...dan ketika...
Mencari sebuah makna cinta memang bukan hal yang mudah buat Abimanyu. Bagi Abi begitu panggilan akrabnya, cinta hanya meninggalkan sebuah luka yang teramat menyakitkan. Meskipun sampai sekarang dia belum sekalipun berpacaran namun pengalaman tentang orang tuanya yang bercerai saat dia kecil, menyisakan luka di hatinya. Bagaimana sang mama berjuang sendirian membesarkan dirinya dan kedua adiknya. Bagaimana sang mama tiap malam meneteskan bulir-bulir air mata. Memori tersebut membentuk Abi menjadi pribadi yang seperti ini. Mati rasa dengan yang namanya cinta.
Yang ada didalam pikirannya sekarang hanyalah bagaimana caranya untuk membahagiakan sang mama dan juga adik-adiknya. Untuk itu dia bertekad tahun ini harus bisa lulus kuliah dan bisa cepat mencari pekerjaan.
' Semangat Abi ' begitu dia menyemangati dirinya sendiri.
Dengan senyum yang selalu mengembang menghiasi wajahnya yang sedikit tirus, Abi berangkat ke kampus. Dengan sepedanya dia menyusuri jalanan dikota tempat tinggalnya. Jarak dari rumah ke kampus Abi memang tak begitu jauh namun juga tak bisa dibilang dekat. Dengan sepedanya dia membutuhkan waktu hampir empat puluh lima menit.
Meski peluh selalu menghiasi wajah dan tubuhnya, namun gak jadi soal buat seorang Abimanyu. Tepat di lampu merah sebelum kampusnya, perhatian Abi nerpaling ke sebelahnya. Dimana dalam mobil sedan tersebut ada sekelompok cewek yang sedang bersendau gurau sambil mendengarkan musik. Ada empat orang cewek yang berada didalam mobil tersebut.
Ekspresi Abi datar saat salah seorang dari mereka membuka jendela dan melempar senyum manis kepadanya. Tak mau berlama-lama sesaat pandangannya beradu dengan gadis tersebut, Abi langsung mengalihkan pandangannya kedepan masih tanpa ekspresi apapun. Tampak tenang dan terkesan cuek.
" Sialan tuh cowok, sok kecakepan banget," kata gadis itu setelah melihat sikap Abi dengan muka ditekuk.
" Eh siapa sih, knapa Dis," sahut ketiga temennya pengen tahu.
" Tuh..." tunjuk Gadis dengan rasa dongkol yang masih menyelimuti dirinya.
' Hahahaahaha....' celetuk Mira yang berada dibalik kemudi.
" Dasar cowok bodoh," sungut Asti jengkel." Bisa-bisanya dia tak tertarik dengan pesona seorang Gadis," lanjutnya lagi yang diamini oleh Astri kembarannya yang duduk dijok belakang dan juga Mira.
" Apaan sih kalian," Gadis pun tersipu malu. Melihat Gadis seperti itu membuat ketiga sahabatnya tertawa. Mau tak mau pun Gadis juga ikut tertawa meskipun didalam hatinya masih penasaran kepada cowok yang baru dilihatnya pagi itu.
Sejenak Gadis melayankan pandangannya ke luar jendela, dalam pikirannya masih penasaran dengan cowok robot tersebut. Hingga tanpa Gadis sadari mobil yang dia tumpangi telah berhenti diparkiran kampus.
" Dis, ayo turun melamun aja lo," kata Mira sambil tersenyum. Apalagi setelah melihat Gadis yang salah tingkah senyumnya berubah menjadi tawa yang lebar.
" Duh, baru dicuekin kayak gitu aja udah melamun, apalagi tadi dia senyum yah..." goda Astri dan Asti.
" Apaan sih kalian," pipi Gadis pun merona dengan candaan sahabatnya tersebut.
" Udah yuk, ntar telat masuk kelas," ajak Mira sambil melangkah menjauh dari mobilnya.
Mereka pun bergegas karena kelas mau dimulai. Senin pagi dengan dosen pak Anton yang terkenal killer dikalangan mahasiswa. Telat 5 menit aja tak mungkin diijinkan masuk. Bener-bener dosen yang penuh kedisiplinan, mungkin karena disiplin inilah para mahasiswa menyebutnya dosen killer.
" Pagi saudara semua," sapa pak Anton sang dosen killer.
Waktu satu setengah jam terasa begitu lama. Gadis sudah tampak mulai bosan, begitu juga dengan teman-temannya ataupun mahasiswa yang lain. Dipandanginya setiap mahasiswa yang berada di ruang tersebut, sambil tersenyum lucu melihat sebagian tampak bosan dengan penjelasan pak Anton. Bagaimana tidak bosen jika metode yang digunakannya mirip guru SMA, terlalu banyak mencatat. Seperti biasa waktu sejam setengah dilalui dengan penuh kebosanan.
Perhatian Gadis kini kembali ke depan ke arah pak Anton yang kini tengah menulis untuk bahan kuis besok. Batinnya menggerutu ' kuis lagi kuis lagi, bosen tahu pak'.
" Dis, liat tuh siapa yang duduk didepan pak Anton," ucap Asti memecah konsentrasi Gadis yang masih sibuk mencatat.
" Siapa sih ?" gerutu Gadis sambil mengalihkan pandanganny.
" Gosh, kenapa juga dia ada disini..." runtuk Gadis kesal.
Masih lekat dalam ingatannya bagaimana cowok itu membuatnya bete pagi ini. Dan sekarang dia melihatnya duduk dalam satu ruangan. Komplit sudah kesialannya pagi ini mulai dar bangun agak kesiangan sehingga tadi diomelin sama sahabatnya, ketemu cowok robot itu, dan kini ditambah mata kuliah membosankan ala pak Anton. Semua itu cukup membuah moodnya turun drastis.
" Ehemm, ngliatinya gak sampai gitu juga kali," sindir Asti sambil tersenyum.
" Ntar jatuh cinta loh," canda Mira diikuti tertawa geli Asti dan Astri.
" Apaan sih kalian," Gadis pun tersipu malu dengan candaan para sahabatnya.
" Amit-amit deh jatuh cinta sama tuh cowok robot ".
Sepanjang hari itu dilalui Gadis dengan perasaan yang super duper bete, penyebabnya tak lain karena Abimanyu sang cowok robot. Ditambah lagi gurauan dari para sabatnya yang membuat Gadis semakin bete.
*****
Suasana kafe pada malam minggu seperti biasa sangat ramai, suasana kafe itu memang sangat cocok dengan para muda mudi untuk menjalin keromantisan. Yup, memang desain kafe itu sanganlah romantis...cahaya redup berwarna merah mudan mengiasi setiap sudut ruangan. Lampion dengan motif hati ikut menghiasi ruangan sehingga menambah kesan cinta didalamnya. Lukisan-lukisan disetiap sudut dinding kafe itu juga bertemakan cinta. Pengunjung pun disediakan tempat tersendiri seperti layaknya mading di sekolahan untuk memberikan kesan atau pesan untuk seseorang yang disayanginya.
Aby tampak sibuk mengantarkan pesanan di tiap meja. Peluh keringat menghiasi kening dan leher pemuda itu, sesekali di mengelap peluh tersebut dengan tisu atau sapu tangan yang selalu ada di saku celananya.
' Hufttt,' Aby pun menghela nafas panjangnya kala melihat ramainya suasana kafe tempat dia bekerja setahun terakhir ini.
" Nikmati aja bro," Ujang teman seprofesinya menepuk bahu Aby.
" Iya nih, harus semangat kali aja ntar dapet tips yang banyak dari pengunjung," jawab Aby dan senyum lebar langsung menghiasi kedua wajah tersebut.
Tak berselang lama, pekerjaan langsung menanti keduanya. Mereka langsung beranjak ke meja yang baru saja ditinggalkan tamu. Keduanya langsung membersihkan meja tersebut dan menatanya kembali.
" Mau pesan apa mbak," tawar Aby ramah, sebuah senyuman mengembang disela rasa lelah yang menderanya.
Dia menulis semua pesanan pelanggan didepannya itu. Aby tersenyum sembari mendengarkan gurauan pelanggan didepannya ini. Sekumpulan cewek yang seusianya yang ada dihadapannya kini.
" Mohon ditunggu sebentar," pamit Aby kepada mereka.
" Yang cepet ya mas ganteng," celetuk salah seorang dari mereka.
Aby hanya tersenyum simpul mendengar celotehan serupa yang entah sudah ribuan kali dia dengar. Raut mukanya terkesan datar setiap kali para pengunjung tempat dia bekerja kini melontarkan pujian seperti itu, kebanyakan diantara mereka adalah remaja cewek seusianya. Aby pun berlalu ke meja kasir setelah itu langsung menuju dapur menyerahkan pesanan tersebut.
Tanpa Aby sadari, ada seseorang yang sendari tadi memperhatikannya. Seseorang atau lebih tepatnya seorang cewek memandanginya tanpa berkedip setiap apa yang dilakukan Aby tak luput dari perhatian gadis tersebut.
" Ehem, ada yang lagi jatuh cinta nih," celoteh Asti sejenak membuat perhatian Gadis kepada Aby teralihkan.
" Ehh, apaan sih kalian," yang lain tampak tersenyum geli begitu melihat ekspresi Gadis yang tampak bingung tak jelas sambil pipinya tampak merona kemerahan.
Gadis hanya tersenyum malu sambil sesekali cemberut mendengar ejekan para sahabatnya itu. Tak nampak sama sekali dia mengelak dengan semua candaan dar sahabatnya tersebut. Malah yang ada wajahnya semakin kemerahan seperti kepiting rebus tatkala para sahabatnya membicarakan tentang Aby, telebih dengan kejadian tempo hari kala Gadis tambah begitu bete saat pemuda tersebut mencuekin Gadis.
Tak selang beberapa lama perasan mereka pun datang, namun mereka agak sedikit kecewa karena yang mengantarkan pesanan tersebut tidaklah pemuda yang tengah mereka bicarakan. Ada semacam perasaan kecewa terutama Gadis, ingin sekali pemuda itulah yang mengantarkan pesanan tersebut.
Huftt, Gadis tampak mendesah pelan.
Asti, Asri dan Mira pun hanya tersenyum melihat kekecewaan yang terpancar dari wajah Gadis, namun mereka tak mengusiknya. Membiarkan Gadis berada didalam dunia yang dia bentuk sendiri. Para sahabatnya paham apa yang di alami Gadis saat ini, untuk pertama kalinya Gadis tertarik pada seseorang. Biasanya para cowoklah yang tergila-gila pada Gadis. Mereka dengan rela memberikan semuanya demi mendapatkan perhatian seorang Gadis.
Gadis hanya terlihat mengaduk-aduk capucinno float-nya dan membiarkan saja makanan yang dia pesan dari tadi. Gadis terjebak dalam anggannya sendiri tentang pemuda bernama Aby tersebut. Dia sangat penasaran dengan pemuda itu, namun tak berani berbuat apa-apa dia masih ragu dengan rasa penasarannya tersebut.
Senyum Gadis terkembang sempurna kala melihat seseorang yang jadi pusat perhatiannya masuk melalui pintu depan kafe. Wajah Aby tampak bersinar dimata Gadis, dengan peci yang menghiasi kepalanya dan sisa air yang sedikit membasahi wajahnya menambah kesan cool.
Mira yang menyadari perubahan raut wajah Gadis ikut tersenyum bahagia. Belum pernah sepanjang sejarah persahabatannya mereka, Mira melihat pancaran kebahagiaan itu menghiasi wajah Gadis.
Mira mengambil sebuah smartphone yang berada disampingnya kemudian menulis sebuah pesan kepada sahabatnya itu.
From : mira cute
To : gadis cute
Udah...biasa aja keleus ngliatinnya..
Sebuah ringtone membuyarkan lamunan Gadis sejenak. Gadis hanya melotot kearah Mira setelah melihat sebuah pesan dari sahabatnya tersebut. Kemudian Gadis pun menggerakkan jenarinya membalas pesan dari sahabatnya itu.
From : gadis cute
To : mira cute
Sotoy !!!!! Awas ya !!!!
Diam aja lu...
Mira pun tersenyum setelah membaca balesan dari sahabatnya tersebut. Sedangkan Asti dan Astri yang sendari tadi sibuk menghabiskan makanannya baru menyadari jika kedua sahabatnya itu sedang tersenyum sendiri sambil memainkan smartphone-nya masing-masing.
" Kalian kenapa sih ?" tanya Asti bingung.
Astri pun juga penasaran denga Mira dan Gadis yang tersenyum sendiri, dia memandang keduanya saling bergantian dengan pandangan bingung. Melihat ekspresisi si kembar, Mira dan Gadis pun ikut tertawa geli, tampang polos keduanya sungguh amat sayang untuk tidak diketawakan.
" Gak papa kok," kata Mira dan Gadis hampir bersamaan lalu diikuti dengan tertawa keempat sahabat itu.
Kegaduhan yang ditunjukkan keempat sahabat itu sontak menjadi perhatian seisi kafe dan juga Aby dan karyawan penghuni dapur ikut melihat. Dan Aby pun hanya tersenyum tipis melihat Gadis yang kini terlihat cemberut.
Cewek yang menarik.
****
Aby tak berani beradu pandangan ketika Gadis melihatnya hampir tanpa berkedip. Saat itu Abymanyu sedang mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Dia sadar sendari tadi ada yang memandanginya namun Aby berusaha setenang mungkin.
Entah mengapa pikirannya tak bisa fokus mengerjakan tugas tersebut. Yang ada didalam otaknya kini hanya wajah Gadis berserta senyumnya yang manis. Semenjak gelak tawa Gadis dan teman-temannya membahana ditempat kerjanya dulu, Aby sering tersenyum sendiri tak jarang dia juga memperhatikan Gadis. Ada semacam perasaan tenang, bahagia yang menyelimuti hati dan pikiran Aby ketika melihat sosok Gadis.
Tak jauh beda dengan yang dirasakan Gadis saat ini, bukan suatu kebiasaannya duduk berlama-lama di perpustakaan. Disini, perpustakaan bukanlah tempat yang cocok untuk famous girl seperti gadis. Namun sejak melihat Aby disini sambil tersenyum lepas menumbuhkan rasa penasaran Gadis. Bukan Gadis namanya jika dia tak tahu siapa Abymanyu, cowok super dingin dengan sedikit teman. Cowok yang mempunyai senyum super mahal. Yah, begitulah julukan yang Gadis dapat dari investigasi singkatnya tentang cowok yang saat ini sedang dia pandang.
Tak dapat dipungkiri dan banyak cewek dikampusnya ini mengakui ketampanan Aby, tapi sayangnya sikapnya yang cuek dan cenderung dingin terhadap sekitarnya membuat cowok satu ini tak mempunyai banyak teman. Hanya beberapa orang saja yang tahu betul siapa Aby yang berteman dengannya.
Tak banyak yang tahu jika Aby itu sosok cowok yang periang dulunya. Namun semenjak orang tuanya bercerai, dan ibunya mengajak pindah dikota ini Aby berubah menjadi sosok yang pendiam dan tertutup. Dia cenderung menutup dirinya dari dunia luar, terutama terhadap cewek. Yang ada didalam benaknya kini adalah cepet lulus kuliah dan bekerja untuk membahagiakan ibu dan adik satu-satunya. Kebahagiaan kedua orang terpenting dalam hidupnya kini yang menjadi prioritasnya.
'Cowok itu lucu juga' batin Gadis ketika melihat tingkah Aby yang tak nyaman.
Gadis terseyum puas ketika melihat Aby yang tak berani beradu pandangan dengannya. Sikap yang ditunjukkan Aby seolah menjadi sebuah pertunjukan yang mampu menumbuhsuburkan sebuah perasaan yang muncul ketika bertemu pertama kali. Hati Gadis seolah berkata jika cowok yang ada didepannya kini beda dengan cowok yang sering berlalu lalang dikehidupannya.
Entah apa nama perasaan yang kini tumbuh subur dihati Gadis, yang jelas dia sangat bahagia sekali jika sensor-sensor penglihatan yang berada di bola matanya mengirimkan sinyal ke otak dan hatinya jika melihat sosok Abymanyu.
Bagaikan gurun yang gersang tersiram oleh air hujan, benih-benih rerumputan pun menggeliat untuk ingin tumbuh. Begitu pula hati keduanya yang dulu tampak gersang kini telah disiram rintik-rintik cinta dan kasih sayang. Gadis yang mungkin bisa memperlihatkan semua perasaan itu melalui tatapan matanya namun tidak bagi Abi, dia masih tampak takut mengakui semua itu.
Bagi Gadis, Aby merupakan pangeran berkuda putih baginya, pangeran yang telah mencuri hatinya, pangeran yang mampu membuatnya tersenyum sangat bahagia, seorang pangeran yang mampu mengubah pandangan Gadis tentang cowok. Setiap kali sensornya menemukan keberadaan Aby, saat itu pula senyum bahagia terkembang menghiasi wajahnya yang ayu. Bagi Gadis kini Aby merupakan pusat kehidupannya.
Dan para sahabatnya pun mengamini apa yang sedang dirasakan Gadis. Terutama Mira yang selalu mendukung semua apa yang dilakukan Gadis meskipun ada sedikit kekhawatiran sedangkan duo telmi Astri dan Asti hanya terkena imbas kebahagiaan sahabatnya tersebut.
" Kamu yakin dengan perasaanmu itu, Dis," Mira langsung to the point saat Gadis terlihat tersenyum sendiri kala melihat Aby dikantin.
Duo telmi hanya mengangguk tak paham.
" Ndak tahu, Mir," Gadis hanya mengaduk-aduk jus alpukat yang ada didepannya itu. Seketika itu Mira mengenggam tangan Gadis untuk memberi dukungan.
' Kamu gak salah Dis, percaya sama hatimu dan kau akan temukan kebahagiaan yang selama ini kau cari ' pandangan Mira seolah mengakan hal tersebut.
Gadis hanya mengangguk penuh keyakinan, sungguh beruntung dia mendapatkan sahabat seperti mereka yang selalu ada dikala senang ataupun susah. Mereka saling mendukung sayu sama lain dan tak saling meninggalkan saat ada yang berbuat suatu kesalahan.
Kini Gadis yakin untuk memperjuangkan rasa yang kini bergejolak didalam hati karena dia yakin bahwa dia adalah tulang rusuk yang diciptakan Sang Pencipta untuk Abymanyu. Gadis juga yakin bahwa perasaannya tak bertepuk sebelah tangan meskipun dia harus berjuang keras. Sejak awal Gadis tahu semua akan terasa berat terlebih lagi dengan sikap dingin Aby yang seperti robot tanpa perasaan.
Ibarat sebuah batu yang sangat keras namun tak berdaya ketika sebuah tetesan air menghancurkannya. Batu itu seperti tembok yang sengaja dibangun kokoh oleh Aby untuk membentengi dirinya dari dunia luar. Sengaja Aby menciptakan dunianya sendiri didalam kepenatan hidupnya.
Luka traumatis akan keluarganya, tentang perceraian kedua orang tuanya sebuah pengalaman pahit yang sangat membekas dihatinya. Bagaimana hatinya teriris saat melihat ibunya menangis sepanjang malam untuk ayahnya yang pergi entah kemana. Meninggalkan dia, adiknya beserta wanita yang sangat mencintainya. Ditambah lagi bagaimana perjuangan ibunya untuk menghidupi kedua anakknya, menjamin pendidikannya sampai saat ini.
Untuk itulah selama ini Aby menutup dirinya sendiri akan hal yang berbau cinta. Sejak saat itu kata cinta telah dia hapus dari kamus hidupnya. Satu hal yang menjadi alasannya adalah ibu dan adiknya, bagaimanapun juga dia harus mampu membuat kedua orang yang sangat penting dalam hidupnya kini bahagia. Meskipun harus merelakan masa-masa indah diusianya yang sekarang ini diganti dengan kerja keras untuk membantu sang ibu mencari nafkah.
' Aku mau buat ibu bahagia, pokoknya harus, aku tak mau melihat ibu menangis lagi,' itulah sebuah janji yang diucapkan seorang Abymanyu ketika usianya belum genap delapan tahun. Sebuah janji yang sampai saat ini dipegang teguh olehnya.
Dan hanya satu orang yang tahu janji Abymanyu itu, janji yang pernah ia ucapkan sejak umur tujuh tahun. Umur yang sama sekali dikatakan dewasa namun Aby kala itu sudah bertekad akan hal tersebut. Dia adalah Almira Atmaja, teman kecil Aby, teman yang selalu ada saat Aby menangis dulu. Dialah Almira atau sekarang para sahabatnya memanggil Mira. Yup, Mira sahabat Gadis itu adalah teman masa kecil Abymanyu.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro