Chapter 03 : Save From Danger
Ruan Lanzhu menutup pintu mobil sekeras mungkin, melepaskan kekesalannya pada benda mati. Beberapa kali dia harus menghembuskan napas agar bisa lebih santai dalam menghadapi perlakuan tidak masuk akal ini. Semenit kemudian ia menghidupkan mesin, melaju beberapa meter tapi kemudian menepi dan mengawasi tepat ke pintu kafe. Melalui kaca spion ia bisa melihat sosok Ling Jiushi berjalan keluar, menghampiri tiga sepeda motor sport besar yang baru saja tiba. Masing-masing pengendara adalah pemuda seusianya, tertawa dan mengatakan hal-hal yang tidak bisa didengar oleh Ruan Lanzhu dengan jelas.
"Semuanya sudah di sini, ayo kita pergi!"
"Lingling, cepat!"
Dilihatnya Ling Jiushi mengenakan helm, tampak ragu untuk naik ke boncengan salah satu motor walaupun akhirnya dia naik dan duduk di belakang si pengemudi.
Mungkin mereka teman-teman kampusnya, pikir Ruan Lanzhu, mengerutkan kening.
Berkumpul di jam seperti ini? Apa mereka mengadakan pesta?
Tiga sepeda motor itu menderu cepat menyisakan raungan keras. Ruan Lanzhu ragu-ragu apakah dia harus mengikutinya ataukah kembali pulang ke rumah dan melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Dia mengambil botol air mineral di sisi pintu, meneguknya sambil berpikir keras.
Baiklah!
Ruan Lanzhu memutar kemudi hingga mobil berbalik arah, siap mengikuti ke mana kawanan motor itu pergi. Tapi tentu saja mereka sudah pergi jauh.
Ruan Lanzhu mendesis. Tindakan menguntit atau melacak jejak bukan hal baru baginya. Dia bukan seorang amatir. Sebenarnya, waktu ia meminta dompet Ling Jiushi dan mengisinya dengan lembaran uang, satu chips kecil untuk mendeteksi posisi dia selipkan di salah satu bagian dompet itu. Perangkat mini tersebut sudah dia atur dan memiliki konektivitas dengan ponselnya. Saat ini dia hanya tinggal memeriksa posisi pelacak melalui ponsel dan ia bisa segera tahu di mana Ling Jiushi berada. Metode ini akan dia lakukan hanya dalam situasi mendesak. Jika memungkinkan untuk bertanya langsung, itu akan lebih aman. Dia tidak ingin Ling Jiushi tahu bahwa ia memasang pelacak karena dengan begitu anak muda itu bisa saja mengelabuinya.
Aku memang bodyguard yang bisa diandalkan, Ruan Lanzhu memuji diri sendiri dengan sebal, seperti satu ironi.
Sepanjang jalan dia bisa melihat pemuda mabuk yang terhuyung-huyung atau gadis berpakaian minim menunggu taksi. Situasi di kawasan ini pada malam hari sedikit liar, dia tak bisa memungkiri bahwa kekhawatirannya pada Ling Jiushi perlahan menguasai hatinya.
Ruan Lanzhu menginjak gas lebih dalam, sesekali melirik layar ponsel. Kawasan yang dia masuki sekarang lebih sepi. Beberapa lampu jalan tidak berfungsi. Kemudian titik di layar berhenti di sebuah tempat. Ruan Lanzhu menghentikan mobil dalam jarak aman, dan ia menatap curiga pada satu bangunan yang menjorok sekitar dua puluh meter dari tepian jalan, berupa sebuah gymnasium tua.
Apa yang mereka lakukan di tempat semacam ini?
Kukunya mulai mengetuk kemudi dengan tempo cepat. Beberapa sepeda motor terparkir di lahan luas di depan bangunan. Itu artinya ada beberapa orang di dalam sana. Ruan Lanzhu lumayan penasaran dan memutuskan untuk menyelidikinya.
=====
Kawanan anak muda laki-laki dan seorang gadis berkumpul di dalam gymnasium terbengkalai itu. Beberapa di antaranya bermain basket, sisanya duduk di barisan kursi tepi lapangan.
Satu-satunya gadis berpakaian minim duduk di satu kursi berlapis busa dengan gaya sok jagoan. Ada sebatang rokok di sela jarinya dan ia tampak menggerutu pada dua pemuda yang duduk menundukkan wajah di depannya.
"Dengar!" gadis itu setengah membentak. Satu tangan menyapu rambut lurus sebahu yang dicat kemerahan. "Anggap saja ini pekerjaan sampingan."
Gadis bergaya preman itu bernama Tang Yao, tampak menyeringai saat melihat dua pemuda itu tidak berkutik sama sekali. Mereka adalah Ling Jiushi dan Wu Qi.
"Ini sangat mudah dan sederhana. Jika kau bersedia, kau akan mendapatkan dua ribu yuan dalam sejam."
Ling Jiushi mengangkat wajahnya. "Jika itu pekerjaan yang mudah, kenapa kau tak lakukan sendiri?"
"Hei, Tang Yao! Kita tidak bisa bayar sebanyak itu. Bagaimana dengan komisi? Dua ratus yuan sudah lumayan untuknya, bukan?" Seorang pemuda lain menyela dengan nada meremehkan, dan ia adalah Shen Yixian yang baru beberapa waktu lalu menemani Ling Jiushi.
"Heh, diam kau...!" desis Tang Yao, kali ini meletakkan tangan di pinggang.
"Aku yang bernegosiasi dengan klien." Shen Yixian terlihat ngotot. "Jadi aku berhak dapat bagian, sebagai bonus aku juga ingin berkencan dengan Lingling setelahnya."
"Negosiasi apanya, sialan?!" Tang Yao mengibaskan tangan di depan wajahnya.
"Sial, kau cari mati dengan berani mengumpatku," balas Shen Yixian geram.
"Aku yang menentukan harga. Nah, Ling Jiushi, apa kau masih perjaka?" selidik Tang Yao dibalas tawa oleh Shen Yixian.
"Peduli apa dia masih perjaka atau tidak."
"Dengar, klien suka yang masih perjaka," Tang Yao melotot padanya lalu lanjut mengumpat,
"Dasar bodoh! Dalam bisnis, kualitas harus diutamakan. Kebanyakan orang tua kecanduan main-main dengan remaja yang masih lugu. Kau kira mereka tak bisa membedakannya? Kau tak tahu apa-apa!"
Tang Yao mencondongkan wajah ke arah Ling Jiushi dan Wu Qi yang masih terdiam kebingungan.
"Hai, tampan. Seniormu itu membohongimu. Dia pura-pura baik, lalu memaksamu kemari dengan menggunakan kawanmu yang bernama Wu Qi ini. Jadi aku menunggumu datang. Ternyata kau memang sangat tampan." Dia terkekeh menyebalkan di depan Ling Jiushi yang hanya balas menatapnya tanpa mengatakan apa-apa.
"Tolong, biarkan aku pergi," Wu Qi memohon, memasang ekspresi cemas yang luar biasa. Situasi tempat ini sangat tidak nyaman dan mengandung bahaya. Beberapa pemuda merokok dan juga minum minuman keras. Dia dan Ling Jiushi benar-benar terjebak.
"Sialan! Bisa diam tidak?!" Tang Yao membentaknya keras hingga kepala Wu Qi tersentak ke belakang. Lalu dia kembali menatap Ling Jiushi, matanya berbinar licik.
"Aku tahu apa yang harus dilakukan untuk memaksa kalian," katanya.
Ling Jiushi balas menatap tajam, berpura-pura berani walaupun sebenarnya dia juga ketakutan seperti Wu Qi.
"Kau memang perempuan gila," desisnya sinis.
Tang Yao tersulut emosi dan seketika bangkit, tangannya melayang siap menampar wajah Ling Jiushi tapi saat bersamaan gerakannya tertahan oleh lemparan sebuah pemantik logam. Tang Yao memekik kaget dan juga kesakitan. Tangannya berdenyut ngilu sementara benda itu terpental dan jatuh ke lantai.
"Argh! Brengsek!" umpatnya bengis.
Saat itu sudut matanya menangkap sosok pria tinggi tegap bermantel hitam berjalan ke arah mereka. Tidak hanya Tang Yao, kawanan pemuda lainnya mendadak terdiam dan serentak mengawasi sosok yang baru datang seakan-akan mereka tanpa sengaja menjumpai selebriti.
"Jaga sikapmu! Jangan sampai dia terluka," pria itu menatap tajam pada Tang Yao.
Yang datang adalah Ruan Lanzhu dengan gaya dan cara bicaranya yang santai. Ling Jiushi seketika menolehkan wajah, matanya bersinar penuh harap pada pria itu.
"Siapa kau?" bentak Tang Yao.
Shen Yixian lebih dulu menanggapi. "Hai, pria tua! Mengapa kau bisa tahu kami ada di sini?"
"Tua?" ulang Ruan Lanzhu, tersenyum keji. "Tulangku masih lebih kuat dari milikmu yang loyo itu."
Raut wajah pemuda itu berubah gusar melihat reaksi Ruan Lanzhu yang masih santai, bahkan mengejeknya. Tangannya bergerak mencabut sebilah pisau lipat, menyerang Ruan Lanzhu dengan senjata terhunus di tangan.
Aaah, yang benar saja... batin Ruan Lanzhu.
Sungguh tiada keperluan berkelahi dengan preman kampungan...
Cukup dengan satu tangan, dia menangkis serangan, memelintir pergelangan Shen Yixian hingga pemuda itu memekik kesakitan dan pisau lipatnya terjatuh. Detik berikutnya dia mendaratkan satu tendangan kuat ke bagian lutut. Bunyi derak keras menggema dalam ruangan. Saat itu juga Shen Yixian ambruk ke lantai sambil mengeluarkan erangan.
"Hei, mengapa kalian diam saja? Hajar dia!" Tang Yao menggonggong pada kawanan pemuda di sekitarnya.
Jumlahnya sekitar enam orang, bahkan lebih. Mereka mengeluarkan geraman lalu menyerang Ruan Lanzhu berbarengan. Berkelahi dengan bajingan cilik bukan hal yang sulit buat Ruan Lanzhu, hanya dengan beberapa jurus bela diri yang dikuasainya, dia melumpuhkan satu per satu penyerangnya. Mereka terjatuh lalu bangkit lagi, mengumpat tidak karuan, menghujaninya dengan pukulan membabibuta. Ruan Lanzhu hanya perlu menangkis, sesekali menghindar dan di saat yang tepat melancarkan pukulan balasan. Bahkan saat berkelahi dia masih sempat merapikan anak rambut yang sedikit berantakan di keningnya. Tidak sampai lima menit, semua penyerangnya bergelimpangan di lantai.
Dia menoleh pada Ling Jiushi, dan berkata, "Cepat keluar dari sini!"
Yang lebih dulu bangkit adalah Wu Qi. Wajah paniknya sangat menyedihkan, dengan satu sentakan dia mengajak Ling Jiushi angkat kaki dari tempat itu.
"Ayo, Lingling!"
Ling Jiushi menatap si pria tampan penyelamatnya dengan mata berkaca-kaca. Bersama Wu Qi, ia berlari menuju pintu keluar. Seorang pemuda yang beringsut di lantai mencoba menahan kakinya, gerakan itu tidak luput dari tatapan Ruan Lanzhu. Dalam sedetik, ia melemparkan pisau lipat tepat menusuk punggung tangan pemuda itu.
"Aaarggh! Sialan!" Dia berguling-guling di lantai, mengoceh tak karuan.
Tang Yao luar biasa geram melihat rencananya berantakan. Memanfaatkan beberapa detik kelengahan Ruan Lanzhu, dia menyerbu cepat dan menusukan sebilah pisau ke tubuh pria itu. Logam dingin dan tajam mengiris pinggang Ruan Lanzhu, tidak dalam tapi cukup untuk melahirkan rasa perih. Darah merembes keluar menodai mantelnya. Ruan Lanzhu tidak mengeluarkan pekikan atau erangan kesakitan. Ekspresinya tetap datar, menatap tajam pada Tang Yao yang terhuyung mundur karena terkejut.
Bagaimana pria ini bisa tetap santai setelah ditusuk? Tang Yao sempat mengira orang ini mungkin setengah siluman. Dia baru akan berkoar lagi saat tinju pria itu melayang deras dan menghajar mata kirinya.
Sedetik kemudian Tang Yao tumbang seperti pohon tua. Menghantam lantai dengan bunyi berdebam keras. Dia bahkan tidak sempat mengeluarkan suara saking cepatnya pukulan itu.
Ruan Lanzhu mendengus sebal. Tangan kirinya menekan pinggang untuk menahan kucuran darah. Tanpa menoleh lagi dia berbalik, bergegas keluar untuk memastikan Ling Jiushi dan kawannya baik-baik saja.
Dua pemuda itu menunduk lesu di luar bangunan, memikirkan kembali dengan ngeri apa yang baru saja dilalui. Saat Ruan Lanzhu tiba di hadapan mereka, Ling Jiushi tidak berani menatap pria itu. Giginya beradu menahan dinginnya udara dan juga rasa takut.
"Ikut aku pulang!" kata Ruan Lanzhu tegas.
"Pa-paman, dia..." Ling Jiushi melirik Wu Qi.
"Aku akan mengantarnya. Ayo!"
Langkahnya lebar dan tergesa menuju kendaraan yang diparkir di seberang jalan.
Rona fajar telah menggenangi langit sewaktu Ruan Lanzhu tiba kembali di rumahnya yang asri. Setelah mengantar Wu Qi, ia harus mengantar Ling Jiushi ke rumahnya karena pemuda itu bersikeras membawa barang-barang pribadinya untuk persiapan menginap di rumah sang pengawal tampan.
"Kenapa harus repot?" ia sempat memprotes tindakan Ling Jiushi yang menurutnya tidak perlu.
"Aku harus membawa pakaian sendiri, Paman. Meminjam punyamu jelas tidak mungkin. Pakaianmu terlihat tua dan membosankan."
Huft!
Luka di pinggangnya semakin berdenyut sakit menghadapi malam yang melelahkan bersama anak muda imut ini.
Semoga makin sini makin sabar ya om ganteng ngadepin serba-serbi anak remaja😍😻
See you 👀
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro