay, Fara? Bisa dibilang cerita ini cukup related sama aku. Tentang salah menggapai mimpi, kemudian ada orang baru yang hadir sebagai pengalihan duniamu yang sumpek. Secara keseluruhan cerita ini termasuk matang. Mulai dari Fara yang patah dengan harapannya, sampai cara dia memendam rasa yang kemudian dijatuhkan lagi.
Sayangnya, aku gak nemuin chara development di cerita ini. Tujuan Fara gak mutusin buat deketin doi kan biar dia bisa fokus sama akademik. Tapi kenapa keberadaan Pandu gak dijadiin support system? Justru penghambat pelajarannya. Ya meskipun gak bisa dipungkiri ngalihin rasa depresi si MC.
Tapi minimal harus ada pembuktian. 'Setidaknya meski kamu udah patah hati, buktiin kalau ada hasil dari konsistenmu tentang alasan memendam perasaan selama ini. Yaitu, dengan mencetak mimpi.' Kenapa aku protes? Soalnya sejak awal penulis seolah mengiring pembaca tentang background Fara dan mimpinya yang patah. Jadi, mau gak mau harus ada chara development soal ini juga.
Yang perlu dikoreksi cuma aku nemuin awal paragraf yang pakai 'namun', padahal fungsinya cuma di awal kalimat. Awal paragraf pakai 'akan tetapi.
9. Arunika, Sandikala
Nilai: 88
Awokawok siapa, sih, yang bikin cerita ini? Lawak banget. Makasih, loh. Darren adalah MC favoritku di antara semua cerpen lainya, mood banget Kokoh pecinta dangdut satu ini. Semua argumennya di luar ekspektasi pembaca.🤕🙏 Selain itu aku suka konsep murid unggulannya yang alih-alih meningkatkan prestasi karena memang tabiatnya, dia ambis karena memang gak mau semakin di bawah sampai keluar kelas unggulan. Selain itu ending-nya juga tertolak dengan cara plotwist.
Untuk kaidah kepenulisan kayaknya kurang lebih sama aja kritiknya dengan yang lain. Tentang partikel 'tak' kapan harus disambung dan dipisah, kemudian kata 'namun' harus diikuti (,).
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro