🌕️ 10 🌕️
"Ratu Bel dikabarkan meninggal?" tanya Liza.
Ferre mengangguk. "Sebabnya karena penyakit yang telah lama dideritanya. Pemakamannya akan segera diadakan."
Liza ragu. "Aku lebih yakin jika dia meninggal karena dibunuh."
"Oleh suaminya? Sama." Ferre mendongak menatap bintang-bintang. "Raja Val sudah tahu soal perselingkuhannya."
"Bagaimana dengan pasangannya?" tanya Liza.
"Tidak ada kabar kematian lain selain Ratu Bel," kata Ferre. "Sudah jelas apa yang terjadi."
Liza berdecak. "Apa tidak ada rakyat manusianya yang... yang curiga?"
Ferre mengangkat bahu. "Barangkali ada tapi takut menyampaikan."
"Jadi, kita akan pergi sekarang?" tanya Liza.
"Jangan dulu!" Ferre memegang bahu kakaknya. "Kamu urus anak itu dulu. Pastikan dia merasa aman bersama kita, baru serang."
Liza menghela napas, sedih. "Aku takut anak itu mati."
"Kami semua juga takut," balas Ferre. "Setidaknya kita sudah membuktikannya pada manusia, tidak semua vampir yang meminum darah hewan itu baik."
"Hanya orang aneh yang berpikir demikian," sambung Liza. "Bagiku, kita orang yang baik."
"Dan harapanku, kita dapat hidup bersama dengan damai. Para vampir tidak saling menyakiti dan tidak memerangi kaum lain hanya karena mereka kaum minoritas." Ferre tersenyum. "Ayo, pulang! Aku sudah lapar."
***
"Tuan Kyle," panggil Al. "Apa maksud dari semua ini?"
Kyle yang sedang meneguk gelasnya tertegun mendengar ucapan anak itu. Ia belum siap menjelaskan. Anak itu terlalu polos.
"Tuan Kyle?" Al menatapnya lekat, hampir membuat vampir itu berniat mendorongnya menjauh.
Akhirnya, Kyle mencoba bercerita seseingkat mungkin dan membiarkan Al bertanya-tanya bila dia tidak mengerti.
"Kamu ingat ketika kepalamu terasa dipukul? Dia pelakunya dan kami melihat dengan jelas apa yang terjadi. Dia ingin menyingkirkanmu lantaran kamulah yang dianggap sumber masalahnya." Kyle tidak tahu harus bicara apa lagi.
"Kenapa?" tanya Al.
"Karena dia selingkuh."
"Apa itu selingkuh?"
Kyle berusaha menjelaskannya sesederhana mungkin.
"Oh, maksudnya menipu dan berkhianat, gitu?"
"Sejenis itu."
"Kenapa?"
"Karena ibumu bukanlah wanita yang baik."
Al terdiam sejenak. "Berarti aku bukan anak baik?"
Kyle merasa bersalah. "Bukan! Justru ibumu."
Al menunduk. "Jadi... Mama jahat?"
"Orangtua macam apa yang membuang anaknya?" balas Kyle seakan bicara dengan orang dewasa. "Lebih baik kamu abaikan dia dan lanjutkan hidupmu."
"Um ... baik, Tuan Kyle."
Pintu dibuka.
"Halo, Al!" sapa Liza.
Al membalasnya dengan lambaian. "Permisi, aku mau ke kamar dulu."
Anak itu pergi ke kamar dan menutup pintu.
"Kyle, aku ada kabar baru." Liza langsung duduk di sisinya lalu berbisik, "Ratu Bel meninggal. Katanya karena penyakit."
Kyle mendengus. "Orang macam apa yang percaya?"
"Rakyatnya, mungkin," jawab Liza. "Ferre bilang, nanti kita bakal serang kalau sudah memastikan Al aman bersama kita."
"Dan tentu saja harus dipastikan agar tidak kabur lagi."
Liza mengiakan.
Al sedikit paham dengan kisah Kyle, di sisi lain dia masih merindukan wanita yang telah melahirkannya meski telah membuangnya. Dia mendengar percakapan mereka tadi, paham apa yang telah terjadi.
Dia yang menjadi sasaran.
Dia dalam bahaya.
Dirinya penyebab semua ini.
"Kalau benar aku penyebab semua ini, berarti aku harus menyelesaikannya!" batinnya. "Tapi harus ke mana?"
"Kerajaan Barat sebentar lagi akan runtuh," ujar Liza. "Setelahnya apa?"
"Tentu saja hidup dengan damai," balas Kyle. "Lalu membesarkan Al."
Liza tersenyum. "Aku harap semua berakhir."
Kyle menggenggam tangan Liza. "Dengan bahagia."
***
"Kamu melihat segalanya?" Raja Val menatap lekat ke arah gadis itu.
Rilia dengan gemetar mengangguk. "Aku ... Hamba minta maaf."
Raja Val menyeringai. "Tak apa, kamu memang dilahirkan untuk itu."
Rilia mengangkat kepala, menatap mata majikannya.
"Aku akan memberimu imbalan yang tinggi," ujar majikannya. "Jika ingin melakukannya."
Tanpa ragu, Rilia mengangguk.
Raja Val menyerahkan secarik kertas lalu pergi begitu saja.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro