Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sayla [22]

"Yes."

"Hm ...."

Kepala Putra Pelindung menoleh ke kanan. Gadis yang segera berubah status menjadi istri sedang memejam. Mereka sudah berada di mobil dari Bandara Sultan Iskandar Muda ke kediaman keluarga besar Yesi. Yang Putra lihat sejak naik pesawat, Yesi banyak diam. Dia seperti tertekan.

"Apa yang lo rasain sekarang sama kayak yang Sayla rasa?"

Yesi membuka matanya. Putra duduk dengan menyilangkan tangan di dada tak menoleh kepada Yesi.

"Gue nggak pernah memberi Sayla pilihan."

"Put ...."

Mereka saling berpandangan.

"Sebagai anak gue nggak punya pilihan lain. Mungkin apa yang gue pilih bukan yang terbaik menurut Tuhan. Gue yakin pilihan orang tua gue adalah yang terbaik dari Tuhan."

"Walau lo nggak mau sama si Idot?"

Yesi membeo, "Walau gue enggak sudi jadi bini dia."

"Kenapa lo mau?"

Yesi mengetuk-ngetukkan telunjuk ke paha. "Hidup ini mengalir bagaikan air. Apa yang lo dapat, itu yang harus lo jalani. Cinta bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Gue bisa menjadi istri, ibu, bahkan nenek kalau gue mau. Nggak perlu melawan takdir gue. Orang tua gue menikah dari hasil perjodohan. Awet. Dan ini si Idot datang ngelamar karena dia mau sama gue. Jadi, sudah ada satu modal dalam rumah tangga. Dia mau berjuang buat gue."

"Simple banget, ya. Perasaan hidup gue nggak ribet, tapi kenapa persoalan gue makin banyak? Kusut otak gua."

"Bini lo kali yang ribet. Lurusin makanya!"

Pembicaraan mereka akhirnya mengalir kepada hal-hal santai. Berandai-andai suatu hari mereka tidak bekerja di tempat yang sama lagi. Sebagai wanita dan istri, Yesi mungkin akan berhenti sebagai sekuriti. Waktu Putra bertanya, Yesi hanya menggeleng. Putra iri kepada Idot. Yesi, walaupun berusaha menolak, tetap menerima Idot. Setelah dipaksa pulang, akhirnya mengakui bahwa sebenarnya dia setuju mengikuti alur kehidupan yang ditulis untuknya. Kenapa Sayla tidak?

Putra Pelindung Buana. Sebagai yatim piatu dia ingin membangun rumah tangga yang bahagia. Memiliki istri dan anak-anak yang nanti akan menyambut rasa lelah saat ia pulang bekerja. Putra menginginkan anak yang banyak. Takdir yang memisahkan ia dengan kedua orang tua tanpa saudara membuat sang Pelindung ingin mengubah nasib. Mencintai Sayla sang bidadari berwajah manis, ternyata kembar, membuat angan Putra semakin menggebu. Seandainya Putra memiliki anak-anak kembar, hidup pasti ramai. Anak-anak yang secantik Sayla dan setampan dirinya.

Acara pernikahan Idot dengan Yesi berlangsung lancar. Putra sebagai petugas yang membawa mempelai ke kampung halaman mendapatkan hadiah. Idot yang memberitahu keluarganya bahwa Putra seorang jomblo, mengenalkan Putra dengan seorang gadis. Putra tidak tahu ada rencana terselubung dari keluarga Idot saat dia disuruh mengantarkan Mentari pulang.

"Rumahnya di mana?" Putra mengendarai mobil pinjaman omnya Idot.

Sebenarnya malam ini Putra ingin menemani Idot. Sejak acara selesai, Putra selalu di sisi mempelai. Idot harusnya seperti Putra juga, tidak memiliki malam pertama yang diimpikan. Tanpa tahu apa yang dipikirkan Putra, Idot lebih dulu menjauhkan Putra dengan idenya. Kasihan kepada Putra, Idot ingin mencarikan Putra wanita yang bisa mencintainya. Mentari.

"Jangan langsung pulang."

Putra menoleh. "Mau beli apa memangnya?"

Gadis berhijab dusty pink yang dimasukkan ke leher gaun pestanya itu menutup mukanya dengan dua tinju yang dirapatkan. Kepalanya menggeleng-geleng. Putra jadi bingung melihat tingkah perempuan di sebelahnya.

"Hello, kamu kenapa sih?"

"Sudah lama aku suka Kakak Putra Pelindung. Dan sekarang ada di mobil berdua seperti ini, aku masih tidak percaya."

"Oh, kamu follower instagram aku?" tebak Putra. Wajahnya jadi lebih ramah. Sebelumnya, Putra yang biasanya banyak tersenyum banyak diam sejak tiba di kampung halaman Yesi.

"Ya! Aslinya Kak Putra lebih cakep. Subhanallah, ya Allah, aku masih tidak percaya. Kakak juga aslinya ternyata memang baik, sama seperti di IG. Aaaak, aku semakin deg-degan."

Putra Pelindung menggaruk kepalanya, kebingungan dengan reaksi penumpang cantik itu.

"Aku jadi malu. Dek, Kakak bukan selebritis. Nggak usah berlebihan."

"Kak Putra mau jadi suami aku?"

Mobil berhenti mendadak. Putra mulai ngeri dengan fans-nya ini. Ada, ya, perempuan ngajakin cowok menikah pada pertemuan pertama? Padahal, apa kurangnya gadis ini? Cantik, iya. Soleha, iya. Ceria dan ramah. Suka tersenyum. Ekspresif. Pasti banyak yang mengejar tipe seperti dia.

Stop! Putra menolak seluruh penilaian yang baru dia lakukan.

"Sorry, Mentari. Sepertinya udah malem. Gimana kalau kamu kasih tau alamat rumah orang tua kamu."

"Boleh, boleh, Kak Putra. Aku sudah memberitahu orang tua aku, aku pulangnya diantar Kak Putra Pelindung. Hem ... kalau begitu, tidak usah mampir ke mana-mana. Tidak sabar." Gadis di bangku penumpang tertawa kecil. Kakinya dientak-entakkan ke pijakan. Lalu bersenandung kecil.

Putra ingin cepat menyelesaikan tugas itu. Gadis manis di sebelahnya ini berbahaya. Yang diinginkan Putra, begitu Mentari turun, dia langsung tancap gas. Gadis yang dilihat sekali pandang seperti wanita anggun, ternyata sangat petakilan. Namun, Putra tidak bisa langsung pulang karena kedua orang tua Mentari berdiri di ujung teras rumah.

"Ayah! Ini yang namanya Putra Pelindung." Mentari menarik pergelangan tangan Putra menuju orang tuanya.

***

"Kampret! Idot sialan, Bangs*t! Sini lo, gue habisin! Mau ke mana lo, hah?" Putra mengejar Idot yang pertama kali melihatnya langsung ambil langkah seribu.

Si perut bola jelas tidak bisa kabur dari Putra Pelindung yang langkahnya panjang. Leher baju Idot ditarik Putra. Tubuh pengantin baru itu dibalikkan menghadap Putra lalu ....

"Astaga, astaga, Put! Ampun, gue cuma mau nolongin elo! Anjir, jangan sampai gue impoten gara-gara ini. Lo juga bakalan dapat hal yang sama sebelum bisa ngerasain lubang surga. Itu janji gue, inget lo! Aduh, sakit, bego!" Tendangan Putra berhasil mencetak gol dua kali di selangkangan Idot.

Putra memiringkan kepalanya ke kanan lalu terdengar gemeretak tulang lehernya. Melakukan hal yang sama ke arah kiri, Idot menjadi makin ketakutan. Badan Putra yang segar-bugar tanpa lemak siap menghantam pusaka Idot sekali lagi.

"Gue nyariin cewek yang cocok sama elo. Gue yakin Mentari jodoh lo. Dia langsung datang ke gue waktu gue baru sampai dan bilang ingin dikenalin sama elo. Dia bisa jadi istri yang baik. Bisa bikin hidup lo bahagia—Aduh!!! Udah cukup, Anjir!!!" teriak Idot mendapatkan bonus hadiah pagi pertamanya sebagai pengantin baru. Tendangan ketiga kali pada benda pusaka masa depan si perut bola.

"Dia tahu elo dari postingan pertama gue sama elo. Setelah itu, dia ngikutin aktivitas lo di IG. Nggak mikir sudah berapa lama dia naksir elo? Ngotak, dong, kalau mau marah-marah. Orang kek dia mau lo biarin lepas. Orang yang nggak mau sama elo, lo pertahanin. Jangan mau diperbudak cinta, Putra. Lepasin aje cewek nggak bener kayak bini lo—Sialan, rem gua blong!"

"Kalau bini gue nggak bener, berarti gue yang salah. Jadi, penyelesaiannya bukan dengan meninggalkan dia. Dan mau gue pertahankan atau tidak, itu pilihan gue. Gue tidak butuh jalan keluar dari lo. Oh iya, untuk Mentari dan orang tuanya, gua sudah jelaskan semuanya. Kalau bukan karena kebohongan elo, mereka tidak akan seberharap itu ke gue."

Diingatkan tentang istrinya, Putra jadi ingin menelepon Sayla. Setelah membiarkan Idot tertatih-tatih ke rumahnya, Putra mencari tempat untuk mengisi lambung dengan sarapan pagi bergizi. Dipilihnya bangku yang ada di teras, menghadap jalan raya. Putra memesan segelas kopi dan nasi goreng spesial dengan dua telur dan ayam serta sosis yang banyak.

Setelah semua makanan terhidang di meja, Putra makan dengan cepat. Tidak butuh waktu yang lama, piringnya sudah kosong. Putra minum kopi seteguk, kemudian melihat jam pada dinding dalam. Putra memperkirakan posisi Sayla. Sayla pasti sudah berada di ruangan guru sebelum masuk kelas.

Teleponnya tidak segera dijawab oleh Sayla. Putra sangat maklum. Tidak bosan Putra mengulang sampai Sayla mengangkat telepon darinya.

"HP Sayla ketinggalan." Suara yang menjawab adalah laki-laki.

"Masnya siapa? Tukang taksi online? Bisa antarkan ponsel istri saya ke alamat sekolahanya? Tadi Masnya mengantar istri saya ke sana 'kan?"

Pria yang memegang gawai Sayla tertawa. Putra mengernyit bingung. Dia tidak bertingkah lucu, kok lawan bicaranya ngakak?

"Sekadar lo tau, gue bukan supir. Gue yang punya cincin di jarinya Sayla."

Giliran Putra yang tertawa. Kali ini Putra menyadari bahwa untuk menutupi sesuatu, kita memang perlu tertawa. "Hay, Bro. Maaf, gua kira grab. Jangan tersinggung, gue hanya panik karena tidak mengenali suara lo. Sebaiknya lo nggak memberitahu Sayla kalau gue telepon. Oke gua yakin tanpa gue minta, elo tidak akan memberitahu Sayla."

"Oh, jangan salah tanggap. Gua pasti akan menyampaikan kalau-kalau lo mau titip pesan ke Sayla."

"Nanti pas ketemu. Makasih, Bro, tolong kembalikan HP-nya Sayla."

Putra melihat pesan yang dikirimkan Sayla. Putra mematikan ponselnya lalu mencabut kartu SIM. Sisa kopi terakhir ia tandaskan dalam sekali teguk.

Seberapa jauh Putra mengenal Sayla? Mengapa Putra mengetahui bahwa Sayla memiliki kekasih setelah mereka menikah? Putra mematahkan kartu SIM-nya. Kepalanya seakan mau meledak. Dia belum benar-benar yakin untuk berpisah. Namun, apakah Putra bisa membuat Sayla menerimanya saat di hati Sayla ada pria lain?

Hari itu juga Putra Pelindung meninggalkan Tanah Aceh. Putra tidak lupa berpamitan kepada Yesi dan Idot. Idot tidak berani menatap Putra. Putra cuma melihat kelakuan Idot dengan ekspresi datar. Kehidupan mereka bisa dibilang berbanding 180 derajat. Saat Idot tengah bahagia mendapatkan wanita yang dia cinta, Putra mendapat kenyataan bahwa Sayla mencintai orang lain. Putra Sumatra itu hanya melayangkan senyuman tipis sebelum taksi membawa ia ke bandara.

Putra ingin beristirahat. Dia akan mengumpulkan keberanian sebelum melakukan hal yang paling diinginkan Sayla. Melepaskan Sayla berarti memberikan kebahagiaan untuk istrinya itu. Dalam perjalanannya malam itu, Putra banyak berpikir. Mungkin sudah saatnya ia berkorban untuk gadis yang dia cintai. Putra harus menjadi dewasa dan berhenti menjadi lelaki kekanakan yang egois, yang memaksa Sayla menuruti keinginannya.

Sementara itu, di kamarnya Sayla gelisah. Sejak satu jam yang lalu mencoba tidur, matanya tidak bisa dipejamkan. Mondy mengatakan kalau Putra meneleponnya tadi pagi. Sayla baru menghubungi Putra setelah melakukan banyak pertimbangan. Mengira-ngira apa yang akan dia katakan jika Putra bertanya. Namun, nomor Putra tidak aktif. Sayla mencoba dua kali dan tidak berhasil. Beberapa jam kemudian Sayla dengan iseng menghubungi Putra. Hanya suara operator yang menjawab.

"Kamu nggak menuduh aku macam-macam 'kan, Put?" tanya Sayla pelan. Sayla menggigit bibirnya. Bagaimana kalau Putra memikirkan yang tidak-tidak tentang Sayla dan Mondy? Sekali lagi Sayla mengecek Whatsapp Putra. Kenapa Putra menonaktifkan teleponnya?

***

"Kenapa deh tampang lo kayak mo makan orang? Nggak biasanya."

Ayla dengan Rista dalam gendongan tangannya menyelonong masuk ke kamar Sayla. Istri sah Ergi Nugraha itu mendadak heran dengan kelakuan sang tuan putri. Sayla yang ditegur langsung tersenyum, walau terlihat agak maksa di mata Ayla.

"Aku belum pernah gendong Rista. Boleh?" tanyanya.

Bayi itu perpindah ke tangan Sayla sang tante tanpa banyak rayu. Lain halnya jika itu Syahda. Waktu bayi, Ayla tidak memberikan Syahda dengan mudah kepada Sayla karena Sayla ibu kandungnya. Jangan heran.

"Gue mau minta maaf udah nampar lo kemaren." Sayla yang tengah membuat bayi Rista tersenyum mendongak. Bibir perempuan yang tidak memakai hijabnya itu melebar.

"Kamu nggak salah, Ay. Aku ...." Sayla menyadari bahwa bibirnya teramat berat untuk mengucapkan kata-kata serupa. "Ay. Hm ... aku ...."

Rista dalam gendongan Sayla segera diambil oleh ibundanya. Sayla sedang tidak baik-baik saja. Ayla khawatir Rista akan dibanting saat Sayla menggila. Oke, Ayla berlebihan.

"Lo kenapa? Belum baikan dengan Ulet Bayam?" Ayla langsung menambahkan sebelum bibir Sayla memberikan jawaban, "Kelihatan dari muka lo. Apalagi masalahnya? Mungkin bagi lo orang yang ngehamilin seorang gadis dan menyebarkan video persetubuhan mereka lebih baik daripada sang sekuriti yang sangat bertanggung jawab dan berjiwa lembut. Sok lo kejar sana si Pokemon buntelan daki."

"Bukan. Tapi kamu nggak perlu ngatain Mondy seperti itu, Ay."

"Bela aja teros. Yang gue bilang kenyataan! Kesempatan untuk Pokemon udah nggak ada dan malah lo ada-adain. Kenapa sih lo harus jatuh cinta sama cowok yang tega menghancurkan kehidupan lo? Bukan cuman elo, kami semua kena getahnya karena kelakuan si durjana. Semua orang memang bisa tobat, tetapi enggak semuanya bisa dikasih kesempatan apalagi dengan menyakiti orang lain. Makhluk selembut Putra. Kesian Ulat Bayam gue."

"Kemarin aku bilang ke dia aku ingin bercerai."

"Apa?" Ayla mengayun-ayunkan Rista karena terkejut dengan teriakannya. "Hidup kan punya lo, terserah lo. Jangan sampai Pak Hadi drop karena ini. Senang sekarang?"

Ayla mencari penyesalan di mata Sayla. Lantas dia ingin bersorak dan mengatai 'kapok' kepada sang kembaran saat menemukannya.

"Kalau gitu selamat memasuki dunia perjandaan."

Ayla hampir tiba di pintu ketika Sayla menarik tangannya. "Kalau bisa, Papa jangan sampai tahu. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengannya."

"Gue memang gak mau repot-repot bicara sama bokap lo karena ini urusan elo." Ayla mendekatkan bibirnya ke telinga Sayla, "Tahu nggak Sayla, gue malu banget sama kelakuan lo. Gue merasa lebih baik dari elo. Gue yang bobrok ini masih bisa menjaga harga diri sebagai istri, mau mengormati suami, tapi elo ... selingkuh."

Ayla menaikkan sebelah bibirnya setelah memberikan tamparan tak kasat mata. Sebal? Jelas. Sayla tidak bisa bersyukur. Dengan keadaan seperti itu dia malah buat ulah lagi. Ayla sangat geram kepada wanita yang sehari-hari menutup aura itu. Ayla membanting pintu kamar Sayla dari luar.

"Gue datang untuk minta maaf, eeh, pulang-pulang buat dosa lagi. Maafkan gue, Say. Demi elo. Kepala lo batu banget, lebih baja dari gue. Moga lo menyesal udah ngebuang si ulet bayam yang lucu."

Bisikan terakhir Ayla menjadi topik utama dalam kepala putri bungsu Hadi Baskara. Ayla telah menegaskan kegelisahan yang Sayla rasakan sejak kemarin. Yang membuat Sayla uring-uringan dari semalam karena Putra mematikan telepon. Putra berpikir Sayla selingkuh? Serendah itu Sayla di matanya?

Guru TK Anak Cerdas bertambah pusing bahkan kepalanya bagai diserang tornado. Dia tidak sanggup bangun. Ketika memiringkan kepala, dunia bagai terbalik. Oleng. Hari itu Sayla tidak keluar dari kamar.

Setelah tidur selama dua jam, Sayla mengecek ponsel. Dia akan meneriaki Putra bahwa dia dengan Mondy tidak ada apa-apa. Jika memang Putra ingin berpisah, Sayla tidak mau karena alasan sekerdil itu. Putra tak boleh menuduhnya demikian. Akan tetapi, Whatsapp Putra hanya menampilkan centang biru pada chat terakhir yang Sayla kirimkan tanpa balasan.

Mondy
Berangkat?

Sayla mengirimkan pesan balasan kepada Mondy setelah menyusun kata-kata dengan hati-kati.

Maaf, Mondy. Besok dan seterusnya aku berangkat sendiri, seperti biasa. Maaf juga jika ini menyinggung perasaan kamu. Aku minta tolong, kita tidak berbalasan pesan. Setelah aku lihat, Syahda sudah dekat sama kamu. Kamu bisa bujuk Syahda keluar tanpa melibatkan aku. Maksud aku hm ... aku tidak ingin membuat citra kamu buruk karena aku. Aku tidak mau kamu disalahkan jika nanti ada sesuatu yang buruk terjadi sama kita semua.

***

Muba, 12 September 2021

Sayla kenapa ya?
Cerai katanya
Habistu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro