Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13 - Sebuah Misteri

Kau terbangun dipagi hari saat cahaya matahari menembus masuk melewati jendela kamarmu. Kau mengerjapkan matamu berkali-kali untuk berusaha sadar. Kepalamu terasa pusing karena kau bermain game bersama Blaze dan Taufan sampai tengah malam.

Kau teringat sesuatu lagi, kau ingat bahwa kau tertidur di sofa saat Taufan dan Blaze sedang bermain. Tapi pagi ini, kau sudah berada dikamarmu dengan perban kakimu yang telah diganti.

Perbannya tampak rapi, tidak mungkin jika Blaze atau Taufan yang melakukannya. Tapi kau tidak bisa menebak siapa yang melakukannya.

Rasa sakit dikakimu sepertinya sudah mulai mendingan. Kau turun dari ranjangmu dengan pelan dan keluar kamar. Disana, kau bisa melihat mereka semua tengah bersiap bersama dengan Duri yang sudah memakai seragam sekolah.

"Kau sudah sembuh, Duri?"

Duri dan yang lainnya terkejut saat melihat dirimu berdiri diambang pintu kamar memperhatikan mereka. "Ah iya, Duri sudah sembuh, terima kasih kak." Duri tersenyum dengan sangat manis.

Kau sedikit tersentuh saat dia memanggilmu kakak. Akhirnya sudah ada dua orang yang mengakuimu dirumah ini. Perjuangan ini cukup susah ternyata, pokoknya kau harus menang dari taruhan bersama paman Amato.

Jika dipikir-pikir, paman Amato belum lagi menelepon sejak membuat kesepakatan denganmu.

Kau teringat sesuatu, "Ah, lalu bagaimana dengan kebun kacanya? Aku malah tertidur tadi malam."

Duri terkekeh kecil, "Tidak apa-apa kak. Tadi subuh, kak Halilintar membantuku membereskan kebun kaca bersama kak Ais dan kak Taufan." Kau dapat melihat orang yang disebutkan tampak pura-pura tidak dengar kecuali Taufan yang memberikan peace padamu.

Kau menghela nafas, "Syukurlah. Sekarang kau dan kebunmu akan baik-baik saja. Eh tapi sepertinya seluruh saudaramu sudah mengetahuinya ya?" Duri yang mendengarnya mengangguk. "Iya, itu karena kak Taufan keceplosan tadi malam saat kakak sudah tidur."

Kau menatap tidak senang pada Taufan, "keceplosan, huh?" Yang ditatap hanya menggaruk pipinya yang tidak gatal sambil tertawa kecil.

Kau melihat kearah Ais yang diam saja dan malah kelihatan mengantuk. "Ais," panggilmu. Ia menoleh kearahmu dan kau menunjukkan jari telunjukmu yang menunjuk kearahnya. "Selanjutnya giliranmu."

Ais hanya diam disana mendengar penuturanmu. Ia menuruni topi birunya hingga menutupi matanya. "Aku menunggu," setelah itu dia beranjak dari sana menuju pintu depan. Kau berganti melihat kearah Blaze yang orangnya juga melihat kearahmu. "Jaga dia Blaze, kupercayakan padamu."

Dia tersenyum bersemangat, "tentu."

"Oh iya, aku ingin dengar sedikit tentang alasan Ais." Kau merengut didepan Blaze. Blaze terkekeh kecil dan mendekat kearahmu.

"Kata Ais, dia melakukannya karena takut Duri akan terluka."

"Terluka?" Kau bingung.

Blaze mengangguk. "Ais bilang, dia mendengar ada beberapa siswa yang akan membuat rencana buruk untuk Duri agar Duri menyerah menjadi ketua klub berkebun."

"Tapi bukankah Duri sangat suka berkebun? Ia pasti tidak akan mau meski dipaksa sekalipun, bukan?"

Blaze mengangguk lagi. "Maka dari itu, Ais takut jika Duri akhirnya mendapat perlakuan lebih kejam karena menolak turun jabatan. Akhirnya Ais memutuskan untuk menghancurkan kebun dengan alih menyamar menjadi Duri, agar Duri langsung diturunkan dari jabatan ketua tanpa mendapat perlakuan kasar."

Kau menahan dagumu dengan tangan kirimu dan berpikir sejenak. "Setidaknya aku sudah mengerti, terima kasih Blaze."

"Blaze ngapain? Jangan ngerumpi, ayo pergi." Taufan memanggil dari depan. Blaze segera pamit padamu dan beranjak pergi. Kau hanya membalas dengan melambaikan tangan padanya. Setelah itu, pintu ditutup dan menyisakan dirimu sendirian di rumah ini.

Kau mengernyitkan dahimu, "Kenapa mereka ingin Duri turun jabatan? Dan juga Blaze, kenapa mereka ingin mengeluarkan Blaze dari sekolah?"

"Ada yang aneh."

***

Kau hanya berbaring didepan televisi tanpa bisa apa-apa selain menonton televisi. Televisi lagi-lagi menampilkan berita mengenai kerusakan dan barang-barang hilang. Belum lagi beberapa orang siswa sma yang katanya diperalat oleh seorang perempuan. Mereka dibayar untuk melakukan hal-hal yang aneh seperti menghasut dan membuat masalah disekolah.

Tapi tetap saja mereka tidak mau memberitahu siapa perempuan itu.

Kau mengernyit kesal saat menonton berita tersebut. "Apa-apaan? Kenapa ada orang yang menghambur-hamburkan uang untuk melakukan hal yang merugikan orang lain?" Kau menggeleng tidak mengerti.

Berita selesai dan menampilkan sebuah film kartun yang isinya mengenai superhero bumi. Dengan tokoh utama memiliki kekuatan mengendalikan 7 elemental, sisa temannya punya kekuatan manipulasi gravitasi, manipulasi waktu, perubahan benda dan pengendali bayang.

Sungguh film yang sangat heroik.

Jika dipikir-pikir, tokoh utama film itu mirip dengan mereka bertujuh. Sifat-sifat kekanakan yang mereka miliki membuat dirimu merinding, benar-benar seperti mengurus bocah.

Setidaknya dirumah ini, mereka tidak lagi mengabaikanmu.

Saat kau bergerak ingin mengambil remote. Sebuah benda hitam dengan tombol play, terjatuh dari kantungmu. Kau mengambilnya dan ingat mengenai rekaman suara Blaze saat itu.

Waktu itu kau hanya mendengarnya sampai Blaze memukul anak itu dan kau langsung mematikannya. Tapi selama dipukul, pasti ada pembicaraan lain selain bunyi pukulan pastinya.

Kau menekan tombol 'play' dan suara-suara itu muncul, percakapan mereka yang pernah kau dengar. Kemudian suara pukulan pun terdengar disertai suara terpelantingnya anak bermasalah tersebut.

"Hahaha bagus, pukul aku dan kau akan segera dikeluarkan dari sekolah."

Anak itu malah terdengar bangga saat dipukul dengan keras oleh Blaze.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku sialan?"

"Hahaha, bukan aku yang menginginkannya tapi seorang gadis yang menyuruhku melakukannya."

"Gadis?" Kau bergumam kecil sambil memikirkan perkataan anak tersebut. Ini persis seperti berita yang kau lihat tadi. Apa alasan gadis itu membuat Blaze keluar sekolah.

"Siapa gadis itu? Kenapa dia menginginkanku dikeluarkan dari sekolah?"

"Huh! Aku tidak tau menahu mengenai hal itu. Tapi yang aku tau, satu-persatu saudara kembarmu itu akan dibuat sengsara, dimulai darimu Blaze."

"Hah?" Kau makin dibuat bingung. Bukan hanya Blaze saja incaran gadis itu tetapi semua saudaranya. Kenapa hanya mereka bertujuh yang dijadikan target untuk dibuat sengsara? Hal itu membuatmu pusing semakin memikirkannya.

"Jangan ganggu keluargaku!!"

Buk! Buk!

Bunyi pukulan dari Blaze terdengar sangat keras. Ini pasti saat dimana Blaze memukulnya terus-terusan.

"Kuberitahu satu hal padamu Blaze. Jangan percaya pada siapapun termasuk gadis yang bersamamu sekarang."

"Kenapa? Ada apa dengan gadis itu?"

"Haha! Kau akan tau saat semua saudara kembarmu itu menderita nantinya."

Percakapan telah habis dan hanya terdengar suara pukul-pukulan hingga kau muncul. Disela-sela kau muncul dan menarik Blaze, dapat terdengar suara bisikan kecil yang pasti bukan Blaze.

"Musuhmu ada disampingmu, Blaze."

Rekaman tersebut selesai saat dirimu meminta suara rekaman tersebut ke Blaze.

"Apa maksudnya?" Kau mengernyitkan dahimu. "Kenapa anak itu mengatakan hal itu? Kenapa dia mengatakan bahwa pelakunya adalah aku?"

Kau memicit dahimu. "Mana mungkin aku melakukan hal itu, aku tidak segila itu. Lagipula aku berhutang budi pada paman Amato."

Kau melempar rekaman suara itu ke dinding sampai pecah. Kekesalanmu sudah pada puncaknya, kau sudah tidak mengerti lagi dengan masalah ini.

To be continued...

A/n:

Siapa gadis itu?

Kenapa kau dituduh sebagai dalang?

Salam,
Ruru

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro