Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29. Best Moment

29 ʚɞ Best Moment

Janessa enggan kembali ke rumah, juga tak mau berlama-lama dirawat di rumah sakit. Dia mematikan ponsel agar Narafina tak mengusik. Untuk sementara Janessa akan menumpang di apartemen Kahr, beristirahat total di sana sampai kondisinya pulih.

Kahr tak keberatan. Dia sudah lumayan lama kesepian semenjak satu bulan lalu memilih tinggal sendiri.

Keluarga Kahr tampak harmonis di mata banyak orang. Orang tuanya terpandang dan kaya raya, rumahnya bak istana dengan kemewahan tiada tara, apa yang Kahr mau bisa semudah itu terkabul meski harganya selangit.

Namun Kahr tidak bahagia. Kematian ayah dan kakaknya setahun lalu merenggut semua keceriaan Kahr. Dia kehilangan semangat hidup. Pendukungnya di berbagai hal telah tiada.

Ayah dan kakak Kahr selalu mendukung kesukaannya. Kahr gemar sekali bermain skateboard. Suatu hari ayahnya memberi dia hadiah berubah papan skateboard terbuat dari emas murni untuk dipajang di rumah. Dan, kakaknya membelikan papan baru beserta sepatu yang keduanya bertanda tangan pemain skateboard profesional, berprestasi, dan paling berpengaruh di dunia.

Sejak dua orang itu pergi, Kahr tak pernah lagi menyentuh skateboard. Melirik hadiah-hadiah dari mereka yang terpajang di lemari kaca pun dia tidak sanggup. Kahr selalu sedih tiap mengingat kepergian ayah dan kakaknya akibat kecelakaan pesawat.

Tersisa Kahr dan ibunya yang masih harus lanjut menikmati pahit-manis kehidupan. Sayangnya Kahr merasa hampa. Ibunya tidak perhatian, tak mau tau apa kegiatan sehari-hari putranya. Saat Kahr wisuda, sang ibu tak hadir dengan alasan harus terbang ke negara tetangga untuk hadir dalam peresmian hotel barunya.

Tujuh bulan setelah kepergian dua orang tersayang Kahr, ibunya makin cuek. Dengan tanpa ragu ibunya sering membawa lelaki yang beda-beda hampir tiap malam ke rumah.

Itu sebabnya Kahr mau tinggal sendiri saja di apartemen. Dia menolak dibelikan rumah karena percuma ... nantinya ibu Kahr datang sesuka hati, melarang ini dan itu, mengganggu ketenangan jiwanya.

"Kahr? Bisa pesen makanan, enggak? Perut gue bunyi terus ...," ucap Janessa yang saat ini sedang menghangatkan badan dalam balutan selimut tebal milik Kahr.

"Bisa. Mau apa?" Kahr menyahut.

"Apa aja yang enggak bikin perut panas. Mau yang lembut," kata Janessa.

Kahr mengiakan. Dia memesan makanan secara online. Mudah dan praktis, tak perlu repot-repot keluar kamar.

Janessa mengamati Kahr yang sibuk memainkan ponsel. Ada senyuman tipis di bibirnya, merasa beruntung bertemu Kahr. Kalau semakin dekat dengan Kahr, Janessa takut dia jadi nyaman dan akhirnya melupakan Sky.

"Ah, Sky." Janessa spontan menyebut nama itu.

Kahr menoleh. "Hm? Sky?"

Tersadar, Janessa langsung menggeleng dan memeluk bantal lebih erat. Dia tatap cincin di jari manis tangan kanannya. Cincin itu seperti mengingatkan Janessa bahwa dia telah menikah dengan Sky, artinya tak boleh tertarik pada lelaki lain.

"Abis makan nanti mau nemenin gue?" Janessa berkata.

"Nemenin buat apa?" sahut Kahr.

"Ke rumah cowok gue. Ada masalah, gue pengin selesaiin secepetnya," papar Janessa. "Tapi, lo cukup anter gue sampe depan rumahnya, jangan ikut masuk."

"Kenapa? Takut dia ngira gue selingkuhan lo?" Kahr menyeletuk.

Janessa tertawa singkat. "Enggak. Gue cuma enggak pengin dia liat lo. Keluarganya bukan keluarga biasa. Jadi, jaga-jaga aja biar lo aman. Gue enggak mau tambah pusing cuma gara-gara dia cemburu liat gue bawa cowok lain."

Kahr duduk di sofa dan menatap Janessa di kasur. "Setelah dari sana lo harus janji sama gue."

"Janji apa?" Janessa mengernyit.

"Enggak ninggalin apartemen. Diem di sini biar waktu istirahat lo maksimal. Seenggaknya muka lo enggak pucet terus, Janessa," papar Kahr.

Diberi perhatian semanis ini adalah hal paling menyentuh hati Janessa. Kenalan Janessa banyak, tapi tak semuanya bersikap manis dengan tulus. Kebanyakan hanya menjadikan dia pemuas nafsu. Termasuk Narafina yang berucap manis pada Janessa kalau ada maunya.

Janessa suka dimanja-manja. Dia senang bila bertemu pelanggan pria dewasa yang memperlakukannya bak seorang Ratu. Janessa merasa dicintai dan diinginkan.

"Kahr, sambil nunggu makanan dateng, sini tiduran di samping gue." Janessa mengundang.

Kahr mengerjap beberapa kali. Agak kaget mendengar ajakan sejenis itu. "Gue di sini aja."

Janessa mengeluarkan ringikannya sambil mengerucut bibir. "Biar Janessa cepet sembuh. Enggak semangat sembuh kalo Kahr nolak."

Ini bahaya dan menegangkan menurut Kahr, namun bukan masalah besar. Makanan pesanan Kahr masih agak lama tibanya. Jadi, dia memenuhi ajakan Janessa dengan naik ke kasur dan merebah di sampingnya.

"Pengin dipeluk. Biasanya cowok gue meluk kalo gue lagi lemes begini, tapi sekarang enggak ada dia. Kangen banget. Lo mau gantiin perannya beberapa menit aja?" Janessa menampilkan mata berbinar penuh permohonan.

"Biar gue juga lupa sama sedihnya kehilangan janin ...," lanjut Janessa.

Nyatanya dia tidak sedih. Janessa tak memikirkan nasib janinnya karena dia tidak mengharapkan punya anak. Tidak tau pula itu hasil hubungannya dengan lelaki mana yang tau-tau kebobolan.

Kahr paham sakitnya kehilangan. Maka dia peluk Janessa, berbaik hati menenangkannya supaya tidak stres, agar kondisinya tak semakin drop.

Janessa menutup mata. Ia senyum-senyum menghirup harum badan Kahr. Bukan aroma parfum yang bikin Janessa bahagia, melainkan aroma kekayaan.

ʚ༺❀༻ɞ

Rencana Janessa untuk menyelesaikan masalah antara dia dan Sky berakhir tidak baik. Semuanya gagal. Dia diusir penjaga keamanan, sampai para pengawal Zae turun tangan karena Janessa keras kepala ingin mendekati Sky yang hanya menatapnya dari kejauhan.

Sky menggaruk pipi. Dia tidak mengerti apa yang Janessa mau sampai seberani itu memaksakan diri masuk ke halaman rumah Lonan.

"Itu cewek udah dua kali dateng ke sini marah-marah mulu," kata Sky.

Janessa mau menangis saking kesalnya melihat Sky tidak berkutik, tak membelanya, tidak menyelamatkannya dari orang-orang yang mengusir. Leher Janessa seperti tercekik tiap ia mengeluarkan lengkingan. Mukanya merah karena malu dan marah.

"Kamu enggak tau, kan, aku baru aja keluar dari rumah sakit? Aku sempet sekarat juga kayak kamu, tapi kamu enggak peduli! Kamu enggak cari aku!" Janessa memekik.

"Aku sakit, Sky! Badan aku lemes dan sebenernya belom kuat berdiri lama. Aku paksa cuma buat ketemu kamu! Aku pengin denger penjelasan kamu kenapa tiba-tiba kamu bersikap kayak gitu ke aku!" lanjut Janessa, teriak lebih kencang.

"Aku enggak bakal lupa kemarin kamu mesra-mesraan sama Ai! Aku enggak bakal lupa kamu sok enggak kenal aku! Jahat! Sky berubah jadi jahat banget!" seru Janessa.

"Kamu dihasut siapa? Siapa yang maksa kamu buat berubah kayak gitu? Bilang ke aku! Siapa?!" Setetes air mata Janessa jatuh saking kesalnya menghadapi Sky.

Sky tidak tau apa yang Janessa bicarakan. Telinganya mendadak berdengung kencang bersamaan kepalanya sakit lagi. Pelayan rumah berlari kencang menghampiri Sky, membantunya berdiri dengan benar ketika keseimbangannya nyaris hilang.

"Sky mau ke dalem aja." Sky berucap pelan.

"Baik, Tuan Muda." Pelayan muda itu membantu Sky berjalan, memastikan Sky memegang tongkat dengan benar.

Janessa kembali berteriak dan melakukan perlawanan ketika ia diseret jauh dari pagar. Ia lari-lari melawan sakit di perutnya. Mau menerobos pagar, tapi tidak akan bisa karena keamanan rumah ini ketat.

Terpaksa Janessa melontarkan kalimat dari jarak jauh untuk Sky. Ia berujar, "Kamu bikin aku sakit hati! Sakit banget, Sky! Dianggep asing sama kamu itu hal paling nyakitin yang pernah aku rasain!"

"Aku bersumpah, kamu bakal nyesel udah buang aku! Kamu pasti nyesel senyesel-nyeselnya! Kamu bakal sujud di kaki aku demi dapetin maaf!" lantang Janessa.

Suri memantau apa yang Janessa perbuat di rumah ini. Ketika ia mendengar kalimat Janessa barusan, maka ia bergegas menghampirinya. Ia kejar Janessa yang berjalan cepat menuju mobil Kahr.

"Nona Janessa! Tunggu sebentar!" Suri memanggil.

Janessa menoleh sambil menghapus jejak tangis. Dia bicara ketus kepada Suri, "Apa?"

Suri mengecilkan suara saat berujar, "Tolong jangan paksa Tuan Muda Sky untuk ingat semuanya. Ini demi kesehatannya."

Keadaan semakin membuat Janessa buncah. Suri menjelaskan sedikit apa yang terjadi pada Sky, dan Janessa kehabisan kata saat tau Sky kehilangan sekitar 30% memorinya. Janessa menjadi salah satu yang terlupakan.

"Bu, aku mau ketemu Sky. Bantu aku ketemu dia," mohon Janessa.

Suri menggeleng samar. "Tuan Muda Laut akan sangat marah bila Nona masuk ke rumah. Nona akan celaka bila melanggar peraturannya."

"Aku mau liat Sky!" Janessa kelepasan menyentak Suri.

"Tidak bisa, Nona." Suri tetap menjaga amanah tuannya.

Janessa menjambak rambut sendiri sambil menyerukan kata-kata kasar. Ia berpikir semua orang sangat menyebalkan hari ini. Ingin sekali menampar Suri, tapi Janessa tidak jadi melakukannya.

"Belagu banget. Cuma pembantu tapi kebanyakan gaya enggak mau bantuin gue ketemu Sky," cibir Janessa.

Kalimat seperti itu tak mempan merobohkan tembok tebal kesabaran Suri. Ia tidak marah. Dalam diamnya Suri mengamati Janessa masuk ke mobil. Setelahnya, ia kembali ke rumah.

Kahr melajukan mobil ketika Janessa mengoceh tanpa jeda, menumpahkan kekesalannya yang membuat sesak. Ia pukul-pukul kepalanya, menarik rambutnya, dan mengomel lagi.

Janessa panik karena Sky melupakannya. Dia tidak mau kehilangan sumber kebahagiaan terbaiknya. Kepala Janessa panas memikirkan cara mengembalikan ingatan Sky dalam waktu singkat.

"Ah!" Janessa memukul keras pahanya.

"Janessa, jangan kasar ke badan sendiri." Kahr menegur.

Ia tarik napas sebanyak mungkin sampai perasaannya perlahan lebih tenang, meski tak bisa tenang seutuhnya. Tingkat kemarahan Janessa turun perlahan saat ia tatap lelaki berambut cokelat gelap itu. Kahr bisa rasakan tatapan Janessa, tapi dia tetap menatap lurus jalanan.

"Cowok gue amnesia. Dia lupa sama gue, Kahr." Janessa bertutur.

"Gue turut berduka," respons Kahr.

Janessa mendengkus berat. Dia tidak bisa memastikan kapan Sky dapat mengingatnya kembali, dan itu membuatnya takut tak menerima kasih sayang yang amat banyak dari Sky seperti biasanya. Juga takut Sky berpaling ke Ai, apalagi mereka tinggal satu rumah dan sering main bersama.

"Keluarganya enggak suka gue. Sekarang gue makin susah ketemu dia. Gue enggak terbiasa jauh-jauhan sama dia," kata Janessa, sedih.

"Sabar. Pasti ada waktu terbaik buat lo ketemu dia lagi. Mungkin keluarganya enggak mau kondisi dia makin parah, makanya ngebatesin pertemuan sama orang yang bukan keluarga. Lo ngerti maksud gue, kan?" turur Kahr.

Bibir Janessa makin mengerucut. Entah ia harus apa selama menunggu Sky sembuh dan ingatannya kembali. Itu pun kalau bisa kembali. Bagaimana jika tidak?

Wanita itu membisu lama. Ia sentuh perutnya yang dari tadi nyeri, lalu menoleh ke Kahr. Secercah ide segar muncul di benak Janessa ketika menatap berondong di sampingnya.

"Kenapa gue panik? Ada Kahr yang tajir melintir. Sementara ini mau nempel sama Kahr, ah." Janessa berseru dalam hati.

ʚ༺❀༻ɞ

Mata peraknya perih dan panas menatap lukisan tersebut. "Mamiley," gumam Laut.

Ai terpana pada lukisan buatan tangan ajaib Auree yang tak pernah gagal menciptaan karya menakjubkan. Pada lukisan itu wujud Amberley sangat cerah dan seolah bernyawa, sampai-sampai Ai tak bisa melihatnya terlalu lama karena sesak. Ia menunduk lalu menghapus air mata yang tiba-tiba tumpah.

"Nama malaikat ini Mamiley?" Zennor bertanya.

Laut menggeleng pelan. "Bukan, Raja. Itu sebutan buat ibu saya, artinya Mama. Nama ibu saya Amberley. Brittany Amberley Raja-Lonan."

Zennor terperangah, ia tak salah dengar. "Ibu? Malaikat ini ibumu?"

Pelupuk Laut penuh genangan air yang siap meluncur, tapi masih ia tahan agar tak berjatuhan. "Ya, Raja."

"Ibumu adalah Malaikat Penolong untuk putri saya? Ibumu yang menyelamatkan Aequa ketika tidak ada harapan untuk hidup?" Zennor terkejut.

Dada Laut tambah sempit. Pengap sekali. Ia dengan cepat mengelap matanya yang basah sebelum tetesan itu menyentuh pipi.

"Benar, Raja. Mamiley yang menolong Aequa." Suara Laut kian bergetar mengatakan ini.

Que terenyuh, mau ikut menangis mendengar percakapan menyentuh ini. Ai sudah tak tahan, dia membiarkan tangisannya rebak bagai bendungan yang luber karena penghalangnya roboh.

Laut raih pergelangan Ai, membawanya lebih dekat untuk mendekapnya yang membutuhkan pelukan. Usapan lembut Laut di kepala dan punggung Ai memberi rasa nyaman sehingga Ai lebih leluasa mengeluarkan jeritan hatinya lewat tangis.

Pelukan ini berbalas. Ai meremas kaus Laut ... sangat erat. Getar tubuh Ai amat kencang tak seperti yang lalu-lalu. Laut kecup sekilas pelipisnya, ia belai halus pipi Ai seraya menyeka tanda kesedihannya.

"Mamiley baik sama Ai," lirih Ai.

Tentu. Amberley baik pada semua makhluk hidup. Makhluk yang telah berbuat jahat padanya pun ia maafkan dengan hati lapang. Ia beri kasihnya yang tak pernah habis.

Semasa hidupnya Amberley senang menolong. Dia sayang pada semuanya. Dia ingin semua orang hidup dikelilingi cinta yang tulus, tiada dendam, dan jauh dari kemuraman.

Kebaikannya memang tak selalu dibalas kebaikan juga, tetapi itu tidak menghentikan Amberley untuk tetap berbuat baik.

Hatinya putih dan bercahaya terang, sampai tidak bisa ditembus oleh kekuatan sebesar apa pun. Hanya Amberley yang memiliki hati setulus itu yang menjadikannya Ratu para Dewa dan Dewi sesuai ramalan ribuan tahun lalu.

Amberley menikmati setiap detik yang ia lalui bersama orang-orang terkasih, memahami karakter mereka, dan berjanji pada diri sendiri untuk menjaga mereka meski Amberley tau nantinya ia akan pergi jauh.

Dia mengorbankan diri untuk keselamatan seluruh makhluk hidup dari bahaya yang dapat mengubah fisik mereka menjadi cacat. Kepergiannya merupakan duka abadi bagi setiap orang yang mengasihinya.

Amberley pergi tepat setelah ia melahirkan Laut dan Sky. Jiwanya dipindahkan oleh Alaia ke tempat terindah, tempat paling sempurna untuk sosok sebaik dirinya. Raga Amberley dikubur dalam lautan salju, fisiknya tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.

"Mamiley selalu baik sama semuanya," tutur Laut, serak.

Tangis Ai belum usai. Ia membisik, "Ai sangat sayang Mamiley."

Laut usap lagi kepala Ai, maka Ai membenamkan wajah di dada Laut lebih-lebih dalam. Ingusnya pindah ke baju Laut. Air matanya juga.

Tanpa melepas pelukan, Laut menatap lukisan Amberley lagi. Ia tersenyum kecil dengan mata teduh yang sendu. Laut bahagia bisa merasakan secara nyata bukti kebaikan ibunya. Benar-benar di depan mata, bahkan sedang ia peluk.

Zennor berbalik badan membelakangi tiga makhluk itu. Tak ada yang tau Zennor diam-diam menghapus air mata. Dia cemberut, tahan suara dan isakan, malu bila terang-terangan menangis di hadapan mereka.

Berbeda dengan Que yang menjadi paling berisik di sini. Tangisannya menggelegar sambil ia seka berulang kali matanya pakai lengan.

"Saya kehilangan Mamiley, tapi Mamiley titipin kamu buat saya lewat pertemuan yang enggak biasa." Laut berucap, setengah berbisik.

Dari awal Laut mengikuti kata hati. Ia butuh Ai. Mataharinya adalah Ai. Rumahnya adalah Ai. Laut tidak ragu melamarnya meski masa perkenalan mereka singkat dan lamaran itu terbilang mendadak.

Hidup Laut hampa tanpa Amberley, lalu Ai datang menorehkan warna-warnanya yang cerah pada kanvas hitam milik Laut.

"Laut ...." Ai mendongak, ia intip wajah Laut. Pelupuk matanya makin dipenuhi air yang menggenang.

Ai menggapai pipi Laut dan ia beri usapan. "Menangis aja. Ai akan menampung tangisan Laut."

Laut kembali mengunci Ai dalam pelukannya. Ia membungkuk rendah sampai wajahnya mendarat di bahu Ai. Laut menangis secara sembunyi-sembunyi, matanya menutup, bibirnya terkatup rapat.

Tangan Ai bergerak menepuk lembut punggung Laut. Ia rekatkan pelukan mereka agar Laut tidak merasa sendirian menghadapi ini.

"Mamiley, Laut selalu nyaman tiap dipeluk Ai. Rasanya kayak Mamiley yang peluk Laut," batin Laut.

"Laut enggak pernah ngira bakal sesayang ini sama Ai. I love her, Mamiley." Laut mengatakannya sambil menempelkan wajah di ceruk leher Ai.

Keluarga besar Laut juga sangat sayang Ai. Kedatangan Ai disambut hangat mereka layaknya anak yang telah lama pergi dan akhirnya pulang.

Di hari pertama Zae bertemu Ai, ia merasa Ai mirip Amberley yang membuatnya tidak ragu menerima Ai sebagai anggota baru keluarga Lonan.

Alaia merasakan hal serupa. Dia langsung klop dengan Ai di pertemuan pertama mereka. Rasa sayang Alaia padanya seperti rasa sayang ke cucu, dan tumbuh rasa ingin melindungi.

Saat pertama kali Atlanna melihat Ai di Pulau Levanna, ia berdebaran dan dadanya menghangat. Ia sensitif terhadap orang asing, tapi itu tak berlaku untuk Ai. Atlanna bahkan mengizinkan Ai masuk ke area makam Amberley yang tak sembarang orang boleh datangi.

Mereka merasa dekat karena Ai terhubung dengan Amberley. Kabar bahagia ini pasti membuat mereka tambah mengasihi Ai.

Laut mengakhiri tangisnya. Ia pandangi Ai tanpa berkata-kata. Matanya tidak bisa bohong, terpancar nyata kasih sayang yang tulus.

Adegan manis Laut dan Ai berlangsung di depan Que yang telah berhenti menangis, kini ia mesem-mesen sambil sesekali menepis buliran air yang muncul di sudut mata.

Zennor ingin memeluk Ai seperti Laut yang begitu intens melakukannya. Ai merasa ditatap Zennor, maka ia menoleh cepat. Iris gold Zennor bertemu iris ungu keabuan Ai. Tatapan penuh rindu itu saling menyapa.

Laut tak membiarkan calon istrinya dirundung ketakutan pada hal yang tidak perlu ditakutkan. Zennor tidak seburuk itu. Maka Laut mendorong pelan Ai ke dekat Zennor sambil memberinya anggukan sekilas.

"A—Aequa," sebut Zennor, gugup.

Ai membalasnya panik dan takut. "Hai, Ayah."

Mereka canggung namun bisa teratasi setelah Zennor menepikan gengsinya. Ia meminta maaf atas semua perlakuan buruknya pada Ai, kemudian memeluknya lama.

Ini merupakan hari terbaik bagi Zennor. Misi pencarian kembaran Ai sedikit lagi selesai, Zennor bertemu Laut, dan yang paling mengejutkan tentang Amberley.

Ai tidak mau melepas pagutan tangannya ketika Zennor hendak menyudahi pelukan. Laut suka pemandangan ini. Que pun bertepuk tangan.

"Jadi, kapan kalian mau saya nikahkan? Sekarang?" Zennor menuturkannya tak pakai basa-basi.

Que terkejut, ia sangat bersemangat menyampaikan kalimat itu ke Laut. Ini merupakan lampu hijau untuk hubungan Laut dan Ai. Restu dari Zennor berhasil Laut dapatkan sesuai syarat Zae beberapa waktu silam.

"Saya ingin pernikahan kami di Faigreene disaksikan ayah dan kembaran saya, Raja," papar Laut.

Di detik itu Que meminta Zennor menghadirkan portal ke Bumi. Zae dan Sky akan dijemput. Laut tak mau menikah tanpa diketahui keluarga, terlebih orang tuanya.

Cara peri menikah jauh lebih sederhana daripada manusia. Bila Zennor merestui, maka mereka diperbolehkan menuturkan janji pernikahan bangsa peri di hadapannya selaku Raja. Otomatis pernikahan itu sah dan mereka menyandang status suami-istri.

Untuk rakyat biasa tak diizinkan mengadakan pesta, tapi bagi keluarga kerajaan boleh. Sebagai anak Raja, seharusnya pernikahan Ai diadakan di tempat termegah dengan pesta sangat meriah. Namun itu sulit terealisasi karena para peri takut terhadap Laut.

Jadi, Laut dan Ai cukup merapalkan janji pernikahan di hadapan Zennor. Disaksikan Zae serta Sky, tambah Que.

Mereka akan menikah dua kali, di dua planet berbeda tempat mereka berasal.

ʚ༺❀༻ɞ

2 bulan kemudian.

Hanya dalam dua bulan segala persiapan pernikahan Ai dan Laut terpenuhi. Tempat pemberkatan, resepsi, foto pra-wedding, sampai rumah baru mereka semuanya telah siap.

Kesehatan mereka terjamin aman. Laut tidak melupakan pentingnya premarital check up. Itu tindakan yang wajib dilakukan sebelum menikah untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke depannya.

Dari pemeriksaan tersebut Laut tau di masa depan nanti—bila mereka diberi keturunan—kehamilan Ai tidak seperti manusia pada umumnya. Itu bukan sesuatu yang aneh menurut Laut karena Ai adalah peri.

"Ut, tarik napas, Ut! Muka lo enggak bisa kekontrol banget paniknya." Sky terbahak, ia baru saja masuk ke ruang rias Laut.

Laut sendirian lantaran MUA barusan meninggalkan tempat untuk makan. Waktu senggang ini Laut pakai buat mempersiapkan diri dari dalam. Ia mengatur napas, suara, dan pikiran agar tetap tenang.

Sky sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Kepalanya mulai jarang berdenyut sakit, tapi memorinya tetap belum kembali semua. Terakhir kali check up seminggu lalu dan tidak ada tanda-tanda ingatan yang hilang itu akan balik.

Dia duduk di sofa yang tidak terlalu jauh dari posisi Laut berada. Sky mencomot camilan dari meja berupa bola-bola cokelat, katanya ini bikinan Alaia dan Atlanna. Makanan buatan mereka tak perlu diragukan kenikmatannya. Sky tidak akan puas hanya memakan lima biji.

"Gue barusan ke ruangan Adek. Gue duluan yang liat calon pengantin lo. Cantik banget, parah! Kesian deh lo belom boleh ketemu Adek," kekeh Sky, seperti biasa dia mengganggu Laut dengan keusilannya.

Laut tak memberi tanggapan. Dia berdiri di hadapan cermin sambil meyakinkan diri bahwa ia bisa menghadapi hari besar ini, berharap semuanya berjalan lancar. Kegugupannya sulit dilenyapkan. Laut sudah berkali-kali tarik napas dan membuangnya perlahan, tapi tetap grogi.

"Ganteng banget kembaran gue," puji Sky sembari memandangi Laut dari atas sampai bawah.

Setelan Laut berwarna pearl white dengan sedikit sentuhan soft lilac, senada dengan gaun Ai yang didominasi soft lilac.

Riasan di wajah Laut tipis. Orang lain tidak akan sadar dia memakai makeup karena sama saja penampilannya. Yang menjadi pembedanya hanya warna bibir Laut lebih merona, tapi merahnya tidak berlebihan.

"Gue sakit perut." Laut meringis. Ini efek terlalu gugup.

"Mau gue tampung?" Sky menyeletuk. "Tai calon pengantin itu hoki—"

"Geli! Ada-ada aja omongan lo," sambar Laut, mengomel.

Sky mendatangi Laut setelah puas memakan bola-bola cokelat. Dia mengunyah gigitan terakhir sambil menepuk-nepuk telapak tangan agar tidak kotor.

Karena Sky tidak mencuci tangan dengan benar, maka dia menerima ocehan Laut yang melarangnya mendekat kalau tangan itu belum dicuci pakai sabun. Laut tidak mau suit indahnya terkena noda cokelat.

"Ribet, ih!" Sky menggerutu sambil jalan ke wastafel.

"Lo yang males," balas Laut.

Sesudah itu barulah Laut membiarkan Sky menyentuh suit-nya. Sky merapikan posisi dasi dan kerah kemeja. Ia singkirkan setitik noda hitam di bahu Laut.

"Pantesan ini ruangan wanginya kayak pabrik cokelat. Lo biangnya, Ut. Wangi cokelat banget." Sky berkomentar. "Tapi, biasanya enggak sewangi ini."

"Request Ai. Hari ini gue harus wangi cokelat banget-banget-banget katanya. Bangetnya sampe tiga kali," ucap Laut.

"Oooh! Lo juga request ke Adek biar wanginya menyebar ke mana-mana? Soalnya di ruangan Adek wangi banget. Manis, seger, kayak suasana makan kue di hutan pas hujan."

Laut mengangguk. Ia tidak sabar ingin menghirup wangi khas Ai. Makin tak sabar untuk melihat penampilannya. Seimut apa Ai memakai gaun pengantin dengan tubuh mungilnya itu.

"Huhuhu ... gue bakal ditinggal lo sama Adek." Tiba-tiba Sky berpura-pura menangis.

"Nanti enggak ada lagi temen berantem gue di rumah. Enggak ada yang bisa gue bikin kesel," celetuk Sky.

"Siapa yang bakal main ayunan di taman mini? Enggak ada lagi! Huaaa, gue sendirian." Sky mengusap matanya yang kering, mendramatisasi.

Sky mau peluk Laut, tapi kembarannya menghindar cepat. Laut bertutur, "Apa, sih, Sky? Gue sama Ai enggak pindah jauh dari rumah Daza."

"Tetep aja kita beda rumah!" seru Sky. "Ah, suasananya pasti jadi beda banget. Enggak mau, enggak mau! Gue mau ikut ke rumah baru lo aja."

"Enggak boleh!" tolak Laut.

"HUAAAA." Sky memperbesar jeritannya.

Telinga Laut langsung pengang. Tak bisa ditunda, ia segera menyeret Sky ke pintu. Sky diusir dari ruang rias Laut karena menciptakan kebisingan.

"Mau ikut ke rumah baru!" ringik Sky ketika ia dipaksa keluar, didorong-dorong.

"Enggak!" Laut menutup pintu.

Sky mengetuknya berulang-ulang sambil berujar manja, "Ikuuut!"

Laut kembali ke depan cermin dan Sky tetap mengganggu ketenangannya di luar ruangan. Untung saja Zae melintas dan menemukan Sky sedang melakukan kegiatan aneh di depan pintu. Sky menempelkan badan di pintu sambil mengetuknya.

"Kamu ngapain?" Zae menatap heran putra satunya itu.

"Ngerayu Laut biar bolehin Sky ikut pindah ke rumah barunya, Daza ...," kata Sky.

"Enggak boleh, Sky!" Zae melotot sekilas.

Akhirnya Sky dibawa menjauhi area rias pengantin. Dia tetap berseru-seru pengin ikut Laut, dan Zae tak mengizinkan. Sampai kapan pun tidak akan Zae beri izin kecuali menginap, bukan tinggal selamanya bareng Laut. Itu pun nanti, bukan sekarang-sekarang ini.

"Ya udah, Sky mau nikah juga, Daza! Tapi, Sky enggak punya calonnya." Sky pura-pura menangis lagi. "Huaaaa!"

ʚ༺❀༻ɞ

Seluruh keluarga besar menghadiri momen penting Laut dan Ai yang diselenggarakan di alam terbuka. Lokasinya di belakang Hutan Nueva, di sini terdapat pantai dengan air sangat jernih.

Pantai ini terpencil karena letaknya yang sulit diakses bila tanpa bantuan helikopter.

Zennor dan Que turut hadir. Sayap mereka menutup dan terhalang jubah yang indah. Keluarga Laut tidak mempermasalahkan sayap mereka bila ingin dibuka saja, tapi Zennor maunya ditutup agar tak menyenggol benda-benda di sekitarnya.

Sama seperti Ai, telinga mereka dibiarkan terekspos karena para undangan pun hanyalah keluarga besar Raja-Lonan.

Padahal ... ada seseorang yang berharap boleh datang, bahkan sudah membeli gaun maroon. Bisa kalian tebak siapa?

Debur ombak serta tari pepohonan menyambut kedatangan sepasang ayah dan anak. Perempuan jelita itu mengenakan gaun cantik di tubuh rampingnya. Ia bersama sang ayah melangkah di jalan setapak bertabur kelopak mawar putih. Di ujung sana Laut menunggu, masih berdiri membelakang mereka.

Pelan-pelan Laut berbalik. Detik-detik menegangkan ini berubah menjadi haru. Laut terbius akan pesona Ai, matanya perlahan memanas.

Zennor menggandeng Ai menuju Laut. Semakin dekat, maka semakin perih mata Laut. Ia bertahan agar tidak ada buliran bening yang luruh.

Keluarga besar merasakan cinta serta ketulusan Ai dan Laut. Alhasil momen ini membuat para ibu menitikkan air mata bahagia. Para bapak gengsi, tidak mau ketahuan menahan tangis.

Keheningan terjadi setibanya Ai dan Zennor di hadapan Laut. Zennor menyerahkan Ai kepada Laut sambil menutup rapat-rapat bibirnya yang bergetar. Senyum Ai merekah dengan binar-binar memenuhi mata uniknya.

Pertahanan Laut runtuh. Ia menunduk, menghapus air matanya, lalu kembali menatap Ai yang sedang memberinya senyuman lebar. Senyum manis itu tertular ke Laut yang seketika tak merasa gugup lagi.

Di hadapan keluarga, Laut dan Ai bergantian menuturkan janji suci pernikahan.

"Saya, Sea Northern Lonan, berjanji di hadapan Sang Pencipta bahwa sesuai dengan kehendak-Nya saya menerima kamu, Aequa Lovalys Silvermoon alias Aicalla Violette, sebagai istri yang sah dan satu-satunya mulai saat ini sampai selamanya. Saya berjanji untuk selalu menjaga dan menghormatimu, hadir dalam suka dan duka, setia dalam susah maupun senang."

Laut menghirup pasokan oksigen lebih banyak. Ia lanjut mengatakan dengan tanpa ragu, "Saya mencintaimu, Aicalla."

Ai tersenyum bersamaan air matanya turun lagi. Laut membuang napas panjang, ia tak menyangka berhasil mengucapkan janji suci sangat lancar.

Selanjutnya, mereka memasangkan cincin ke jari manis pasangan. Tangan Laut gemetaran bahkan hampir menjatuhkan cincinnya saking ia nervous.

"Tenang, Laut-ku. Jangan panik, ya?" Ai berkata.

Dengan begitu Laut mampu memasukkan cincin ke jari manis tangan kanan Ai. Selepas itu, Ai melakukan hal serupa kepada Laut.

Seketika Laut dan Ai menoleh ke sumber suara tangisan lelaki di kursi para hadirin. Sky menangis, dia tidak bisa lagi menahannya. Gallan yang duduk di samping Sky segera menepuk bahunya sekaligus memeluknya sebentar sambil tertawa.

Laut mesem, dia menggeleng pelan melihat kembarannya seemosinal itu. Ternyata begitu besar rasa takut Sky ditinggal Laut menikah.

Sky manyun sambil mengelap matanya. Dia tak melontarkan kata, tapi Laut bisa memahami apa yang Sky mau lewat tatapan.

"Iya, nanti boleh meluk gue." Laut berucap tanpa suara, cuma komat-kamit.

Anggota keluarga menggoda Sky yang masih melirih. Dia memeluk Gallan, tidak mau melihat adegan yang akan Laut dan Ai lakukan sesaat lagi.

Laut membungkuk sedikit. Matanya terpejam, begitu juga Ai. Semilir angin menjadi penyempurna suasana ketika pengantin itu berciuman penuh kelembutan.

ʚ༺❀༻ɞ

Dengan pakaian pengantin yang lebih simple, Laut dan Ai berkunjung ke Pulau Levanna untuk mendatangi rumah abadi Amberley.

Ai membawa sebuket lily putih. Ia mendekapnya, tak sabar untuk menaruh bunga kesukaan Amberley di atas makam.

Mereka tidak datang berdua, melainkan bareng keluarga besar yang sudah sangat lama tidak mampir ke sini beramai-ramai. Masih ada Zennor dan Que. Kebersamaan ini mengeratkan hubungan kekeluargaan mereka.

Laut merangkul pinggang Ai sampai mereka berhenti di samping makam. Ai berjongkok, ia taruh buket bunga di tengah makam Amberley. Tak pernah lelah Ai mengucapkan terima kasih kepada Amberley atas semua kebaikannya.

"Saya boleh minta waktu sebentar untuk bicara dengan putri saya?" Zennor meminta izin ke keluarga besar Laut.

Sebagai informasi, selama ikut serta mempersiapkan pernikahan anaknya di Bumi, Zennor sudah membaca banyak buku berbahasa manusia, termasuk buku anak-anak dan novel romansa punya Ai.

Semuanya memperbolehkan. Langit mewakilkan, "Boleh banget, Raja. Silakan."

"Terima kasih banyak." Zennor menghargai kebaikan mereka.

Zennor menyusul pasangan suami-istri itu. Ia berdiri di sisi kiri makam, berarti berseberangan dengan Laut dan Ai. Anggota keluarga lainnya sengaja sedikit menjauh untuk memberi ruang kepada Zennor yang ingin mengatakan sesuatu ke Ai.

"Putriku." Zennor menatapnya.

"Iya, Ayah?" sahut Ai.

Zennor ikut jongkok karena Ai berjongkok. Maka Laut ikutan juga. Mereka bertiga saling diam sampai Zennor memulai percakapan.

"Ayah sudah tau siapa kembaranmu. Sengaja Ayah mengatakannya di hari pernikahanmu dengan Laut, dan di tempat indah ini." Zennor bertutur.

Ai tampak tidak percaya. "Siapa kembaranku, Ayah?"

Laut bisa tebak sekencang apa debar jantung Ai. Genggaman Ai amat erat menunggu jawaban Zennor. Bukan Ai saja yang penasaran, tapi semua orang juga.

Pandangan Zennor tertuju ke satu titik. Ia tatap lama batu kokoh dengan nama lengkap Amberley terukir pada permukaannya.

"Kembaranmu adalah Malaikat Penolong. Mamiley, ibu mertuamu." Zennor berujar.

Ai spontan membekap mulut, lalu tangannya turun ke dada. Dia mau menangis lagi kalau begini situasinya. Laut membeku dan kehabisan kata untuk diucap.

Lanjut Zennor, "Kelahiranmu satu waktu dengan kepergiannya, Aequa. Dia lahir kembali di alam baru dalam wujud roh bersayap, sehingga kamu tidak memiliki sayap saat dilahirkan."

"Setiap kembaran hanya satu yang bersayap ... biasanya itulah peri, tapi kali ini malaikat dan kamu tidak mendapatkan sayap itu," terang Zennor.

Tak terasa air mata Ai bercucuran. Ia tidak menangisi kenyataan bahwa dirinya tak ditakdirkan punya sayap, tapi ia terharu karena kembarannya merupakan sosok sesempurna itu. Amberley.

"Ayah baru menyadari bahwa ketidaksempurnaanmu adalah kesempurnaan yang tidak akan pernah dimiliki peri mana pun. Kamu satu-satunya peri tak bersayap karena kembaranmu merupakan malaikat ... bukan manusia atau makhluk lainnya." Zennor berkaca-kaca.

Ai beranjak, ia menghampiri Zennor dan memeluknya kencang seraya menumpahkan derai tangis lebih banyak.

Air mata Zennor leleh. "Ini bukan kecacatan. Putri Ayah tidak cacat. Kamu istimewa, Aequa."

🎀✨🤍✨🎀

Satu kata buat chapter ini, Babygeng?

kasih selamat atas pernikahan Aisea yuk...

mau fast update? kamu wajib VOTE sekarang juga! klik gambar bintang kecil di pojok bawah ⭐️

7K comments buat next cepet! bisa gaa, Babygeng? 😭🥹
spam "💜" di sini

——————————————

⚠️‼️🔞‼️⚠️

Akhirnya moment ini keluar~ aku dan para Aisea shippers menunggu sejak lama 😭💜

Harga: Rp5.000 / 50c bisa kamu baca berulang kali tanpa batasan waktu, asal akun kamu ga ganti yaa <3 btw ISINYA PANJANG!

rate 21+ [honeymoon + first night]

Saranku: beli di web KaryaKarsa (jangan di aplikasi) biar enggak perlu ubah uang jadi coin, karena kalo begitu bakal lebih ribet dan lebih mahal. kalo dari web kayak kamu jajan online biasa~ 🤍 tapi kalo kamu maunya top-up di aplikasi, enggak apa-apa juga! 🤍 thank you!!

——————————————

BABYGENG, Scenic ada versi AU-nya di instagram aku (radenchedid). Judulnya "Sea & Sky", "Sea & Sky 2" dan "Aisea". Alur beda sama yang di wattpad. Di IG itu buat hiburan aja~ hayu bacaaa 🥰


——————————————

jangan lupa share cerita SCENIC ke bestie, crush, fams, siapa pun yang kamu punya yaa! 😄🤍 kalo kamu mau post di instastory, tag aku (@radenchedid) biar aku repost ok ;)

Thank you, Babygeng 🦋✨🍃

((( akun lama Janessa suspended )))

Love you and see you, Babygeng!
—Mamigeng—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro