page 5 : Lovers
"(Name)-chan menyukai seseorang ya?"
Kamu tidak bisa fokus mendengarkan sensei mengajar di depan. Kepalamu bukan diisi dengan suara entah dari mana itu, tapi perkataan Tamaki yang terus terngiang-ngiang. Setelah mengatakan hal itu, Tamaki pergi dan meninggalkanmu sendirian. Ingin mengejar, entah mengapa kakimu tidak bisa diajak bekerja sama.
Diam-diam, kamu menatap ponsel yang menampilkan chat. Chatmu dengan yang lain tidak ada yang aneh, hanya ada satu hal yang janggal. Chatmu dengan ketua kelas tidak ada. Kamu ingat kalau masih menghubungi ketua kelas saat hari Kamis mengenai acara menonton.
"Dia cemburu."
Cemburu bagaimananya? Obrolanmu dengan ketua kelas hanya obrolan menonton film bersama dan obrolan tugas lainnya. Berbanding dengan Tamaki, 'kan? Dengannya kamu membahas banyak hal, bahkan hal kecil seperti pudding kesukaannya.
Ah, pemuda itu sukses membuatnya gila.
"Dia melihat ke arahmu."
Kamu diam dan melirik ke jendela. Seseorang dengan surai biru tengah mendongak dan menatap tepat ke jendelamu. Sapphire nya terlihat terluka saat menatapmu. Oke kamu menyerah.
***
"Hah ...." Kamu menghela napas. Bel istirahat sudah berbunyi. Biasanya aka nada suara menyatakan kalau Tamaki datang ke kelasnya atau mungkin anak itu yang ingin didatangi. Tapi kali ini tidak ada keduanya. Sekali lagi kamu menghela napas lelah.
"Kau semakin dekat dengan Yotsuba-san, ya?"
Kamu menoleh. "Ah, Ketua Kelas. Yah ... begitulah." Kamu menjawab sekadarnya dan terkekeh kecil. Ketua Kelas ikut terkekeh.
"Aku melihatmu terus melihat ke arah jendela. Kelas sebelah sedang olahraga, 'kan?" tanyanya lagi. Kamu terpergok dan hanya bisa memalingkan wajah ke jendela, malu.
"Yah, kutunggu kabar kalian selanjutnya. (Name)-san terlihat serasi saat dengan Yotsuba-san." Ucapan Ketua Kelas entah mengapa terdengar menyakitkan. Kamu mencoba tersenyum dan-
"Dia melihatmu."
Kamu tersentak. Lantas kamu memiringkan kepala demi melihat pintu kelas yang terhalang Ketua Kelas. Sapphire yang biasa memancarkan aura lembut dan ceria kini memandangmu dingin. Tatapannya begitu menusuk dan mampu mencekikmu.
Tamaki pergi meninggalkan kelas. "Ah-Tamaki!" Kamu berteriak. Tidak peduli dengan seisi kelas yang menatapmu dan mulai membicarakanmu. Kamu hanya mendorong Ketua Kelas ke samping dan fokus mengejar anak itu.
Astaga seorang pemuda bahkan bisa merajuk seperti ini! Ini merepotkan! Kamu terus berteriak dalam hati sambil mengejar Tamaki. Sumpah! Ia berlari terlalu cepat. Bahkan hingga kamu yang berkali-kali hampir jatuh, tidak mampu menggapainya.
Kamu kehilangan jejaknya.
"Dia membencimu."
Diam ...
Kamu berpegangan pada tembok dan turun tangga dengan napas sesak. Jika bukan karena keteguhan hatimu, mungkin kamu sudah terbaring dan digotong entah oleh siapa ke ruang kesehatan. Tapi kamu masih terus mencoba melangkah keluar bangunan sekolah.
Melihat sekeliling, tak dapat menemukan si surai biru. Kamu pergi ke arah kantin dan taman samping. "Ketemu ..."
Dapat kamu lihat, pemuda itu tengah memakan pudding favoritnya dengan wajah terlipat, kesal. Kamu tahu alasannya.
"Tamaki...." Kamu memanggilnya dengan lembut. Ia menoleh sebentar dan kembali fokus dengan pudingnya, berusaha mengabaikanmu.
"Ketua kelas bukan orang yang aku suka," ucapmu sambil duduk di sampingnya.
"Lalu?"
Kamu diam dan melanjutkan, "Aku menyukai orang lain."
"Dia makin membencimu."
Kamu menahan napas dan mencoba mengambil tindak selanjutnya. Kerongkonganmu terasa kering. Rasanya sulit sekali menegak air liur. Kamu nyaris tidak bisa mengatakannya, tapi ini demi si surai biru, kamu mengutarakannya. "Orang itu ... Tamaki sendiri."
***
regards
-an
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro