🌕️ 3 🌕️
Kyle dan Liza hidup serumah selama satu dekade lamanya. Sama seperti pasangan lain, mereka tinggal di tengah hutan dan berburu bersama saat lapar.
Rumah mereka terbuat dari kayu seperti kebanyakan rumah lainnya. Hanya terdiri dari satu tingkat dan dua kamar ; kamar mereka dan tamu, juga dapur dan tempat mandi. Di tengah ruang, dekat pintu depan sana mereka membaringkan anak asing itu.
Liza serta merta menyelimuti dan membelai rambut hitam anak itu. Sambil tersenyum dan sesekali menatap Kyle yang duduk diam mengamati, tidak paham arti tatapan itu.
Keduanya memang sudah lama menikah. Tapi, tidak pernah terpikir untuk memiliki anak. Bukan karena tidak mampu atau masalah biologis, melainkan mereka menikah hanya sekadar untuk saling menjaga. Namun, tentu saja di lubuk hati, Liza menginginkan kehadiran buah hati di antara mereka.
Liza menatap suaminya dengan mata emasnya yang berbinar. "Kalau dia tidak punya orangtua lagi, kita akan menggantikannya!"
Kyle hampir tersedak air liurnya sendiri. Ia menatap tajam sang istri. Hendak berceramah tentang bahayanya memunggut sesuatu yang bukan milik sendiri. "Tidak! Setelah dia bangun, kita akan-"
"Lihat! Dia membuka matanya!" potong Liza girang. "Siapa namamu, Manis?"
Anak itu perlahan mengerjapkan mata. Hebatnya, dia tidak menangis atau menjerit melihat dua orang asing di depan matanya.
Kyle menghampiri. "Kamu putra mahkota?"
Anak itu terlihat begitu polos dan kebingungan. Membuat Liza semakin gemas sekaligus iba padanya.
Ketika diperhatikan, anak ini memiliki ciri yang sama dengan Kyle, berkulit pucat serta dua buah taring mencuat sedikit dari mulutnya. Vampir.
"Siapa namamu?" tanya Liza, melembutkan suaranya.
"Namaku ... Al," jawabnya. "Aku ... tidak tahu nama Mama ... dan siapa ayahku."
"Tenanglah, Sayang." Liza tersenyum, "Kyle akan menjadi ayah yang baik bagimu."
"Benarkah?" Dengan polosnya Al tersenyum girang.
"Liza!" Kyle menatap tajam Liza. "Aku bukan ayahnya dan kita tidak akan merawat anak ini!"
Al menunduk sedih.
Liza kian iba dan berpura-pura tidak mendengarkan suaminya. "Berapa umurmu?" tanyanya pada Al.
"Sepuluh."
Liza berpikir sejenak. "Apa yang terjadi?"
"Kalau tidak salah ... Mama mengajakku untuk melihat bintang-bintang." Anak itu menginggat-ingat. "Terus tiba-tiba Mama memukulku."
Liza lagi-lagi tampak iba padanga. "Al, kami-"
"Sebentar lagi matahari terbit," potong Kyle.
Al melesat keluar.
Liza bahkan tidak sempat mencegah apalagi bersuara.
"Al! Tunggu!" Dia mulai panik, takut jika anak itu akan menjadi abu. "Jangan! Jangan! Matahari! Panas!"
Kyle menyusul, tapi tidak bisa melangkah lebih jauh dari pintu luar.
Liza terus menyeru nama anak itu dengan ketakutan. "Al! Kamu bakal jadi abu!"
Nyatanya tidak. Justru anak itu sedang berlari dengan bebas membiarkan sinar mentari menusuk daging pucatnya. Al tertawa sambil melompat riang seakan tidak terjadi apa-apa. Melihatnya, membuat Kyle curiga.
"Dia dhampire," ujar Kyle ketika Liza menghampirinya dengan wajah bingung.
Liza belum pernah mendengarnya. "Apa?"
"Dia separuh manusia dan vampir," balas Kyle. "Berarti ibunya selingkuh dengan manusia. Sungguh memalukan!"
Liza menggelengkan kepala dengan pelan. "Memangnya manusia dilarang menikah dengan vampir?"
"Itu bukan masalah tradisi lagi," jawab Kyle. "Ini masalah hidup dan mati. Jika ibunya manusia, kemungkinan dia meninggal akibat melahirkan anak yang bukan jenisnya. Jika ayahnya manusia, ia tidak akan mampu menjadi pelindung keluarga."
Liza manggut-manggut, dia memanggil Al. "Al! Ayo, sini! Kita makan!"
Al tanpa ragu bergegas masuk dan entah bagaimana duduk manis di meja makan, siap menunggu.
Liza tersenyum cerah melihat betapa patuhnya anak itu, di sisi lain iba melihat kepolosannya yang suatu saat akan merugikannya.
"Untuk sementara, bagaimana kalau kita adopsi?" tawar Liza.
"Terserah kamu," balas Kyle. "Asalkan kita mampu menyebarkan beritanya."
"Aw, Kyle!" Liza memeluknya dari samping. "Kamu baik sekali!" Dia mengecup pipi suaminya.
Kyle tidak membalas. Wajahnya memerah akibat kecupan kejutan itu.
Liza melepas pelukan. "Kalau begitu, kamu jaga Al sementara aku menceritakannya kepada teman-temanku. Dah!"
Belum sempat Kyle bersuara, wanita itu telah pergi meninggalkan mereka. Kini tinggal dirinya bersama anak yang baru dikenalnya.
"Apa?" Kyle tidak nyaman ditatap terus apalagi oleh makhluk asing yang serta merta masuk ke wilayah kekuasaannya dan merebut hati istrinya.
Kyle tidak membenci anak itu, hanya saja lebih memilih menjaga jarak jika saja Al bukan seperti yang dibayangkan.
Kyle mengambil sebungkus darah manusia, yang disimpan untuk makan siang jika ia kesulitan tidur, lalu menyerahkannya pada Al.
Anak itu langsung meneguknya dengan nikmat tanpa peduli apa yang baru saja diminumnya.
"Kamu tahu apa itu, bukan?" tanya Kyle.
"Tahu! Itu darah manusia, bukan?" balas Al. "Mama sering memberiku darah manusia atau darah hewan. Keduanya enak! Apalagi ketika Mama mencampurnya."
"Dia meracuni putranya!" batin Kyle.
Al jeda untuk menarik napas lega.
Kyle bertanya lagi. "Kamu tidak jijik dengan darahnya?"
"Untuk apa jijik? Enak, toh!" balas Al. "Vampir macam apa yang tidak suka?"
Entah kenapa, Kyke puas mendengarnya. "Ada beberapa vampir vegetaris yang benci darah. Katanya tidak sehat."
Al tertawa. "Mereka tidak pernah mencoba."
Kyle tersenyum. Sangat jarang ia melakukannya, belum pernah ia merasa begitu percaya dengan orang yang baru dikenal.
"Terima kasih, Tuan Kyle!" Al berdiri lalu memeluknya begitu erat hingga vampir itu tidak dapat bergerak sama sekali. "Kalau kalian menyelamatkanku, aku janji akan menyelamatkanmu suatu saat!"
Pintu dibuka.
"Kyaaa ...! Imutnya!" Liza tertawa girang begitu melihat keduanya berpelukan. "Oh, sayang teman-temanku tidak lihat!"
Kyle pelan-pelan menyingkirkan Al dari tubuhnya.
"Ayolah, Kyle, jangan malu menunjukkan sisi lembutmu," bujuk Liza. "Kita 'kan, sudah lama bersama. Jadi agak aneh kalau masih saling menyembunyikan perasaan."
"Dengar, Nyonya Nalen." Kyle berdiri menghampirinya. "Aku tidak menyembunyikan apa-apa darimu dan aku tidak memiliki sisi seperti itu!"
"Panggil aku Liza atau Sayang!" tegur Liza. "Aku tidak nyaman dipanggil begitu oleh suamiku."
Kyle diam saja. Tidak tahu harus balas apa. Memang marganya 'Nalen' sementara Liza tidak memiliki marga sehingga di hari pernikahan mereka, Liza memutuskan memakai marga suaminya.
Al memeluknya dari belakang. "Terima kasih atas kebaikan kalian! Aku janji akan membuat kalian bangga!"
Liza mengelus rambut hitam Al. "Aw, kamu baik sekali!"
Kyle memutar bola matanya. "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
Liza menatapnya dengan tatapan antusias.
Kyle merasakan perasaan aneh dari dirinya. "Apa?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro