7
Aidan
Berada begitu dekat dengannya adalah godaan total. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku, kenapa aku begitu tertarik padanya. Kenapa dia mempengaruhiku begitu banyak. Dia akan menjadi kematianku tapi aku tidak bisa menolaknya. Tidak mungkin menjauh darinya saat dia memintaku untuk menolongnya, dan bagaimana aku bisa memberitahu dia tentang apa yang diinginkan Stroveix darinya? Apa yang mereka ingin kita lakukan? Daisy akan membenciku untuk itu.
"Apakah mereka akan mengurung kita sepanjang hari? Apa kadang ini satu-satunya kehidupan kita di sini?"
Aku melirik ke arahnya. Dia telah mondar-mandir di kandang kami sejak dia sadar dan dia cukup yakin aku tidak akan melompatinya. Dia hanya mengenakan pakaian terusan tipis yang diberikan Stroveix. Warnanya abu-abu badai kontras dengan warna cerah rambut di kepalanya. Aku masih berharap dia akan menumbuhkan taring atau cakar. Bahkan berharap sedikit tanda kekuatan psikis, tapi benar-benar tidak ada. Dia dibangun dengan keindahan lembut. Kulitnya begitu halus, giginya sepenuhnya tumpul, dan cakarnya sama sekali tidak ada. Tanpa sisik, tanduk, sengat, bahkan tidak ada cangkang. Bagaimana dia bisa bertahan hidup di dunianya? Apakah semua jenisnya terlihat seperti dia?
"Kamu melewatkan jam makan pertama."
Dia menghentikan langkahnya dan berbalik padaku.
"Apakah jam makan pertama sama dengan sarapan?"
"Apa itu sarapan?" tanyaku, dan rambut di atas kedua matanya terangkat. Itu membuat wajahnya berkerut dan aku sangat ingin mencium kerutan itu.
"Itu adalah waktu di mana kita makan di pagi hari. Biasanya sereal dan susu atau bacon dan telur. Atau hanya roti selai kacang." Dia terdiam, memejamkan matanya dan saat itu terbuka ada kilau lembab yang melapisinya. "Kau tahu, Aidan? Aku akan memberikan apa pun untuk kembali ke saat-saat itu. Saat kekhawatiran terbesarku hanyalah kehabisan selai kacang untuk sarapan pagiku. Aku bahkan akan bersyukur saat mendapatkan bos yang menggerutu di pagi hari."
"Kemarilah!" Aku menepuk ruang di sisiku. Dia melihatku dengan curiga sebelum akhirnya mendesah dan perlahan menghampiriku. Duduk di sisiku.
Sedekat ini aku bisa menghirup setiap aroma manis dan pedas dari kulitnya. Ingin menjilat setiap inci yang menggodaku. Apakah dia akan terasa seperti betina Varin di sana? Labih baik? Aromanya sangat memabukkan, tidak heran setiap jantan di kandang malam itu menjadi gila dan ingin mengklaim dia sebagai pasangan.
"Aidan?" ucapnya, dan suaranya yang lembut menghancurkan fantasiku tentang melebarkan kakinya saat aku menjalankan lidahku di atas miliknya yang basah.
Dia akan menjadi kematianku. Aku yakin itu.
"Ceritakan lebih banyak tentang duniamu," ucapku, berharap itu akan membuatnya merasa lebih baik.
Dia menarik napas, seolah mengingat kenangan tentang rumahnya sangat menyakitkan. Mungkin aku salah. Mungkin membuatnya mengingat hanya membawa rasa sakit ke permukaan karena dia berada begitu jauh. Aku meletakkan tanganku di atas lututnya dan matanya tiba-tiba terbuka.
"Tidak apa-apa jika kamu tidak mau," ucapku tapi dia menggeleng.
"Bukan itu. Hanya saja—jika dipikir-pikir aku tidak terlalu banyak rugi." Aku menunggunya untuk meneruskan, tahu saat dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengatur pikirannya. Perasaan ini sangat aneh. Seolah aku sudah mengenalnya begitu lama. Jenisku tidak dikenal karena hubungan yang mudah dengan spesies asing. Kami cenderung menjaga jenis kami sendiri. Alasan kenapa peradaban kami bukan yang paling maju.
"Aku besar di dalam sistem asuh. Tidak pernah benar-benar menemukan keluarga yang cocok. Tentu sistem asuh bukan hal terbaik untuk anak tapi itu juga tidak sepenuhnya buruk. Keluarga ini baik, tapi mereka punya dua putri sendiri. Mereka memperlakukan aku dengan baik. Aku tidak mengalami kekerasan atau pelecehan. Hanya saja aku tidak pernah tahu bagaimana hangatnya pelukan dari seorang ibu atau tepukan bangga di pundak dari seorang ayah." Sekali lagi dia terdiam, seolah dia berusaha untuk mengingat kehidupannya dulu. Untuk menemukan sesuatu. "Aku pergi begitu aku berusia delapan belas. Menyewa tempatku sendiri. Bekerja paruh waktu sambil menyelesaikan kuliahku. Aku bahkan tidak yakin aku memiliki teman yang nyata. Setelah lulus aku bekerja di sebuah perusahaan. Di bagian administrasi, berurusan dengan statistik dan semua omong kosong itu. Aku membenci bos-ku. Itu bukan kehidupan yang hebat. Tapi, kau tahu apa?"
"Apa itu?"
"Tapi saat semua itu diambil aku merasa sangat tersesat. Dirampok. Itu mungkin bukan hidup yang hebat tapi itu semua hidup yang aku punya. Dan aku ingin itu kembali Aidan."
Kepalanya bersandar di bahuku tanpa sadar. Aku bisa merasakan napasnya di sisi pipiku, menggelitik kulitku.
"Di tempatku anak tinggal dengan orang tua mereka."
Dia tertawa kecil tapi tidak menggerakkan kepalanya dari lekukan bahuku. "Begitu juga di Bumi, tapi orang tuaku meninggal dalam kecelakaan mobil saat aku berusia enam tahun. Tidak ada kerabat. Tidak ada siapa-siapa. Begitulah caraku berakhir di rumah asuh."
"Maafkan aku," ucapku tapi dia mengedikkan bahu dengan pasrah.
"Itu sudah sangat lama. Aku bahkan tidak ingat lagi seperti apa mereka."
"Bukan berarti itu tidak lagi sakit. Saat anak-anak Varin kehilangan orang tua mereka, Tetua membawa mereka masuk. Merawat dan membesarkan mereka bersama dengan pewaris garis Tetua. Bukannya ada banyak anak mengingat kehamilan sangat jarang pada jenisku."
"Apakah itu alasan kamu berada di sini?"
"Untuk dilestarikan?"
"Apakah itu alasan aku ada di sini?"
Perlahan aku berpaling padanya. Menatap jauh ke matanya dan yang bisa aku lihat adalah ketakutan.
"Daisy," ucapku tapi dia berdiri dan menjauh dariku.
"Mereka ingin kita berkembang biak, bukan?"
Matanya melebar, dan rasa takut begitu tebal di suaranya. Saat itu aku bersedia melakukan apa pun untuk menghilangkan itu darinya. Apa pun.
"Aku tidak akan pernah memaksamu."
"Kamu tidak bisa menghentikan mereka memaksamu," ucapnya. Kebenaran di dalamnya menikamku seperti pisau panas. Dia tahu sama seperti aku tahu.
"Aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal, Daisy."
Tapi dia tidak mengatakan apa pun saat dia mundur ke sudut terjauh dariku dan mulai meringkuk memeluk lututnya. Kepalanya terbenam di antara mereka dan bahunya mulai gemetar saat aku mendengar suara rengekan pertama. Mendengarnya membuatku merasa seolah jantungku dicabik keluar oleh cakar Glinc. Aku berdarah dan aku tidak bisa berhenti berdarah.
***
Baik ini instalove, jadi jika kalian tidak suka instalove ini akan sangat menyebalkan. Tapi jika kalian menikmati pahlawan pria yang manis yang merawat pahlawan wanita maka ini bukumu. Berharap kalian bisa bersabar dengan jadwal menulisku (sebenarnya tidak ada jadwal sama sekali) yang sangat kacau. Tolong tolong lebih banyak komentar dan mungkin akan lebih banyak update. Apa pun tentang Daisy dan Aidan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro