Chapter 23: Silent Scream
"Di sini?" Jooeun menunjuk dashboard mobil.
"Yup," Taehyung menepuk setir mobil. Lalu membuka jendela otomatis, "Aku suka berkeliling di bawah rembulan dengan mobil. Memerhatikan bagaimana cara orang biasa menikmati malam dari balik kaca."
Cara orang biasa menikmati malam. Kata-kata itu terus terngiang di kepala Jooeun. Apa maksudnya?
Tapi, entah bagaimana Jooeun paham, ia rindu rasanya menyatu dengan kenormalan saat kelam menyambut. Biasanya, Jooeun hanya menyelimuti diri dengan gumpalan pikiran berduka. Tapi itu jauh sebelum Taehyung datang dan menariknya keluar dari goa setan tersebut.
Mobil berhenti di tepi jalan yang di sisi kirinya terdapat taman dan danau buatan yang dirancang sedemikian rupa. Ada pantulan cahaya anggota malam di sana. Ada goresan graffiti di tembok. Ada tiga remaja yang sibuk makan ramyun di bangku taman. Ada segerombol pemain skateboard amatir. Ada banyak hal detil yang bisa diperhatikan.
Entah bagaimana kombinasi itu berhasil sedikit membuat Taehyung terhenyak. Bentuk bayangan bulan yang tergoyang karena riak air danau, goresan graffiti yang terlihat kesepian, atau percakapan tiga remaja yang tak bisa mereka dengarㅡnamun satu yang pasti, itu mengandung sesuatu yang menggembirakan karena ketiganya tertawa sampai terlihat seperti akan berguling-guling, serta para pemain amatir yang berkali-kali jatuh dan berkali-kali berdiri tak patah semangat.
Semua itu membuat Taehyung teringat dengan banyak hal.
Sekalipun semua yang disebut tadi sebenarnya tak begitu berarti, tapi buat semua orang yang sedang menjalaninya pasti hari-hari biasa seperti ini akan menjadi hal yang mereka rindukan suatu saat nanti.
Kendati tertutup punggung, Jooeun yakin kalau Taehyung sedang tersenyum, tangannya bersandar di dekat jendela. Gadis itu jadi penasaran dengan apa yang ada di kepala pemuda itu saat menikmati teritorinya. Hal-hal seperti apa yang ingin pria ini hapus, apa yang ingin pria ini ingat, dan seperti apa rupanya?
"Mau lihat lebih dekat?" Taehyung menolehkan wajah, membuat Jooeun terkesiap.
"Eh? Mana bisa," Jooeun berkomentar sehabis menilai ruang sempit yang tersisa di dalam mobil.
"Duduknya di sini," Taehyung menepuk pahanya yang terbalut celana jins. "Kalau kau mau."
"Minta dihajar?" ancam Jooeun dengan ekspresi datar.
Taehyung tertawa-tawa, "Kau ini umur berapa, sih?" kemudian pria itu keluar dari mobil dan duduk di kursi belakang pengemudi, mengosongkan bangku yang tadi.
"Nah, silahkan duduk di sana," sahut pria itu sementara sandaran kepala dipeluk erat, dan matanya kembali pada pemandangan.
Sebelum dengusan terdengar, detik sebelumnya Jooeun menyusul. Pintu penumpang terbuka. Ada Jooeun di sana. Gadis itu melangkah masuk dan duduk di samping Taehyung.
"Aku terbiasa untuk tidak duduk di bangku yang panas. Ada mitos entah dari negara mana, katanya nanti bokongmu bisulan," sahut Jooeun langsung menutup pintu, bahkan Taehyung belum mengeluarkan satu suara pun. Gadis itu membetulkan posisi duduknya sambil berdeham tanpa menatap Taehyung. "Jadi, izinkan aku di sini saja."
"Kau sedang berusaha menarik perhatianku, ya?" Taehyung tersenyum menggoda.
"Simpulkan sesukamu. Aku tidak peduli. Aku hanya takut bisulan."
Suara kekehan renyah keluar dari mulut Taehyung. Bola matanya menatap lembut sang gadis, ada binar serpihan bintang yang membuatnya ingin menyimpan Taehyung dekat dengannya. Gadis itu tersenyum manis sebelum pemuda itu perlahan menyapu jarak diantara hidung keduanya, Jooeun lalu memejamkan mata saat jemari Taehyung meraih pipinya.
Kehangatan menjalar saat tangan Taehyung mulai mengusap punggungnya. Jemari panjang itu perlahan turun ke pinggang dan ia dapat merasakan lidah Taehyung mulai bermain di dalam mulut, begitu nyaman dan lihai.
Taehyung mendorongnya pelan sampai ia terbaring, anak rambutnya diselipkan ke belakang telinga yang dengan jelas mendengar deru napas naik turun. Taehyung yang berada di atas Jooeun, sekali lagi mengambil napas sebelum lanjut menyapu inci demi inci wajah Jooeun dengan kecupan ringan.
Tangan Taehyung kian turun, meraba daerah lain yang lebih lembab, tapi Jooeun mencegahnya dengan cepat. Ia menggenggam erat tangan kiri Taehyung dengan debaran menyakitkan. Jemari Taehyung yang kanan menjauh dari tengkuk Jooeun dan perlahan turun ke dada ranum miliknya. Dan sekali lagi, tangan gadis itu menghalau.
Tuhan. Aku takut.
Hidung gadis itu mulai memerah dan jantungnya berdebar tak karuan. Jooeun meneteskan air mata saat ia mendengar suara desahan miliknya sendiri di sela mereka berciuman.
Taehyung memperlakukannya dengan lembut dan sangat hati-hati. Tidak pernah sekalipun pemuda itu memaksakan kehendak, meski birahinya bergejolak. Ia hanya mengalir pada teritori yang Irene berani lakukan. Satu tangan terpakai untuk menahan tubuhnya. Satu tangan mengusap pipi Jooeun yang basah.
"Taehyung, tolong..." ia melirih.
Jooeun sendiri tidak menemukan alasan mengapa ia merasa jijik pada dirinya sendiri saat ia perlahan menyadari bahwa ia menyukai apa yang Taehyung lakukan padanya. Ia ingin merutuk dan mengutuk diri. Sentuhan demi sentuhan yang ia nikmati ini mengingatkannya pada kekejian Sehun yang membuatnya merasa hina.
Akan tetapi, ini tidak seperti itu. Debaran ringan suka rela-untuk Taehyung-ini jelas bukan muncul karena rasa takut. Jooeun menikmatinya. Jooeun menginginkan Taehyung lebih dalam. Ia ingin membiarkan Taehyung menyentuhnya karena ia mencintai pria ini. Tapi ada tembok di sana. Sebuah tembok besar yang terbuat dari karat masa lalu dan jutaan pagar ketakutan.
Jooeun berusaha menarik kembali detak jantung yang bertalu seperti gemuruh petir agar tenangㅡmeski peluang gagalnya sangat besar. Tubuhnya bergetar dalam ketakutan dan ia membeku. Wajahnya pucat. Ia hanya bisa membendung air mata yang kapan saja bisa tumpah.
Gadis itu dapat merasakan napas hangat beraroma mint berkeliaran di wajah. Tautan bibir mereka berhenti. Lalu ketika ia membuka mata, ada Taehyung di atas dengan kemeja putih basah dan peluh yang bercucuran di pelipis.
Pemuda itu terlihat menyesal. "Maaf, kalau aku membuatmu teringat."
"Kim Taehyung..." Jooeun hampir menangis saat mengatakannya, suaranya parau dan terbata-bata. "Kenapa aku harus merasakan ini?"
Taehyung bergeming. Ia tidak punya jawabannya.
Netra Jooeun berkilat letih, begitu terpukul hingga ia hanya bisa menyembunyikan linang air mata di balik telapak tangan.
"Aku ingin cinta seperti orang biasa yang tidak punya histori diperkosa, yang punya trauma pahit. Aku ingin mencintai seperti orang normal, Tae..."
Ia membantu Jooeun duduk dan merapikan surai sang gadis dengan lembut. Ada banyak kesedihan dalam netra. Taehyung tak sanggup melihat itu semua dan ia hanya bisa mendekap gadis itu dalam diam.
"Aku mencintaimu," Taehyung merasa kerongkongannya tercekat. "Aku ingin mencintaimu," katanya pelan. Hatinya seperti dicabik paksa saat ia melanjutkan. "Tapi aku tengah berusaha untuk tidak mencintaimu."
Taehyung merangsek dan melumat bibir Jooeun dengan lembut. Kristal bening tak berhenti mengalir di sudut mata Jooeun tatkala pria itu melepas tautan dan mengakhiri dengan satu kecupan bibir.
Ia merasa malu. Kepalanya pusing setelah menerima informasi dari berbagai sisi yang terus-terusan bertabrakkan. Mana yang benar, mana yang salah. Dan kali ini ia malah mencuatkan sedikit kecurigaan pada Jooeun. Keterlaluan. Teganya kau curiga pada gadis ini, Kim. Apa kau sudah lupa berapa banyak cahaya yang dia bawa untukmu lewat kalimatnya yang hangat?
"Banyak hal terjadi dan aku belum menemukan titik terang. Aku selama ini susah payah berusaha untuk tidak mencintaimu."
"Tapi tetap saja," Kehangatan menjalar saat ibu jari Jooeun mengusap tangannya. Tapi Taehyung hanya kembali mengutuk diri dalam perih. "Tak bisa dicegah, aku mencintaimu."
Hati pemuda itu serasa ditikam duri. Bolong sana sini. Mengeluarkan darah berbau amis yang membuatnya jijik pada diri sendiri.
"Maafkan aku, Jooeun. Aku tahu. Semua kekacauan ini... Semua rasa sakit itu... Semua misteri di kepalaku... Semua pertanyaan yang belum bisa kupecahkan... Semua komplikasi itu menyuruhku untuk tidak berdekatan denganmu. Mereka semua memberiku alasan untuk tidak boleh mencintaimu."
"Tapi aku tidak bisa, Jooeun" suaranya parau dan mata Taehyung sedikit berkaca-kaca. "Aku tidak bisa... belum..."
"Jadi Jooeun, biarkan aku mencintaimu hanya hari ini saja."
Riuh rendah desah napas harusnya cukup mengisi indera pendengaran. Akan tetapi, Taehyung malah mendengar desiran jantungnya lebih kencang. Seolah-olah ruang dituang hening oleh Tuhan dan hanya menyisakan detik ini agar Taehyung paham betul atas suara detakan jantung yang ramai. Jooeun di sana matanya berkaca-kaca, berusaha tegar.
"Oh Sehun... maksudku, Min Yoo. Min Yoo sudah merubah pandanganmu terhadapku, 'kan?" Jooeun mengakhiri dengan senyum tipis.
Taehyung bungkam. Gadis ini sudah tahu segalanya. Mungkin Sehun sendirilah yang sudah memberitahunya. Kalimat itu menghantar sensasi listrik sampai tulang belakangnya tatkala mulut Jooeun mengklarifikasi.
"Itu semua benar, Taehyung."
Ada getir dalam senyum yang terbingkai di bibir pucat Jooeun.
Taehyung ingin sekali menyangkal, bahwa belum tentu apa yang dibicarakan gadis itu sama dengan apa yang dipikirkan. Tapi kunci bibir Taehyung seolah hilang. Tak bisa dibuka.
"Aku yakin kau juga sudah pernah mendengar gosip di sekolah bahwa aku ini pembunuh, 'kan?" Jooeun menambahkan setelah menggeleng sedih.
Ia membuat Taehyung shock berat. Taehyung bersumpah ia tak ingjn mendengar kalimat selanjutnya.
"Gosip itu benar, Tae."
Wajah Jooeun dengan bibir yang melengkung indah itu ialah ekspresi paling menyedihkan yang pernah Taehyung lihat. Jemari mereka yang tadinya bertautan terpisah perlahan. Mata indah itu membawa jantungnya yang mencelos sampai ke ujung eksistensi.
"Aku memang membunuh Kim Jisoo." []
NOTES:
Reaksi kamu yang mana?
A. 🤯🤯🤯🤯🤯
B. 😭😭😭😭😭
Thanks for reading.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro