Bujur Bumi 39 : Aku Tahu
Masih berkutat dengan koper yang akan suaminya bawa, Achala menyusun peralatan mandi pria itu. Achala tahu, di hotel tempat suaminya menginap pasti akan disediakan handuk dan peralatan mandi segala macamnya. Namun, wanita itu lebih tahu suaminya lebih cerewet dari perempuan jika menyangkut hal ini. Affandra selalu tidak pernah mau menggunakan sabun yang disediakan di hotel, apalagi handuk dan bathrobe.
Achala beranjak dari posisinya saat ponsel yang ia simpan di meja rias berdering singkat. Awalnya wanita itu tak berniat memeriksa pesan dari siapa itu sebelum ia benar-benar menyelesaikan urusan koper Affandra. Namun, entah apa yang membuat hati wanita itu tergerak.
Meraih ponselnya dan segera membuka pesan yang masuk. Tanpa melihat siapa pengirimnya, ibu jari Achala mengetuk chat pada pop up teratas. Membuka lebar matanya, Achala menggenggam kencang ponselnya. Bukan karena ia takut benda itu akan jatuh dari tangannya, melainkan pesan yang masuk itu menjadi alasan. Pesan dari Lintang, memberitahu keberadaannya di depan pintu gerbang rumah mereka.
Ngapain dia ke sini, sih? Mas Affa tadi di luar. Astagfirullah ... bebal banget, sih, jadi orang. Ya Allah.
Achala tergesa meninggalkan pekerjaannya, ada yang lebih penting daripada ini. Wanita itu masih takut jika Lintang bertemu dengan suaminya. Ia benar-benar masih belum siap hal itu terjadi. Ibu satu anak itu tak pernah berniat menyimpan ini semua selamanya dari Affandra. Ia akan memberitahu dan menjelaskan pada Affandra, tetapi belum sekarang. Achala masih menunggu waktu yang tepat.
Belum juga tangannya meraih gagang pintu, benda itu sudah bergerak memutar dan daun pintu terdorong terbuka. Achala gugup melihat ekspresi wajah Affandra yang tak lagi bersahabat seperti saat pria itu keluar rumah.
"M-mas Affa, p-paket aku mana? Yang tadi itu GoSend, kan?" Ada kalimat Achala yang terbata, ia benar-benar gugup. Terlebih dengan ekspresi Affandra yang tidak bersahabat.
"Sejak kapan sopir GoSend pakai mobil Pajero sport? Seberapa sering kamu nemuin dia, Achala!"
"M-maksud, Mas, apa?"Achala tahu ke arah mana pertanyaan Affandra, tetapi wanita itu masih berusaha seolah ia tidak mengerti yang Affandra maksud.
Langkah Achala mundur kembali masuk ke kamar mereka, Affandra berdiri dengan tangan di pinggang. Tatapannya menghunus wanita itu. Achala tentu tidak benar-benar bodoh, ia tahu maksud Affandra.
"Di luar sana, ada Lintang." Telunjuk Affandra mengacung ke arah luar jendela kamar. "Berani-beraninya bajingan itu datang ke sini. Apa yang kamu sembunyikan dari aku, Acha!"
Achala bergedik ngeri, bukan hanya nada suara Affandra yang meninggi dari biasanya. Namun, rahang pria itu juga mengencang, gigi gerahamnya beradu. Belum lagi umpatan yang langsung pria itu serukan untuk Lintang.
Achala menggigit bibir bawahnya, ia sudah mengira ini akan menjadi kesalahpahaman di dalam rumah tangganya, tetapi di satu sisi Achala takut jika ia menceritakannya pada Affandra terkait apa yang Lintang lakukan padanya itu akan merusak persahabatan suaminya dan Lintang. Tanpa ia pahami lebih jauh jika apa yang dilakukan wanita itu justru lebih merusak keharmonisan rumah tangganya.
"M-maaf, Mas. Dengerin aku dulu, aku jelasin semuanya. Aku nggak bermaksud nyembunyiin dari kamu, tapi aku t-takut ...."
Affandra berbalik, menatap lurus ke wajah Achala yang menunduk dalam. Menghela napas singkat, pria itu memberi kode agar Achala menjelaskan apa yang terjadi.
"Apa yang kamu takutkan? Angkat kepala kamu. Lihat aku dan jelaskan."
Achala mengangkat kepalanya sesuai yang Affandra perintahkan. Mata wanita itu berkaca, bibirnya bergetar. Kepalan tangannya berkeringat.
"Mas, tahu Vanilla temennya Juang, kan? Ternyata ... a-anak itu, putri Mas Lintang dan Kak Una yang jadi selingkuhannya dulu. A-alasan kenapa aku diceraikan karena Kak Una bisa memberinya anak."
Bening kristal sialan! Achala tak ingin menangis, tetapi emosionalnya kembali terusik saat mengingat jika ia kalah telak dari Jeuna yang berhasil memberi Lintang penerus keturunan, bahkan bayang-bayang mengerikan itu pun menghantui Achala akan kegagalannya menghadirkan buah hati untuk Affandra. Walupun, pria itu atau bahkan keluarga besar suaminya tidak pernah menuntut Achala.
"Ya, aku tahu Lintang ayahnya Vanilla. Dua minggu lalu aku mencari tahu hal itu."
Bola mata Achala yang berair membulat sempurna mendengar penuturan sang suami. Jadi, selama ini Affandra juga tahu kalau Jeuna adalah mantan istri Lintang?
"M-mas, tahu Mas Lintang selingkuh dengan Kak Una?"
Apa yang membuat Achala masih menyebut sopan dua manusia tak berhati itu? Kemarin saja, tanpa embel-embel kata sapaan hormat Achala mengumpati Lintang dan Jeuna secara gamblang.
Affandra melipat tangan di depan dada, kemudian kembali berkata, "Aku sudah tahu lama Lintang berselingkuh dengan Jeuna, bahkan sebelum kita menikah. Yang tidak aku tahu, Vanilla adalah anak Lintang."
"Mas, kamu sudah tahu perselingkuhan mereka lama, tapi nggak cerita ke aku? Waktu aku cerita ke kamu kalau Vanilla anak Kak Una pun kamu lebih memilih menyembunyikan dari aku? Kamu pasti tahu kalau yang dimaksud Kak Una adalah Mas Lintang." Suara Achala meninggi, ia merasa selama ini Affandra pun menyimpan rapat rahasia Lintang.
"Sekarang kamu pikir. Untuk apa aku cerita tentang mantan suami istri aku, Achala? Apalagi itu tentang betapa berengseknya mantan suami kamu. Lagian aku kira, apa yang diceritakan Jeuna ke kamu itu laki-laki lain, bukan Lintang."
Affandra berbalik menghadap Achala yang tercenung. Pria itu kembali mengungkapkan segala yang ia ketahui.
"Asal kamu tahu, perempuan itu tidak selugu yang kamu kira, Cha. Dia lebih liar dari perempuan tunasusila sekalipun."
Achala terduduk di kursi meja riasnya, mendengar sebuah fakta dari seorang Jeuna Latica sangat membuatnya syok. Perempuan yang ia kira diam, ternyata sangat mengerikan jika sudah bergerak.
"Jangan kamu kira Jeuna diam itu baik, bahkan aku pernah bilang ke kamu perempuan itu diam-diam makan dalam. Kamu sudah tertipu dengan modusnya, Cha." Menghela napas panjang, bola mata Affandra menatap tajam. "Sekarang aku tahu, kenapa belakangan kamu selalu mencurigaiku punya wanita lain, punya istri lain. Kamu bukan pelaku, kan, Cha?" Affandra memicingkan mata curiga.
Achala bangkit dari duduknya, meraih pergelangan tangan Affandra wanita itu menatap penuh penyesalan. Namun, tidak dengan tatapan Affandra. Pria itu membalas tanpa rasa iba, bahkan tanda-tanda tergugah pun tak ada.
"Mas, aku tahu ini salah. Aku mohon maafin aku. Aku janji, kalau ketemu lagi sama dia aku akan menghindar sebisa mungkin. Demi Allah, aku nggak ada hubungan apa-apa lagi. D-dia yang selalu datang-"
"Aku tahu semuanya, aku tahu Lintang sering muncul di sekitar kamu. Aku juga tahu kamu bertemu dengan Lintang di kafe mall waktu kamu belanja kemarin, tapi yang nggak aku ngerti, kenapa kamu nggak jujur ke aku, Cha? Aku nunggu kejujuran dari kamu. Kamu nggak berniat mau ninggalin aku dan Juang, kan?" Suara Affandra melemah di bagian akhir.
"Mas! Demi Allah aku sayang Juang, aku cinta kamu, Mas. Kenapa aku nggak cerita, aku cuma takut itu merusak persahabatan kalian. Aku pikir, aku bisa mengatasi ini semua sendiri."
"Dengan mengorbankan rumah tangga kita? Aku nggak peduli persahabatan atau tali silaturahmi dengan si anjing itu rusak, Cha."
"Mas, ngomongnya dijaga!" sergah Achala.
Wanita itu tidak munafik, ia juga pernah mengumpati Lintang, bahkan lebih dari ini. Namun, tidak dengan suara tinggi dan lantang seperti yang suaminya lakukan. Achala takut suara itu mengundang anaknya masuk ke kamar mereka. Ia hanya tidak ingin pertengkarannya dengan Affandra dilihat anak itu.
"Aku mohon maafin aku. Aku ngaku salah, tapi demi Allah aku bukan sengaja ketemu dia. Aku juga nggak tahu kenapa dia selalu muncul di sekitar aku."
"Aku butuh waktu, aku harus siap-siap berangkat."
Affandra menarik diri dari hadapan Achala. Mengayunkan tungkainya ke dalam kamar mandi. Suara dentuman pintu kamar mandi penutup dari perdebatan mereka hari ini.
Tanjung Enim, 29 Oktober 2022
RinBee 🐝
Hayoo ... Angkat tangannya yang udah pernah liat spoiler ini di tiktok. 🤭
Jangan lupa pollow sosmed aku yang lainya Dung. Siapa tau ada informasi lain yang gak aku share di sini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro