15 - Bantuan
Sore itu kau kedatangan tamu, dua orang perempuan SMA yang sepertinya teman dari ketujuh kembar. Satunya berhijab merah muda dan satunya berkucir dua dan berkupluk biru kuning.
Kau mengizinkannya masuk selagi memanggil Blaze dan Ais yang merupakan teman sekelas mereka. Sepertinya mereka mengadakan kerja kelompok.
"Blaze! Ais! Ada temanmu disini, kemarilah." Kau memanggil mereka dengan berteriak dari ruang tamu.
"Ah! Tunggu kak, Ais masih tidur." Blaze berteriak membalasmu dari kamarnya.
"Kalian mau kerja kelompok ya?" Tanyamu penasaran. Perempuan hijab pink tersebut mengangguk, "Iya kak, Perkenalkan nama saya Yaya dan ini Ying." Perempuan berkupluk itu memberikan hormat padamu.
"Ya salam kenal. Nama kakak [Name]. Tapi cukup panggil aku kakak saja."
Mereka berdua tersenyum sambil mengiyakan permintaanmu.
"Kakak itu sepupunya mereka bukan? Padahal umur kakak baru 18 tahun tapi kakak hebat bisa menyelesaikan masalah Blaze dan Duri disekolah." Ying terlihat bersemangat, Yaya yang berada disampingnya mengangguk setuju.
"Kalau orang-orang seperti kami yang mengadu atau mengatakan kebenarannya, tidak ada guru-guru yang mau percaya pada kami." Yaya tampak cemberut, sepertinya saat itu ia berusaha membantu Blaze tetapi tidak dipercayai oleh guru.
"Tidak cukup jika hanya mengadu, kau juga harus memberi bukti sehingga mereka tidak bisa meremehkanmu lagi." Kau memberi nasihat pada kedua perempuan ini, mereka mendengarkan dengan baik.
"Oh iya, kakak tau tidak mengenai Ais yang sering diganggu oleh trio berbadan besar?" Ying langsung berbicara tanpa basa-basi. Yaya disampingnya menyenggol tangan Ying dan ia hanya cengengesan.
Kau tertawa kecil. "Tidak apa, aku sudah tau mengenai hal itu."
"Kakak sudah tau? Jadi kakak akan bagaimana dengan hal itu? Apa kakak punya rencana?" Ying berbicara lagi. "Iya kak, saya kasihan melihat Ais yang diganggu tapi kami mengadu pun tetap guru tidak percaya karena Ais tidak mau bicara." Yaya terlihat sedih dan khawatir. Mereka sepertinya benar-benar anak yang baik.
"Sebenarnya kakak sudah punya buktinya tetapi kakak tidak bisa menyerahkannya begitu saja pada guru. Bisa-bisa guru curiga karena kakak masuk kesekolah dengan menyelinap dan merekam buktinya."
"Kakak sudah punya buktinya?" Mereka berdua terperanjat kagum.
Kau mengangguk. "Tapi bisakah kakak meminta tolong pada kalian? Bisakan kalian saja yang menyerahkan bukti itu kepada guru?"
"Tentu kak, kami bisa." Yaya mengajukan diri, Ying disebelahnya juga mengangguk setuju.
"Jadi rencananya begini. Pergilah kekantor guru dan mengadulah tentang video tersebut. Bilang saja kalian mendapatkannya dari seorang siswa yang tidak sengaja melihat hal tersebut dan merekamnya tapi tidak berani untuk menengahi atau mengadu."
"Tapi jika guru itu bertanya siapa yang memberikan video itu?" Yaya tampak gusar. Tapi kau menanggapi dengan tenang. "Bilang saja siswa itu takut dan tidak ingin ikut campur. Guru tidak akan bertanya lebih dari itu dan kalian berdua yang mengadu pun akan disembunyikan namanya."
Mereka terlihat kagum dan mengangguk mengerti. Segera kau meminta Yaya membuka handphonenya dan kau segera mengirim file bukti tersebut ke Yaya.
"Sudah kami terima kak."
"Oh ya, satu hal lagi. Pergilah keruang guru saat jam istirahat pertama dimulai. Keluarlah dari kelas seolah-olah kalian berdua mau kekantin tapi kalian tetap pergi keruang guru." Kau menasehati mereka satu hal lagi.
Mereka berdua mengangguk. "Baik kak, kami mengerti."
Blaze dan Ais muncul dibelakangmu dengan membawa buku dan pena. "Maaf lama." Blaze segera duduk bersama Ais dan membuka bukunya.
"Baiklah kalau begitu, kakak permisi dulu. Terima kasih, Ying, Yaya."
"Eh tunggu kak." Saat Yaya memanggilmu. Kau berhenti dan melihat kearah Yaya. Disana yaya menyodorkan sebungkus biskuit berbentuk hati yang bentuknya kelihatan cantik sekali. "Untuk kakak."
"Jangan kak." Blaze menyela dari samping. Kau bingung tapi pada akhirnya tetap menerima pemberian dari Yaya. "Um, terima kasih."
"Iya."
Kau beranjak dari sana meninggalkan mereka berempat untuk belajar kelompok. Kau tidak boleh menganggu kegiatan mereka.
***
Malam ini kau tidak bisa tidur sama sekali. Jadi kau memutuskan untuk berbaring disofa saat semuanya sudah tidur dikamar masing-masing. Ini sudah larut malam dan herannya kau sama sekali tidak bisa tidur.
Tadi saat kau ingin memakan biskuit pemberian Yaya. Kau dihentikan oleh Duri dan Taufan, mereka mengambil biskuit tersebut dan mengamankannya.
Mungkin kau tidak bisa tidur gara-gara penasaran kenapa mereka melarangmu untuk memakan biskuit itu.
Kau berbaring dengan mata yang masih terbuka. Kau hanya menatap langit-langit kosong, berharap bisa tidur setelah bosan melihat langit-langit yang membosankan itu.
Kau sama sekali tidak mau beranjak kekamar karena rasa sofa ini cukup nyaman untuk tidur.
Suara langkah kaki seseorang membuatmu cepat-cepat menutup mata. Kau lupa bahwa ada manusia misterius yang mengangkutmu setiap malam kedalam kamar. Dan sekarang kau bisa mengetahui orangnya.
Suara langkah kaki itu terdengar menuju dapur, suara gelas dan suara air lalu suara sedang minum. Suaranya terlalu jelas karena benar-benar sunyi malam ini.
Langkah kaki itu terdengar lagi dan kali ini mendekat kearahmu. Kau berusaha terlihat alami saat tidur, jangan sampai dia menyadarinya.
"Tidur disini lagi?"
Suara itu terdengar. Tapi kau teringat karena mereka semua kembar dan suaranya pun terdengar mirip. Kau menangis dalam hati karena tidak bisa mengintip.
Satu-satunya cara untuk mengetahui perbedaan dari semua kembar saat mereka berada dirumah adalah dengan melihat matanya. Tapi tidak mungkin kau akan tiba-tiba membuka mata dan memperhatikan siapa orang ini. Ketahuan sekali kau pura-pura tidur.
Kau merasakan kakimu ditarik dan perbanmu dibuka. Lalu dipasang perban baru dengan sangat pelan dan rapi. Setelah itu kakimu ditaruh lagi ketempatnya.
Langkah kaki terdengar saat orang itu melangkah menuju dapur dan kemudian kembali lagi ketempatmu. Sepertinya tadi dia membuang perban lamamu ke tong sampah.
Kau merasakan tangan dilehermu dan kakimu. Kemudian kau diangkat dengan ala bak putri. Kepalamu tidak dibiarkan menjuntai keatas tetapi disenderkan ke dadanya.
Kau meringis saat mencium bau badannya. Ini terlalu dekat walau kau adalah sepupu mereka. Untung saja kepalamu didadanya bukan di ketiaknya, kau malah teringat dengan ketiak Blaze yang mulus.
Baiklah, lupakan hal yang terasa ambigu ini.
Ia membawamu masuk kekamarmu dan meletakkanmu diatas ranjangmu. Tentu saja tak lupa menyelimutimu dengan selimut.
Kemudian terdengar langkah kakinya menjauh dan menutup pintu lalu menguncinya.
Tunggu, mengunci?
Ia belum keluar, ia masih didalam kamar dan menguncinya pintunya. Tiba-tiba kau jadi tidak bisa bernapas saat langkah kakinya mendekat kearahmu. Dan berhenti tepat didepanmu.
Jantungmu berdegup dengan kencang. Apa yang akan dilakukan oleh salah satu sepupu laki-lakimu ini yang tidak bisa kau tebak siapa. Kau merasa menyesal telah pura-pura tidur tadi, seharusnya kau bangun saja dan tidak tidur disofa.
Dan lain kali kau akan mengunci pintu dengan benar.
Ia masih menatapmu yang tertidur diatas kasur. Kau bisa merasakan tatapannya yang menatapmu seperti tanpa berkedip. Kau sama sekali tidak bisa bergerak.
Kenapa dia masih ada dikamarmu dan mengunci pintu?
To be continued...
A/n:
Kalian dapat bantuan dari Yaya dan Ying nih, selamat.
Dan oh, siapa sebenarnya dia? Kenapa mengunci pintu kamar?
Salam,
Ruru
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro