Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

Daisy

Lusinan pikiran yang tidak menyenangkan kini terus muncul di pikiranku. Fakta bahwa aku masih menginginkan Aidan juga tidak membantu untuk menenangkan pikiran-pikiran liar itu.

Aku meliriknya yang saat ini berbaring di lantai logam dingin, sementara dia membiarkanku mengambil satu-satunya ranjang di sel kami. Itu terlalu sempit untuk kami bagi, kecuali jika aku berbaring di atas tubuh Aidan—yang sebenarnya tidak aku tolak. Hanya saja Aidan bilang dia butuh ruang dan aku mungkin juga membutuhkannya. Bahwa kami tidak berpikir dengan jernih. Mungkin itu ada benarnya tapi aku tidak bisa memaksa diriku untuk menyesali apa yang telah kami lakukan di kamar pancuran. Melihat Aidan hancur dan kehilangan kendali membuatku merasakan sesuatu yang aku tidak ingin sebutkan namanya. Aku ingin melihatnya lagi, ingin merasakannya lagi, itu membuatku serakah.

Hanya saja empat hari sejak Aidan memberiku pengalaman seksual paling spektakuler dalam hidupku, dia telah membuat jarak yang aman terutama saat kami sendirian. Dia masih membuatku duduk di pangkuannya setiap kali kami di ruang makan. Memastikan lengannya melingkari pinggangku, selalu membuatku dekat. Namun, begitu kami kembali ke sel, dia akan duduk di dinding terjauh dariku.

"Aidan, apakah kamu tidur?" bisikku, aku sedikit berguling sehingga aku bisa melihat sosoknya dengan lebih baik.

Kepalanya sedikit menoleh ke arahku dan matanya terbuka. Iris gelapnya menangkap tatapanku sesaat kemudian dia berguling sepenuhnya untuk menghadap ke ranjang. Kepalanya ditopang oleh lengannya yang berotot untuk berada di ketinggian yang sama dengan kepalaku yang sekarang berada di tepi tempat tidur. "Ada apa Daisy?"

"Aku tidak bisa tidur, dan aku pikir kau tidur di lantai benar-benar konyol."

"Kita sudah membahas ini," ucapnya dan nada yang dia gunakan hampir membuatku kesal karena dia seolah sedang berbicara dengan anak kecil yang tidak juga mengerti setelah diberitahu berulang kali.

"Aku tahu, aku tahu, kita berdua mungkin tidak sedang dalam kondisi untuk berpikir jernih. Sejujurnya Aidan, aku takut."

Wajahnya melembut saat mendengar perkataanku dan dia bergeser untuk bangun. Tanpa aku minta, dia mendekat dan berjongkok di tepi ranjang, tangannya menemukan milikku untuk menggenggam mereka. Aku penasaran apakah Varin adalah makhluk yang banyak menyentuh? Begitukah cara mereka menunjukkan kasih sayang atau itu hanya Aidan?

"Aku tidak tahu apa yang bisa aku katakan untuk membuatmu merasa lebih baik," ucapnya suaranya yang rendah dan serak membuatku ingin mendengar lebih banyak.

"Sudah empat hari dan kita belum ... kau tahu?" Aku sedikit meringis saat mengangkat topik itu. "Aku hanya khawatir apa yang akan dilakukan Stroveix."

Aidan tidak mengatakan apa-apa dan aku tidak menyalahkannya. Itu bisa dimengerti, apa yang bisa dia katakan? Dia tidak bisa menjanjikan keselamatanku saat miliknya sendiri tidak jelas. Lagi pula, bahkan jika dia menjanjikannya sekarang, aku tidak akan mempercayainya.

"Lupakan aku mengatakan sesuatu." Aku meremas tangan Aidan yang masih menggenggam milikku sebelum aku menariknya untuk bebas darinya. Mungkin dia benar, kita butuh ruang.

***

Pagi itu aku bangun karena suara geraman yang hampir persis seperti binatang yang mengamuk diikuti gerutuan kesakitan dan kemudian tangan kasar memaksaku untuk bangun dan berdiri. Aku masih berusaha untuk menyingkirkan kantuk yang tersisa saat aku diseret. Mataku perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri dan aku melihat Aidan yang tergeletak di lantai. Lima Stroveix menahannya, dan dari kejang di tubuhnya aku cukup yakin mereka telah memukulnya dengan tongkat listrik dengan tegangan paling tinggi.

"Jangan sakiti dia." Aku ingin membentak tapi suaraku lebih terdengar seperti memohon saat aku menyaksikan Aidan mencoba kembali bangun dan kelima tongkat memukulnya, itu pun masih belum melumpuhkannya.

Dia menggeram, lingkaran emas di sekeliling irisnya bersinar dan meskipun tegangan listrik mengalirinya itu tidak menghentikannya justru sebaliknya, terutama saat Stroveix yang memegangku semakin menyeretku menjauh untuk keluar.

Itu seperti menyaksikan awal dari badai, Aidan besar tapi saat dia marah ototnya seperti tumbuh dua kali lipat. Ekornya mencambuk dengan liar dan menikam perut salah satu Stroveix yang mencoba memeganginya. Ada darah yang tumpah dan kemudian aku merasakan rambutku ditarik ke belakang, rasa sakit di kulit kepalaku tidak sebanding jika dibandingkan dengan apa yang dialami Aidan tapi aku masih membuat suara merengek menyedihkan keluar dari mulutku.

"Aku akan mematahkan leher betina jika kau tidak berhenti bertarung," desis Stroveix yang sekarang menarik kepalaku dan melingkarkan jari di rahangku, seolah dia ingin memastikan hanya butuh satu jentikan untuk membuat kata-katnya menjadi kenyataan.

"Kalian tidak akan berani," geram Aidan, matanya semakin liar saat melihat ekspresi di wajahku. Aku tidak berpikir mereka akan membunuhku setelah semua usaha mereka tapi sial ini menyakitkan.

"Dia bisa diganti," ucap Stroveix dengan nada meremehkan dan itu benar-benar membuatku kedinginan. Bukan fakta bahwa nyawaku tidak terlalu berarti di sini, tapi fakta bahwa mereka memiliki wanita manusia lain di sini atau akses untuk mendapatkan mereka. Itu seharusnya bukan kejutan.

"Ke mana kalian membawanya?" Perlawanan Aidan mereda, meskipun matanya masih terlihat liar. Dia mencari tatapanku seolah dia ingin memastikan bahwa aku tahu jika dia akan bertarung untukku jika itu diperlukan.

"Kalvac menginginkannya untuk pemeriksaan," jawabnya sambil memberi isyarat pada kelima Stroveix yang menahan Aidan untuk keluar lebih dulu sementara dia memastikan Aidan tetap melihat ke tempat leherku yang rawan.

"Jika aku tahu kalian menyakitinya—"

Aku diseret keluar hingga melewati batas jeruji hingga jeruji kembali terpasang memisahkan kami dari Aidan.

"Kau tidak pernah berada dalam posisi mengancam, Varin. Tidak di sini dan tidak di antara orang-orangmu. Lagi pula mereka membuangmu."

Kata-kata itu tidak diragukan lagi tepat pada sasaran. Aku bisa melihat luka terbuka di mata Aidan, aku tidak tahu bagaimana atau apa yang terjadi hingga dia bisa berakhir di sini, tapi jelas itu sangat melukainya dan aku sama sekali tidak suka melihatnya terluka. Aku tidak berpikir aku hanya bertindak berdasarkan naluriku saat aku memukulkan sikuku ke perut kadal yang menahanku. Rasanya sangat sakit seperti aku memukul sisik yang sangat keras tapi itu membuatnya lengah dan aku berbalik, untuk membuat tendangan ke bola tapi tentu saja aku tidak secepat itu. Rambutku ditarik, tongkat listrik memukulku membuatku berteriak dan hal terakhir yang aku tahu adalah geraman kemarahan Aidan diikuti suara jeruji yang bergetar karena benturan.

Aku diseret melalui lorong demi lorong logam hingga ke tempat pertama kali aku bangun. Stroveix yang tidak lagi asing bagiku sudah berdiri di sana dengan tablet di tangannya saat dia memeriksa sesuatu yang ada di sangkar besar dari logam dengan ketertarikan yang membuatku merinding.

Aku berdiri di sana, perlahan adrenalin dari sebelumnya meninggalkanku dengan setiap tarikan napas yang aku ambil. Kalvac akhirnya berbalik dan senyum itu ada di bibirnya.

"Aku harus mengatakan aku sangat kecewa, Daisy?" ucap Kalvac meninggalkanku dengan pikiran terburuk.

***

Ummm ... Uhhh... Aku minta maaf??

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro