Chapter 1 : FIRST LOVE
Aku tahu menyukai seorang pria paling populer di sekolah adalah hal yang menyakitkan karena orang yang kucintai itu sangatlah terkenal, banyak gadis cantik ada di sisinya, dan fakta menyedihkan selanjutnya dia tidak akan mungkin melirikku.
Aku hanyalah gadis yang tidak terlihat. Aku tidak menarik secara fisik, hal ini bisa dibuktikan dengan kacamata besar yang menaungi mataku, caraku menata rambut yang selalu monoton, belum lagi caraku berpakaian yang sangat menyedihkan. Bukan hanya secara fisik, kehidupan sosial yang aku punya pun sama memprihatikannya. Aku hanya punya satu orang teman, namanya Niall, dan dia pun punya kepribadian introver yang sama sepertiku. Menyedihkan memang, dan mengharapkan agar bisa bersama orang seperti Harry Styles hanya akan selalu menjadi angan-angan.
Aku menyukai Harry sejak dimulainya tahun ajaran baru berseragam sekolah menengah atas. Ini sudah tiga tahun lebih. Walau pun aku ini menyedihkan untuk ukuran seorang remaja putri seumuranku, aku tetap gadis normal yang akan suka dengan pria tampan. Harry ini bukan hanya tampan, dia pun baik karena suka membagikan senyuman dan sapaan ke semua orang. Tidak seperti pria populer dalam kebanyakan cerita picisan yang punya perangai buruk, suka main wanita, suka mematahkan hati wanita, dan suka membuat onar. Harry malah kebalikan dari itu semua, dan itulah yang membuat rasa cintaku padanya semakin dalam setiap waktu berjalan.
“Hai, Key.”
Coba tebak siapa yang barusan menyapaku?
Itu Harry!
Dia memang seperti itu, tidak pernah absen menyapa setiap orang yang ada di dekatnya. Kebetulan aku memang duduk tak jauh dengan kursinya. Momen inilah yang aku sukai dan aku bersumpah sapaan Harry adalah sarapan terbaikku sepanjang masa.
“H-hai juga, Harry.” Jantungku tidak bisa dikontrol kalau ada di dekat Harry.
“Bagaimana liburan musim panasmu?”
Aku agak terkejut karena biasanya Harry hanya sekadar menyapa, tidak pernah lebih. Tapi kenapa sekarang dia malah bertanya hal lain padaku?
Dan apa yang harus aku jawab?
Tidak mungkin kan aku jawab jujur dengan bilang liburanku menyebalkan karena aku seratus persen ada di rumah?
“Um-um…lu-lumayan.” Lumayan menyedihkan, tambahku dalam hati.
Aku menggigit bibirku agak bingung, aku masih ingin melanjutkan pembicaraan yang lama dengan Harry. Ini adalah momentum yang paling tepat. Aku pun menyingkirkan semua kegugupanku yang menggila untuk kembali bersuara, “Kau sendiri? Apa liburanmu menyenangkan?”
Harry memalingkan wajahnya dari ponsel dan kembali menatap mataku. Ya Tuhan, mata itu, wajah itu, senyum itu … semuanya adalah mahakarya sempurna.
“Ya, Well, not so bad. Aku pergi ke London sepanjang liburan.” Dari caranya menjawab, aku bisa tangkap kalau Harry tidak menyukai liburannya sama sepertiku.
Aku baru mau membuka mulut untuk membalas, tapi niat itu langsung aku urungkan setelah aku mendengar ada langkah kaki orang yang masuk ke kelas. Momentumku sudah habis, karena kekasih Harry sejak sesaat sebelum liburan musim panas dimulai sudah datang.
“Hei, babe,” sapa Ashley yang tanpa buang waktu langsung mengalungkan tangannya di leher Harry dan mulai mencium bibir Harry penuh nafsu. Dia bahkan tak peduli kalau ada orang lain di kelas ini. Lebih mengangguku adalah Harry pun membalas ciuman Ashley tak kalah ganasnya. Aku langsung memalingkan wajahku. Aku sangat tidak menyukai situasi ini.
“I miss you, babe.”
“Me too.”
Tingkah mereka semakin panas setiap detik berjalan, aku tak tahan melihatnya. Sungguh, apa mereka tidak malu? Ini tempat umum, banyak mata yang melihat mereka tapi mereka tetap gila sentuhan. Ini pertama kalinya aku melihat Harry ada di luar kontrol, aku tidak menyukai sikap Harry ini.
Tak tahan dengan kesakitan berbahaya yang dialami hatiku ini, lebih baik aku menyingkir. Aku dan beberapa orang yang tidak suka gangguan make out mereka memiliki cara pikir sama denganku dengan keluar dari kelas.
Tak berapa lama aku keluar, seorang pria pirang berkacamata tersenyum begitu hangat sambil berjalan ke arahku. Dia Niall, sahabat terbaikku dan sahabatku satu-satunya.
“Kenapa kau ada di sini?” tanyanya kebingungan.
“Um … Harry dan Ashley. Mereka kehabisan tempat.”
Niall memutar matanya jengkel, dia lalu menarik tanganku dan mengajakku kembali masuk ke kelas. Aku hampir kehabisan napas saat melihat tontonan horor di depanku saat ini. Ashley sempurna duduk di pangkuan Harry dan mencium ganas bibir Harry, dan Harry sempurna mengacak-acak baju Ashley hingga beberapa kancing atas seragamnya terbuka dan memperlihatkan bra hitam yang kelihatan mahal sekali. Tak cuma menodai mata, tapi tingkah mereka berdua menodai telingaku dengan beragam lenguhan dan desahan yang ah sudahlah … aku tak mau membahasnya.
Aku menekan lengan Niall dan berbisik agar kita pergi saja dari kelas itu. Tapi Niall menolak. Dia tetap melangkah ke depan, ke tempat duduk kita berdua yang ada persis di sebelah Harry dan Ashley. Oh Tuhan, Niall kau membunuhku pelan-pelan.
Niall berdeham kencang sekali hingga tiga kali sampai pasangan mesum itu mengakhiri sesi make out panas mereka. Ashley bukannya merasa malu, dia malah jengkel dan terpaksa turun dari pangkuan Harry dan membenarkan kancing bajunya.
“Kau merusak suasana, Niall.” Ashley mengeluh dengan gaya centilnya yang membuat aku muak.
“Kalianlah yang merusak suasana pagiku dengan perbuatan tak tahu malu kalian.”
“Excuse me? Tak tahu malu? Hell, Niall … apa perlu aku klarifikasi lagi kalau aku kekasih Harry. Dan apa yang tadi kita lakukan itu tidak memalukan, itu hal yang sangat wajar. Apa kalian tak pernah melakukan hal sederhana seperti tadi?”
Aku melotot dan langsung menyanggah, “We're not in relationship. We're just friend.”
“That's too bad. I thought you were like a good couple because look at you two, you and Niall looks very similar. Good student, glasses, and some kind of nerd things.”
Aku tahu Ashley sedang mengejekku sekarang. Hati kecilku berbicara untuk membalas hinaan Ashley tapi otakku bilang apa yang Ashley bilang semuanya benar. Aku memang nerd, jadi apa untungnya buat menyanggah?
“Or at least. We're knows how to use out brain perfectly, let me tell you that our brain can manage our future. And sorry to say, Ash, I can see how terrible you'll becoming in the future with your pathetic brain, slut.”
Aku melotot sempurna setelah melihat bagaimana menjatuhkan mood Ashley ke dasar jurang. Sekarang lihatlah wajah Ashley yang memerah menahan amukannya. “YOU—”
Teriakan itu dihentikan oleh Harry yang berusaha menenangkan emosi Ashley, dia membisikkan sesuatu dan membuat Ashley tampak jauh lebih rileks. Aku jadi penasaran apa yang dia ucapkan pada Ashley.
“Maaf kalau kalian terganggu atas perbuatan kita tadi.” Harry sekarang mengambil alih pembicaraan.
“Oh, Hentikan sikap busukmu itu, Harold. Aku muak melihat kepura-puraanmu.”
Apa yang terjadi dengan Niall?
Kenapa dia bisa jadi seemosi ini?
Aku sudah mengenal Niall selama satu tahun, dan baru kali ini aku melihat Niall semarah ini.
Anehnya lagi Harry membalas ucapan Niall dengan tawa, dan apa yang kudengar selanjutnya membuat jantungku hampir copot dari tempatnya, “Well, maaf sepupuku yang pintar kalau aku bisa mendapat gadis incaranmu dan maaf pula kalau kau iri dengan apa yang aku lakukan pada gadis incaranmu ini. Guess what, cousin, aku sudah melakukan banyak hal nakal pada gadis impianmu.”
“Shut the fuck up, you bastard!”
What's going on?
Sepupu?
Niall menyukai Ashley?
Hell … what the hell is goin on in here?!
Sayang tensi ketegangan mereka berhenti setelah banyak kaki yang mulai melangkah masuk ke kelas. Dua puluh menit kemudian bel berbunyi, dan pelajaran Kimia pun menanti.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro