Sayla [07]
"Saya terima nikahnya anak kandung Bapak Sayla Lovaiza Baskara binti Hadi Baskara dengan mas kawin tersebut tunai."
Putra Pelindung Buana tersenyum mengingat momen sakral itu. Dia telah sah menjadi suami bidadari surganya. Perempuan yang Putra harap-harapkan selama kurang lebih enam tahun. Pelindung pernah belajar move on dengan beberapa kali jalan dengan Yesi, tapi hatinya berteriak cuman Sayla yang dia inginkan. Putra tidak selalu punya kepercayaan diri. Adakalanya Putra merasa tidak pantas dan tidak mampu mendapatkan perhatian Sayla apalagi cintanya. Cinta di dalam sana bandel. Perasaan Putra Buana tidak ingin berpindah orang. Hanya Sayla biarpun cuma menjadi pengagum dari jauh saja.
Akhirnya Tuhan mengasihani hamba-Nya itu sehingga dibuatlah skenario penjambretan sehingga Putra berkesempatan kenal dengan Tuan Hadi dan Sayla secara langsung. Sejak hari itu, Putra mulai berjuang secara nyata. Dengan jiwa juang yang tinggi dia datang ke rumah Sayla.
Paginya acara akad di kediaman Tuan Hadi. Tanpa disangka-sangka, Putra diberi kejutan saat mertuanya mengumumkan jika acara akan dilajutkan di sebuah hotel. Putra tidak mengeluarkan satu sen pun uang untuk acara yang dimaksud. Semua atas inisiatif Pak Hadi. Mungkin Sayla juga tidak diberitahu sehingga ketika Putra melirik istrinya, Sayla tak kalah kaget seperti Putra.
Bukan hanya takjub oleh kejutan, hati satpam yang telah naik jabatan dalam hidup itu membuncah haru melihat anak-anak panti asuhan yang menjadi tamu undangan. Betapa dermawan keluarga Hadi Baskara sehingga tidak mengadakan pesta besar yang Putra pikir hanyalah buang-buang uang.
"Istri lu ke mana, Put?" Idot yang terlihat gagah dengan kemeja batik baru mencari-cari ke sebelah Putra. Perutnya menonjol indah sebagai ciri khas.
Acara belum usai dan Idot tidak melihat pengantin wanita. Senyuman Putra luntur. Matanya ikut mencari-cari. Dia pikir Sayla masih duduk di sebelah.
"Tadi sih di sini dengan Princess." Putra mengingat-ingat setelah foto keluarga dan pamitnya Ayla serta Ergi, Sayla duduk bersama Princess yang mengisi posisi di tengah-tengah mereka.
"Eh, itu—" Idot menunjuk ke arah pintu keluar ruangan. "Mending lu kejar buru!"
Aaah! Putra segera berdiri, tetapi ada beberapa orang yang datang. Dengan setengah hati Putra menyalami tamu yang entah datang atas undangan siapa. Yang jelas Putra tidak memiliki undangan kecuali teman-teman sesama satpam.
Gue berasa kayak orang tolol.
Putra Pelindung mengarahkan kamera depan ke wajahnya lalu menekan kamera.
"Di hari pernikahan kita, Kakak kau tinggalkan, Dek."
Video beberapa detik itu langsung ia publish di akun instagram. Sederet komentar netizen menyusul setelah Putra mengeposkan postingan. Sebagian orang yang tidak melihat siaran langsung prosesi akad yang dilakukan Idot menggunakan ponsel Putra sangat terkejut melihat video terbaru sang Pelindung.
"Masih sempat aja lu," kata Idot tatkala mengintip apa yang dilakukan rekan sesama begadangnya. "Nggak lu susul?"
"Mau susul pake apa? Gue ke sini bareng mobil keluarga mereka."
"Angkutan umum, bahlul!" sela Idot cepat.
Putra Buana segera berlari sebelum datang rombongan yang baru. Masalah tamu kanak-kanak yang sedang dijamu makan, biar menjadi urusan mertuanya.
Baru saja melakukan lima langkah cepat, Putra Buana mendengar namanya diserukan. Ya Tuhan! Bini gue kabur dan gue tertahan di pesta sendirian.
Memasang senyum seribu volt Putra Pelindung menyapa ibu mertua, "Mama mertua memanggil?"
"Sayla baru saja menghubungi saya. Dia mengantarkan Syahda ke rumah Ayla dan nanti langsung pulang."
"Kok dia yang anter? Kenapa tadi enggak ikut orang tuanya aja?" Putra yang kesal ditinggalkan pun menjawab tanpa pikir panjang. Setelah semua kalimat terucap, sadarlah dia jika telah bersikap tidak sopan di depan mertua. Sekarang mata ibu Sayla memanah biji mata Putra bak laser.
"Kamu menyalahkan anak-anak saya?"
"Eh anu say—"
"Ayla sakit. Dia harus pulang dan tentu saja diantar oleh suaminya. Terpaksa cucu saya ditinggal di sini. Syahda penting bagi Sayla. Dia akan memastikan Syahda sampai rumah dengan mata kepalanya sendiri. Kalau kamu tidak bisa menerima anak saya, untuk apa kamu menikahinya?"
Yaelah, panjang banget, Mom?
"Kamu nggak boleh ke mana-mana sampai acara ini selesai. Bisa malu keluarga saya melihat kursinya kosong." Setelah bertitah, mama mertua nan cantik itu pergi.
Dengan lunglai Putra kembali ke kursi pelaminan.
"Belum jadi pergi?" Idot menepuk bahu Putra.
"Lu aje yang duduk di sebelah gue daripada kosong."
Sungguh pesta yang menakjubkan bukan? Cemooh batin Putra.
***
Bohong. Pak Hadi memang tak mengatakan akan menyetujui kompromi yang Putra ajukan. Putra juga bodoh sampai lupa pada permintaannya agar Hadi Baskara tidak membuatkan sebuah pesta. Kekurangan Putra yang satu ini memang tak bisa dihilangkan. Ia gampang teralih sampai-sampai lupa bahwa permohonannya kepada Pak Hadi belum dijawab ya atau tidak. Akibatnya Putra harus terjebak di pesta yang menjemukan itu seorang diri.
Sore memang betul tamu yang datang hanya sekelompok anak yatim serta pengasuh. Semakin malam sejak Sayla pulang, berbondong tamu yang jika ditilik merupakan kolega papa mertua datang. Tak satu pun Putra kenali. Demi menjaga kehormatan kedua mertua, Putra harus berdiri menyalami mereka dan menjawab dengan sejujurnya bahwa pengantin wanita pulang duluan sebab ada urusan penting.
Urusan apa yang lebih urgent dibandingkan resepsi pernikahan sendiri?
Kecamuk pikiran Putra sepanjang jalan betul-betul tidak bisa didiamkan. Hatinya resah. Guna mengalihkan segala masalah tersebut agar hengkang dari kepalanya, Putra mengecek instagram. Kontan dua bola mata sang Pelindung melotot akibat kaget melihat postingan paling atas.
mimin.kocak
Baru tadi pagi kawin, jomblo lagi aku!
Video yang Putra bagikan di akun istagramnya telah dicuri oleh admin akun kocak tersebut.
putrapelindung Sirik aja lu, jomblo akut! Nyinyir terus sampe mayit lu nanti lupa kalau udah nggak boleh ngomong lagi!
Putra memasukkan ponsel ke saku jas bertepatan dengan Pak Udin menekan klakson. Sang satpam sempat melirik ke spion tengah, kedua mertuanya menegakkan tubuh pertanda mereka akan segera turun karena telah sampai di rumah.
"Welcome home, Papa dan Mama mertua," sambut Putra setelah membukakan pintu bagi keduanya.
Marah, sebal, kesal, malu, sedih, capek, dan bingung yang melanda tidak perlu diperlihatkan kepada mertua. Senyum seribu volt Putra Pelindung tidak boleh luntur dari wajahnya. Toh sebentar lagi Putra akan bertemu dengan istri kemudian melakukan ibadah berdua yang pertama.
Sabar, Put!
Papa Mertua bersikap kalem dan Mama Mertua berwajah masam. Mereka berdua mendahului Putra berjalan ke dalam. Sang menantu pun mengikuti langkah ibu bapak Sayla hingga naik ke lantai dua rumah gedongan.
"Kita langsung istirahat saja. Kamar Sayla yang di tengah. Lampunya masih hidup, mungkin Say masih bangun."
Papa Mertua kasih kode tuh, Put!
"Ehkm ... saya boleh langsung masuk, Pak?"
"Kamar tamu ada di sebelah pojok sana," sambar Mama Mertua dengan suara judes.
"Untuk saya? Saya sudah menganggap ini rumah saya sendiri kok, Mak. Saya bukan tamu."
"Kamu!" geram Mama Widya melesak maju sebelum tangannya ditarik Pak Hadi untuk mengajak sang istri masuk kamar.
"Malam Mama dan Papa mertua!" Putra berbalik ke arah kamar milik istrinya. Diketuknya pintu jati dengan pelan. Tak ada sahutan. Diketuknya agak kuat. Sama tiada jawaban.
Kamar istri berarti kamar suami. Gua langsung masuk aja kalau nggak dikunci.
"Eh! Memang tidak dikunci!" bisik kaget Putra Pelindung sambil mendorong daun pintu. "Selamat malam istrinya Kak—" Wanita berdaster putih sebetis telah terlelap di ranjang, "—Putra."
Putra mengatupkan kembali daun pintu. Ia berjalan beberapa langkah hingga mencapai tempat sang bidadari surga tengah tidur. Putra memutari ranjang dan kini menghadap wajah Sayla yang tidur miring.
"Malam pertama bukan aku yang kau peluk, Dek." Sang Pelindung berjongkok di sisi tempat tidur.
Princess alias Syahda.
"Kenapa enggak jadi diantar ke emak bapaknya sih, Dek? Gangguin kita aja."
Putra menyilangkan kedua tangan di atas lutut saat memperhatikan wajah Sayla.
"Kok bisa aku dapat istri secantik kamu?" gumamnya. Tangannya tak tahan lagi untuk menyibak rambut yang jatuh di pipi Sayla. "Akhirnya aku punya keluarga di sini, Dek. Terima kasih."
Putra Pelindung berdiri kemudian membuka jasnya. Setelah mengecek kamar mandi dan mencari handuk, dia pun membersihkan diri. Sayla masih belum terjaga ketika Putra selesai mandi. Memakai kembali celana dan kausnya, Putra duduk di sofa panjang yang ada di kamar itu.
"Nggak apa-apa. Lagian gua capek banget. Selamat malam, istrinya Kak Putra. Mimpiin Kakak dong, Dek." Putra merebahkan diri di sofa dan dalam beberapa menit telah terlelap.
***
"Tante, bangun! Aku mau pipis."
Sayla membuka matanya yang terekat akibat kantuk. "Hm ...."
"Tante nih kok tidurnya peluk aku sih?" Syahda berjalan ke kamar mandi sendirian. Dia membangunkan Sayla karena tak bisa melepaskan diri dari dekapan erat tantenya.
Setelah menuntaskan urusannya, Syahda kembali ke tempat tidur. Dia menunjuk ke arah sofa, "Itu ada Om Baru. Kenapa nggak peluk dia kayak Bunda sama Ayah?"
Sayla terduduk dengan spontan akibat pemberitahuan Syahda. "Ayo, kita pindah ke kamar kamu aja, Princess."
Sayla tak meminta persetujuan Syahda langsung menarik tangan anaknya ke kamar sebelah, kamar milik Syahda sejak bayi.
"Tidur lagi," katanya menyelimuti tubuh Syahda hingga dada. Sayla mengusap-usap dahi putrinya agar kembali tertidur.
"Ayah nggak pernah tidur di sofa. Tempat tidur kami muat untuk bertiga. Ayah, aku, dan Bunda. Punya Tante juga gede kok. Kenapa Om Baru nggak ikut tidur dengan kita?"
Tangan Sayla terus bergerak.
"Bunda sudah sehat apa belum, ya? Kasihan Bunda sakit." Syahda tidur membelakangi Sayla. Kenyataan bahwa Syahda amat mencemaskan Ayla membuat hati Sayla sebagai ibu kandung anak itu terpelintir. Bila dirinya akan diperlakukan sama oleh anaknya sendiri?
"Bunda hari ini aneh. Aku dibiarkan sama Tante terus. Tadi Bunda juga bilang sama aku kalau foto, di tengah Tante dan Om Baru. Sekarang aku boleh tidur dengan Tante. Kalau biasanyakan, Bunda bilang aku enggak boleh tidur di sini karena Bunda nggak bisa tertidur tanpa aku. Kalau aku telepon Bunda, ganggu istirahat Bunda nggak, Tante? Tapi tadi Ayah bilang misalnya aku kangen Bunda, telepon aja."
Sayla menggigit bibirnya. Sungguh ia ingin berada di posisi Ayla. Betapa sempurna hidup Ayla. Ada Ergi dan Syahda di sisinya. Sementara Sayla, harus kehilangan kasih sayang dan cinta anaknya. Pun kini ia telah menjadi istri orang yang tidak jelas.
"Telepon aja, Princess. Bunda enggak akan terganggu."
"BUNDA! Ayah ... Bunda mana?" Panggilan khusus yang diserukan Syahda dengan semangat kepada Ayla terasa mengiris hati Sayla. Seharusnya dia yang dipanggil bunda. Seharusnya kepada Sayla, Syahda bermanja-manja. Seharusnya Sayla yang Syahda khawatirkan.
Aku bunda kamu, Princess. Ayahmu ... bukan Ergi. Mondy Alfa Satya Harahap. Kamu menuruni marga ayahmu, Princess. Kamu Syahda Nadysa Harahap.
Mondy. Apakah kamu akan sedih juga saat mendengar yang seperti ini?
***
Muba, 30 Agustus 2021
Gimana? Apes banget ya, Bang Emput?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro