15. Come back Home
Pesawat yang membawanya ke Louisiana telah mendarat sempurna di landasan bandara yang dikhususkan untuk pesawat jet pribadi. Erika keluar dari pesawat tersebut disusul oleh Nick.
Dia tidak melawan ataupun menolak ketika Nick mengantarkanya ke Louisiana yang itu artinya adalah kembali ke rumah kedua orangtuanya. Sudah setahun Erika tidak pernah pulang dan hanya menanyakan kabar mereka lewat telepon.
Erika duduk diam di kursi penumpang ketika Nick tengah sibuk menyetir. Laki-laki itu mendiamkannya selama di dalam pesawat dan sampai sekarang. Dia melirik Nick yang kali ini tanpa jas yang menempel pada tubuhnya digantikan dengan jaket kulit berwarna hitam. Erika baru menyadari kalau Nick begitu tampan dan mempesona..
Dia memalingkan wajah memilih melihat ke luar jendela. Perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih satu setengah jam hingga sampai ke rumah kedua orang tuanya. Louisiana tetap sama masih ramai di pusat kota dan akan semakin sepi jika sudah memasuki area pedesaan. Rumah kedua orang tuanya berada di pedesaan.
Dulu kedua orangtuanya tinggal di pusat kota dan sepuluh tahun kemudian kembali ke pedesaan ketika kakek Erika meninggal. Kakeknya meninggalkan sebuah rumah dan peternakan kecil untuk mereka.
Erika melirik sekali lagi pada Nick yang tengah fokus pada jalanan di depannya tanpa mau repot-repot menoleh maupun mengajak Erika bicara. Suasana begitu canggung hingga Erika memberanikan diri untuk bertanya.
"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot mengantarkanku sampai ke rumah," ucap Erika setelah mengumpulkan keberanian yang dimilikinya. Dia hanya merasa penasaran karena laki-laki itu cukup mengantarkan sampai bandara bahkan tidak perlu repot-repot menyetir sendiri untuk mengantarkannya sampai rumah. Karena tidak biasanya Nick pergi tanpa ada sopir pribadinya.
"Aku hanya ingin memastikan kau sampai di rumahmu dengan selamat," balas Nick yang masih fokus pada jalanan di depannya yang sudah mulai sepi.
Erika memilih kembali diam. Dia tahu laki-laki ini hanya ingin menolongnya dan Erika baru menyadari bahwa Nick adalah laki-laki yang terlalu baik.
Sejak Nick menolak memaafkannya Erika tidak berani lagi untuk mengucapkan kata maaf. Rasanya Nick tidak akan pernah mau memaafkannya terbukti saat ini dia mengantarkannya pulang. Yang itu artinya dia benar-benar melepaskannya.
Mungkin Nick lelah dengan sikapnya selama ini. Erika menyesal telah menyakiti laki-laki yang begitu baik padanya. Hatinya telah buta oleh kebenciannya pada Joshua dan kabar buruknya dia telah melampiaskan kebencian itu pada Nick, laki-laki yang telah menolongnya.
Miris. Pantas saja Nick menolak memaafkannya. Pasti dia sangat terluka.
Mobil Nick tengah memasuki jalanan yang begitu lenggang dengan hamparan rumput di kiri dan kanan. Erika merindukan suasana pedesaan. Tujuh tahun tinggal di New York membuatnya sedikit melupakan tanah kelahirannya.
Erika tidak perlu bertanya bagaimana Nick bisa mengetahui alamat rumahnya, bahkan sangat lancar ketika menyetir tanpa harus repot-repot bertanya padanya untuk menunjukkan arah. Nick adalah Nick, laki-laki yang bisa melakukan apa yang tidak pernah terpikir oleh Erika.
Suasana yang begitu canggung selama satu setengah jam membuat Erika merasa semakin bersalah. Namun dia akhirnya tersenyum ketika mobil Nick berbelok untuk memasuki sebuah halaman rumah yang sudah lama ditinggalkannya.
Erika tertegun sejenak melihat suasana rumah yang begitu tenang. Dia menoleh ke arah Nick yang telah bersiap untuk turun. Erika menyusul turun ketika dilihatnya Nick membuka bagasi mobil dan mengeluarkan koper Erika dari sana.
"Biar aku saja." Erika mencoba meraih koper yang tengah di seret Nick tapi laki-laki itu mengabaikannya dan tetap menyeret koper itu sampai depan rumah orangtuanya.
Erika menghela napas kemudian berjalan mengekor di belakang Nick. Dia segera mengetuk pintu kayu cokelat yang warna catnya sedikit memudar. Sedikit lama hingga Erika berpikir bahwa kedua orangtuanya masih berada di peternakan dan belum kembali.
Peternakan warisan Kakeknya yang sekarang diurus oleh kedua orangtuanya sekaligus menghabiskan masa tua kata mereka dulu ketika memutuskan untuk pindah dari pusat kota. Pernikahan orangtuanya begitu harmonis berbanding terbalik dengan pernikahannya yang hampir hancur ralat bukan hampir tapi telah hancur tak bersisa.
Erika melirik Nick sekilas, laki-laki itu tampak tenang menunggu seseorang membuka pintu tersebut. Akhirnya seorang wanita setengah baya yang masih terlihat cantik membuka pintu tersebut dan tersenyum lebar ke arah Erika.
"Erika!" pekik perempuan tersebut langsung memeluk Erika seolah menyalurkan kerinduannya pada anak perempuan satu-satunya.
"I miss you, Mom." Setitik air mata jatuh begitu saja tanpa permisi. Erika tidak tahu apakah ini air mata bahagia karena bertemu ibunya kembali atau sedih karena perbuatan suaminya.
"I miss you to, Dear," balas ibunya yang telah melepaskan pelukannya.
Ibunya menatap Erika sekilas dan beralih pada laki-laki yang berdiri di belakangnya siapa lagi kalau bukan Nick. Kening ibunya berkerut seolah meminta penjelasan siapa laki-laki yang bersama putrinya tersebut dan kemana Joshua?
Erika menoleh pada Nick ketika pandangan ibunya mengarah padanya.
"Bu!" panggilnya pada ibunya.
Ibunya menatap Erika kembali dengan wajah bingung.
"Dia temanku," jelas Erika pada ibunya dan entah sejak kapan dirinya berteman dengan Nick. Batinnya tertawa, setelah apa yang kau lakukan padanya. Dengan seenaknya kau menyebutnya temanmu. Batinnya tertawa miris.
"Masuklah kalau begitu." Ibunya akhirnya memecah rasa canggung diantara mereka dan memilih menyuruh masuk. Mungkin nanti dia akan menanyakan semuanya.
"Masuklah." Sekarang giliran Erika yang menyuruh Nick masuk setelah ibunya sudah berada di dalam.
Erika masuk diikuti Nick dibelakangnya. Kemudian dia segera menyeret kopernya menuju ke kamarnya.
Ibunya berdiri canggung bersama Nick di ruang tamu mereka yang tidak terlalu besar.
"Aku Aline Watson, ibu Erika!" Dia mengulurkan tangannya pada Nick.
Nick menerima uluran tangan Aline. "Nick! Senang bertemu denganmu Mrs. Watson."
Perkenalan yang sangat canggung hingga ibunya tidak tahu harus bicara apa. "Duduklah aku akan segera kembali," perintah Aline yang sedetik kemudian telah meninggalkan Nick sendiri di ruang tamu.
Nick mengamati ruang tamu tersebut. Sederhana sekali. Tidak ada barang-barang mahal ataupun yang lain. Hanya ada sofa dan meja yang tertata dengan rapi. Tak berapa lama Aline kembali dengan membawa nampan berisi teh hangat kemudian diletakkannya di atas meja.
"Minumlah, mungkin sedikit menghangatkan," ucapnya.
"Terima kasih Mrs. Watson." Nick kemudian mengambil tempat duduk lalu menyesap teh yang telah dibuatkan oleh Aline.
"Maaf rumah kami mungkin terlalu kecil," ucap Aline setelah Nick meletakkan kembali cangkir tehnya.
Aline yakin bahwa Nick bukan laki-laki biasa mengingat mobil yang digunakan juga melihat penampilannya yang seperti orang kaya. Aline tidak bodoh walaupun dia sekarang tinggal di pedesaan karena sebenarnya dia berasal dari pusat kota.
"Di mana Ayah?" tanya Erika yang telah mengganti pakaiannya menjadi lebih santai.
Aline menoleh. "Dia berada di peternakan mungkin sebentar lagi akan kembali, aku akan menyiapkan makan malam."
Aline meninggalkan Erika dan Nick di ruang tamu menuju ke dapur. Lalu Erika dengan canggung mengambil tempat duduk di depan Nick.
"Maaf rumah kami tidak sebesar rumahmu," ucapnya canggung dan dia juga bingung harus berbicara apa. Nick berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Ini sangat tidak nyaman untuk Erika lebih baik Nick bersikap marah atau memaksanya daripada mendiamkannya seperti ini. Akan lebih mudah bagi Erika untuk menghadapinya.
"Kau sudah sampai di rumahmu dan tugasku selesai." Nick merapatkan jaketnya kemudian berdiri.
"Apa maksudmu?" tanya Erika yang sudah ikut berdiri. Bodoh. Sekali lagi Erika merutuki mulutnya yang seenaknya bertanya padahal dia tahu maksud dari perkataan Nick.
"Aku akan kembali ke Orlando," ucap Nick seraya melangkah ke luar.
"Kau tidak ingin tinggal untuk makan malam?" tawar Erika dan mungkin Nick akan menolaknya.
"Ada banyak pekerjaan yang menungguku."
Singkat. Pertanyaan Erika dijawab singkat-singkat saja oleh Nick.
"Kenapa kau melakukan semua ini?" Bagus. Erika telah mengucapkan kalimat yang harusnya dia tanyakan ketika Nick menyuruhnya bersiap saat masih berada di rumah laki-laki itu.
"Seharusnya aku melakukan ini dari dulu." Nick menoleh dan menatap Erika.
"Seharusnya aku tidak memaksamu untuk tinggal di rumahku," lanjutnya.
Tubuh Erika menegang ketika mendengar penjelasan Nick. Alasan yang diberikannya cukup untuk Erika mengerti dan dia tak perlu bertanya lagi. Dia telah melukai Nick.
"Maafkan aku," ucapnya lirih namun Nick masih bisa mendengarnya. Wajah cantiknya menyiratkan sebuah penyesalan.
"Kau bodoh Erika seharusnya kau kembali ke rumahmu saat kabur dari New York bukan malah menemui laki-laki itu."
Erika mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
"Aku akan melepaskanmu jika kau melakukan itu dulu tapi kau malah ingin membuat masalah baru."
Apa maksudnya? Jadi Nick tidak akan mencarinya jika dia kembali ke Louisiana.
"Aku tidak akan pernah memaksa jika kau tidak ingin tinggal di rumahku dan jika kau meminta dari awal untuk pulang ke rumah orang tuamu maka aku pasti akan mengabulkannya," jelas Nick yang membuat Erika merasa semakin bersalah. Ternyata laki-laki itu bukan seperti yang dipikirkannya selama ini.
"Maafkan aku." ucap Erika sekali lagi.
"Kau tidak perlu minta maaf karena aku sendiri yang ingin melibatkan diri dalam masalah suamimu dan ternyata itu adalah kesalahan yang besar saat aku harus berhadapan denganmu," ucap Nick miris.
"Erika!"
Mereka berdua langsung menoleh ketika seorang laki-laki setengah baya dengan kemeja lusuh dan jeans yang sudah memudar warnanya memanggil nama Erika.
"Ayah," panggil Erika lirih. Dia segera berlari ke arahnya dan memeluk laki-laki yang dipanggilnya ayah tersebut.
"Aku pikir kau telah melupakan kami," sindirnya setelah mengurai pelukannya pada Erika.
"Aku hanya terlalu sibuk," ucapnya berbohong.
Ayah Erika memandang Nick seolah bertanya siapa laki-laki ini?
Nick maju dan mengulurkan tangannya. "Nick."
Ayah Erika menyambut uluran tangan Nick. "Patrick Simpsons."
"Senang bertemu denganmu Mr. Simpsons," ucap Nick mengurai genggaman tangannya.
"Sepertinya aku harus membersihkan diri dulu sebelum makan malam berlangsung," ucap Patrick.
"Kau bisa tinggal untuk makan malam anak muda," ucapnya pada Nick sebelum berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia tidak ingin mengganggu pembicaraan putrinya. Tadi dia sempat melihat putrinya sedang berbicara serius pada Nick. Patrick tidak ingin ikut campur saat ini dan memilih meninggalkan mereka. Mungkin nanti dia akan bertanya pada Erika mengenai laki-laki asing yang dibawanya pulang.
Erika menatap punggung ayahnya yang kemudian menghilang setelah memasuki rumah mereka.
"Sebaiknya aku pergi sebelum matahari menghilang," ucap Nick kemudian memakai kacamata hitamnya.
"Kau benar-benar akan pergi?" tanya Erika memastikan.
"Tugasku telah selesai untuk mengantarmu sampai rumah orangtuamu dengan selamat dan aku berharap kau bisa menjalankan hidup yang baru disini," ucap Nick tersenyum kecil.
"Satu lagi, jangan pernah mencari laki-laki itu jika kau tidak ingin mendapatkan masalah yang sama," tegasnya.
Yang dimaksud dengan laki-laki itu adalah Joshua, suaminya dan Erika mengerti.
"Apa kau juga akan melepaskan Joshua?" tanya Erika penasaran.
"Itu bukan urusanmu Erika, jalani saja hidupmu dengan baik disini sepertinya orangtuamu begitu bahagia melihatmu kembali pulang," jawab Nick.
"Aku mengerti," balas Erika.
"Jika kau memerlukan bantuan, kau boleh menghubungiku," ucap Nick berjalan menuju mobilnya diikuti oleh Erika.
"Terima kasih," ucap Erika tulus.
"Kau bebas Erika," ucap Nick sebelum masuk ke dalam mobilnya dan menghilang dari pandangannya.
Kau bebas Erika.
****
Sekadar konfirmasi saja kalau dua part kemarin emang sengaja aku buat pendek karena memang tidak ada konflik yang harus dijelaskan lebih panjang. Agak kesel dibilang update setengah", ya kalau mau full tunggu aku nulisnya 3 bulan dan nggak perlu aku update setiap hari.
Dan kalau misalnya cerita ini aku tamatin sampai disini aja gimana? Kan Erika juga udah bebas. Maaf sedikit dongkol aku.
Poor me
Vea Aprilia
Jumat 25 November 2016
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro