Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 1

(Name) menghela napas panjang, kemudian menatap setumpuk kertas yang ada di atas mejanya.

'Sekarang aku mengerti kenapa mereka memecat manajer yang lama,' pikir (Name) sebelum akhirnya memeriksa kertas-kertas tersebut.

Setelah memeriksanya secara cepat, (Name) pun mulai mengerjakannya.

'Tapi sebelum dia dipecat, bagaimana dia bisa mengerjakan semua pekerjaan ini?' pikir (Name) menatap kertas yang ada di tangannya.

"Apa perlu bantuan, (Surname)-san?"

"AAAH!?"

(Name) langsung memekik kaget saat mendengar suara Doppo masuk ke dalam indra pendengarannya. Sementara Doppo yang memanggil pun ikut terkejut karena reaksi (Name). (Name) yang sadar bahwa dia memberikan sebuah reaksi yang tidak biasa langsung berdehem pelan, lalu menoleh ke arah Doppo dengan senyum kecil.

"Tidak perlu, Kannonzaka-san. Aku bisa melakukannya sendiri," ucap (Name), "maaf sudah membuatmu khawatir."

Doppo hanya memandang (Name) dengan ragu, sebelum akhirnya mengangguk.

"Jangan sungkan untuk meminta bantuan pada kami semua, (Surname)-san—kami sebelumnya juga membantu manajer kami."

Setelah itu Doppo meninggalkan (Name) untuk melanjutkan pekerjaannya.

'Jadi dia memberikan tugas ini pada bawahannya,' pikir (Name) mengerutkan alisnya, menatap punggung Doppo yang menjauh darinya.

(Name) kembali menatap lembaran yang ada di atas mejanya, kemudian mengepalkan kedua tangannya dengan penuh tekad.

"Yosh, hari ini semuanya sudah harus selesai!"

[][][]

"Manajer-san, ini sudah larut, apa tidak ingin dilanjutkan besok saja?"

"Ah," (Name) menoleh ke sumber suara dan melihat salah satu bawahannya, "tidak apa-apa, untuk tugas besok aku sudah memisahkannya."

"Anda berencana lembur, manajer-san?"

Tubuh (Name) sempat membatu sejenak saat mendengar pertanyaan salah satu anak buahnya yang adalah seorang laki-laki.

"A-aah, iya," ucap (Name) tersenyum.

Setelah itu (Name) kembali fokus pada pekerjaannya, tidak menyadari tatapan dari Doppo yang sudah memperhatikannya sedari tadi. Laki-laki dengan rambut dwi-warna itu hanya bisa kembali pada pekerjaannya, menyelesaikan pekerjaannya yang hampir selesai.

'Sepertinya aku bisa selesai sebelum jam sepuluh,' pikir (Name) melirik jam yang ada di ruangan tersebut, menunjukkan pukul enam malam.

"(Surname)-san."

"Ah, iya!?" (Name) kembali tersentak kaget saat mendengar suara laki-laki, "a-ada apa, Kannonzaka-san?" tanya (Name) menyadari yang memanggilnya barusan adalah Doppo.

"Kau benar-benar ingin lembur?" tanya Doppo menatap tangan (Name) yang masih bergerak mengisi semua pekerjaannya, walaupun perhatian (Name) sedang tertuju padanya.

(Name) melirik pekerjaannya yang tersisa sedikit, kemudian kembali menoleh ke arah Doppo lalu mengangguk.

"Pekerjaannya tersisa sedikit, aku bisa menyelesaikannya segera."

Doppo tak bisa berkata apa-apa lagi, hanya mengangguk pasrah. (Name) yang menyadari pekerjaan Doppo sudah selesai (dari betapa rapinya meja Doppo) menoleh ke arah Doppo.

"Kannonzaka-san."

"Ya?"

"Pekerjaanmu sudah selesai ya?" tanya (Name) tersenyum, "hati-hati saat pulang, ya?"

Doppo membuka mulutnya untuk menyahut, namun tidak ada kata-kata yang keluar membuat Doppo menutup mulutnya kembali, dan kembali mengangguk. Doppo kemudian berjalan menuju pintu keluar, yang berada di dekat meja kerja (Name). Tapi tangan Doppo terhenti saat dirinya hampir menyentuh knop pintu.

"(Surname)-san."

(Name) menoleh ke arah Doppo, kemudian memiringkan kepalanya—dengan senyum kecil khasnya masih terlukis disana.

"Hm?"

"Jika kau sudah sampai di apartemenmu, tolong beritahu aku—agar aku tahu kau sudah sampai dengan selamat," ucap Doppo memegang knop pintu lalu membuka pintu yang ada di depannya, "dan maaf atas kejadian kemarin."

Setelah itu Doppo keluar dan menutup pintu tersebut—tanpa menunggu respons dari (Name). Sementara (Name) sendiri hanya bisa berkedip beberapa kali, dengan ingatannya tentang kejadian kemarin terulang di kepalanya.

<><><>

"(Surname)-san, jangan bilang kalau kau... androphobia?"

(Name) hanya bisa meneguk salivanya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Doppo, sebelum akhirnya mengangguk kecil. Melihat reaksi (Name), Doppo langsung membungkukkan tubuhnya 90 derajat, mengagetkan (Name).

"M-maafkan aku sudah menyentuhmu tanpa izin!"

"Tidak apa-apa," ucap (Name) mengangguk, "lagipula Kannonzaka-san melakukannya demi keselamatanku juga. Jadi jangan minta maaf."

Doppo kembali berdiri dengan tegak, dan dirinya melihat (Name) yang sedang tersenyum sedih.

"Maafkan aku menunjukkan sisi yang tidak pantas ini di depanmu, Kannonzaka-san."

Doppo hanya terdiam, reaksi (Name) diluar dugaannya. Tersadar (Name) tidak berbicara lagi membuat Doppo menggelengkan kepalanya.

"Jangan meminta maaf karena hal seperti ini, (Surname)-san," ucap Doppo, "tapi jika kau tidak keberatan, aku ingin bertanya satu hal."

"Ya?" tanya (Name) memiringkan kepalanya.

"Kenapa kau pindah ke kantor ini jika kau androphobia?" tanya Doppo, "perusahaan kita mayoritas pegawainya adalah laki-laki, sementara pegawai perusahaan Eastaugffe mayoritas perempuan, kan?"

"Ah ...," (Name) menegakkan kepalanya, "itu karena aku yang meminta untuk dipindahkan ke perusahaan ini."

Doppo berkedip beberapa kali.

"Kenapa ...?"

(Name) hanya tersenyum, diam-diam mengepalkan tangannya.

"Aku ingin sembuh dari penyakit ini."

<><><>

Tangan (Name) berhenti mengetik di komputer yang ada di depannya, dan (Name) hanya menghela napas panjang.

"Sembuh, huh?"

Iris (e/c) miliknya yang mulai lelah itu pun melirik ke arah jam, dimana jam tersebut sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Yep, selesai sebelum jam sepuluh," ucap (Name) menyimpan semua pekerjaannya lalu mematikan komputer yang ada di depannya.

Setelah merapikan semua barangnya, (Name) pun keluar dari kantor—tentu dia sudah izin dengan atasannya untuk lembur, jadi dia mengunci kantor dan memberikannya pada petugas yang berjaga malam itu.

"Enaknya makan apa ya," gumam (Name) melihat kota Shinjuku yang dipenuhi oleh lampu-lampu bagaikan berlian.

Namun saat (Name) menoleh ke depan, tiba-tiba dirinya menabrak seseorang membuat dirinya hampir tersungkur. (Name) yang sadar bahwa ini terjadi karena dirinya yang tidak memperhatikan jalan, langsung menunduk singkat.

"M-maafkan aku—"

"Ah, aku baik-baik saja, bagaimana denganmu sendiri, Koneko-chan?"

Iris (Name) melebar saat suara maskulin yang memotong ucapannya. (Name) mengangkat kepalanya, dan melihat seorang laki-laki memakai jas, berambut pirang—namun terlihat juga dibalik rambut pirangnya itu terlihat warna hijau.

Unik, seperti Doppo—tapi bukan itu yang menjadi fokus (Name) sekarang, karena sosok yang tidak sengaja (Name) tabrak adalah seorang laki-laki.

"Koneko-chan?" panggil laki-laki tersebut, "wajahmu pucat lho, apa kau baik-baik saja?"

Tangan laki-laki itu terangkat, namun hal itu yang terakhir (Name) ingat sebelum dirinya jatuh tak sadarkan diri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro