Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 29: Today's Weather is Pretty

Membuka luka itu biasa. Yang sulit adalah ketika ada yang mulai menyentuhnya-sebab akan jadi perih yang mendalam. Sama seperti kenangan. Dibuka tak masalah, asalkan tidak disentuh dalam.

Memulai, mengakui, menjalankan, mempertahankan, mengakhiri, dan menyadari-tidak ada yang mudah dilakukan. Jooeun adalah satu dari manusia biasa yang hanya dijanjikan kematian setelah diberi kehidupan.

Kita semua tahu soal jaminan itu. Bahwa tiada yang dijanjikan selain itu. Jooeun tidak tahu berapa lama ia berada di sana, dihantam dengan guyuran realita bahwa ia harus melepas semua cerita pahit yang lama mengikatnya, menghalaunya, untuk maju ke depan.

Perjalanan ke dalam lubang hitam semalam bukanlah akhir. Itu adalah permulaan dari segalanya. Permulaan bahwa ia harus membuka kaki kenangannya lebar-lebar dan membiarkan apa yang ada di dalam disentuh, diraba, dan dikacaukan tanpa ampun.

Kendati begitu, Jooeun akan melakukannya. Ia bertekad untuk menyelesaikannya. Dan semoga cuaca selalu baik dalam menggiring perjalanannya.

Masih dengan mata sembab, Jooeun menutup pintu ruangan Namjoon sebelum mendapati Jungkook terkesiap dari duduknya.

"Dasar Si Sinting Namjoon itu. Masa sesimu hari ini lama sekali. Padahal sebentar lagi salju akan turun." Jungkook menggerutu.

"Kau menunggu?"

Jungkook mengangguk, "Besok hari terakhir di sini. Aku jadi sangat bersemangat."

"Tidak biasanya kau ingin keluar?"

Jungkook mengerling lucu, "Aku tidak bilang semangat untuk cepat keluar. Aku bersemangat mencari cara untuk masuk ke tempat ini lagi."

"Astaga, Jeon Jungkook! Sungguh. Jangan coba-coba melakukannya," Jooeun menepuk pelan pipinya dengan frustasi, membuat hidung Jungkook berkerut dalam tawa.

Mata Jungkook menatap penuh arti. Jooeun dapat merasakan tegangan lembut saat Jungkook dengan intonasi dalamnya melanjutkan, "Lalu kau sendiri bagaimana, Kak?"

"Aku? Tentu aku akan berusaha sebisa mungkin untuk sembuh," jawab Jooeun pelan.1 Menyadari bahwa nada bicaranya terlalu serius sampai cukup mempengaruhi atmosfir diantaranya dan Jungkook, ia berdeham dan berusaha membuat lelucon, "Jadi, tak perlu bertemu denganmu lagi di sini."

"Kalau begitu, Kak Joohyun akan bertemu denganku di luar?" Anak itu menyengir lebar.

Sepertinya Tuhan menuangkan terlalu banyak sendi cengiran untuk Jeon Jungkook saat ia diciptakan. Senyum Jungkook jadi benar-benar sampai di mata ketika Jooeun yang sedatar marmer membalas tatapannya. "Terserah."

"Oke, setuju!"

Jungkook merogoh saku seragam pasien, menemukan sesuatu yang sudah ia persiapkan di sana. Lalu dengan cekatan mencuri celah untuk menyelipkan satu bunga Aster ungu di telinga Jooeun.

Dalam pandangan yang hampir bercampur dengan angin musim dingin yang berembus, pemuda itu tersenyum tipis. Kemudian dengan sengaja mengucapkan kata untuk mengusili Jooeun, "Cantik."

Sesuai prediksinya, Jooeun terdiam lucu. Dan itu saja sudah selalu cukup untuk membuat Jungkook puas.

Pelajar tinggi itu berbalik memandangi langit terik di atasnya. Sekilas angin semilir terasa baik, berada di bawah paparan biru muda yang terbentang luas seperti ini membuat Jungkook teringat sesuatu. Menyadari mungkin ini terakhir kali ia bisa memberitahu Jooeun, ia mengumpulkan keberanian. Jantungnya agak berdegup. Sebenarnya, ia pun takut jika desisinya salah. Tapi baginya, ini sangat penting. Jadi Jungkook mencolek bahu kecil di sebelahnya.

"Kak Jooeun."

Jooeun menoleh ke asal suara. Mendengar Jungkook yang tiba-tiba memanggil dengan nama lahirnya membuat pandangan Jooeun berubah menjadi awas kendati bibirnya terkatup rapat.

"Cuaca hari ini bagus." Jungkook membuat jeda. Lalu mengulurkan tangan, membuat jantung Jooeun seolah mendapat cambukan bertenaga besar. Napas yang terhirup terasa sesak. Salivanya tersendat. Dan Jooeun merasakan sensasi beku di sekujur tubuhnya saat pria bermarga Jeon itu meniru sesuatu dengan serius.

"Mau bunuh diri bersama?"

Itu kalimat yang terakhir Jisoo lontarkan padanya. []


NOTES:
Olrite. Sudah terkuak satu-satu.
Ditunggu ya. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro