page 7 : Sick
"Dia sedang sakit."
Yah kamu tahu. Lihat saja pemuda di hadapanmu. Syal biru melingkar di lehernya dan masker yang dipakainya diturunkan, memperlihatkan hidungnya yang memerah.
Kamu menghela napas dan merapihkan syal milik Tamaki. "Ini memang demam musim semi, kau terkena flu serbuk bunga, ya?" tanyamu.
Tamaki menggeleng kuat, membuat syal yang sedang kau rapihkan menjadi tidak beraturan. Kamu menangkup kedua pipi Tamaki, mencoba membuatnya berhenti bergerak.
"Tidak, aku tidak flu." Ia mencoba menampik kenyataan yang sudah jelas.
"Heh~ lalu ada apa dengan hidung kesayanganku, hm? Kenapa bisa memerah, ya? Apa kau ingin menjadi badut?" Kamu bertanya sarkas dan kembali merapihkan syal milik Tamaki. Kamu menepuk-nepuk kepala pemuda itu lembut sambil berjinjit. "Yosh yosh ... Jika Tamaki anak baik, ayo kembali pulang dan istirahat," perintahmu dengan halus.
"Achoo! Sniff ... jika aku tidak ada, siapa yang akan menjaga (Name)-chan? Pasti akan banyak yang datang padamu dan mengganggumu. Aku-"
"Tamaki tidak mau miliknya diganggu orang lain, 'kan?" Kamu tersenyum sebelum melanjutkan, "Tenang saja,aku bisa menjaga diriku sendiri."
"Janji?"
"Janji." Kamu menautkan kelingkingmu dengan kelingking Tamaki yang lebih besar. Kamu menatap punggungnya yang berjalan menjauh hingga suara berdengung di kepalamu.
"Dia takut."
***
Bel istirahat berbunyi, membuatmu menghela napas lelah. Rasanya ingin berteriak di tengah lapangan dan mengatakan kalau kamu cukup lelah. Yah itu kalau kamu mau menarik perhatian dan dipermalukan.
Istirahat tanpa sosok Tamaki ternyata membosankan. Tidak ada yang berteriak memanggil namamu dan menyeretmu ke kantin sekedar membeli satu Ousama Purin kesukaannya. Ah kamu mulai berpikir jika lebih baik kamu menjenguknya nanti sambil membawa satu kotak penuh Ousama Purin.
"Yah, semoga saja uangku cukup." Kamu bersandar di kursi dan terkekeh sebelum sebuah suara berdengung.
"Dia menunggumu di depan."
T-tunggu. Kamu menatap jendela, nihil. Jendela kelasmu menghadap ke lapangan, bukan gerbang sekolah. Tapi tunggu, yang dimaksud dengan menunggu di depan itu, menungu di depan sekolah? Apa anak itu gila? Flunya bisa bertambah parah, bodoh!
Kamu langsung berlari keluar kelas dan disepanjang koridor menuruni tangga, mengabaikan orang yang menyapa atau tatapan bingung mereka. Prioritasmu hanya satu, membawa pulang bocah nakal itu.
Nafasmu terdengar berat saat berhenti berlari tepat di depan gerbang. Dapat kamu lihat sosok dengan jaket yang sangat familiar dan syal biru yang kamu rapihkan tadi pagi. Sekilas, wajah pemuda itu terlihat pucat.
Pagar sekolah tidak tinggi dan dengan cepat kamu melompat keluar. Sosok itu terkejut dan sebelum menampakkan keterkejutannya, syal yang melingkar di lehernya ditarik olehmu, membuatnya sedikit menunduk.
"Kenapa kau disini?" tanyamu dengan nada kesal.
Tamaki menatapmu takut-takut dan menatap kea rah lain. "A-aku hanya ...."
Tidak ada jawaban yang pasti. Kamu menghela napas lelah dan menarik pemuda itu ke pelukanmu. Kamu memeluk lehernya sambil berjinjit dan berbisik dengan lembut, "Bodoh, jika ingin menungguku, tunggu saja di rumah. Jangan biarkan dirimu sakit begini, aku tidak menyukainya."
"Dia menyesal."
"Maafkan aku, (Name)-chan."
Kamu yang meninggalkan sekolah dan membolos, berjalan beriringan dengan Tamaki ke rumahnya. Digenggamnya tangan Tamaki erat olehmu, berusaha menyalurkan rasa hangat ke pemuda yang terlihat kedinginan itu.
"Padahal jika Tamaki menungguku di rumah dengan tenang, aku akan menjengukmu dan membawakanmu sekotak Ousama Purin," ucapku.
Wajah Tamaki terlihat cerah mendengar kata Ousama Purin, namun kata-katamu selanjutnya membuat wajah cerah itu kusut. "Sayang karena Tamaki nakal, aku tidak jadi membelikannya."
Kamu terkekeh dan menarik Tamaki ke konbini terdekat. Seorang Tamaki tanpa pudding sangat tidak lengkap seperti dirimu tanpanya, benar, 'kan?
***
regards
-an
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro