Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MAKAN TOKEK

Atas kelancangannya, Beruk dikurung di gudang. Tanpa diberi makan dan penerangan. Jendela gudang diteralis dan pintu digembong berlapis. "Renungkan kesalahanmu. Itu pun kalau kau punya otak. Dasar Beruk Siamang Anjing." Kutuk Bibi Hel. Waktu dimasukkan ke gudang, Beruk dilempar seperti sekarung sampah oleh Pak Sit. Kini Pak Sit kepala kirinya ditempeli perban tebal. Biar tidak tanggung, dia bebat juga kepalanya menyerupai sorban. Pak Sit pun menumbuhkan jenggot. Dia seperti tabib datang dari India.

Gara-gara kerusuhan itu, Pak Yu jadi lebih sering di panti. Ada kamar paling bagus di lantai dua, sebarisan dengan kamar anak-anak perempuan. Itu kamar Pak Yu. Jarang ditempati.

Anak panti menyaksikan Pak Yu mengomeli Pak Sit dan Bibi Hel. Gara-gara kerusuhan itu makin banyak donatur enggan menyumbang lagi. Kebisingan Bibi Hel yang memaki anak-anak tiap hari kedengaran orang tua murid. Mereka punya bukti Bibi Hel suka menghukum anak-anak di empang. Lalu Pak Sit, ini sudah jelas, akibat pertarungannya dengan pacar Atun, dia kena skors. Pak Yu tidak mau tahu, nama baik panti harus dipulihkan. Atau cari cara lain untuk memeroleh uang. Pak Sit punya usulan. "Bisnis tokek saja Pak."

Pak Sit menjelaskan betapa menguntungkannya bisnis tokek. Pak Sit memperlihatkan foto jenis tokek dengan harga puluhan juta. Dia menyanggupi untuk mencarikan. "Kebetulan, panti kita ini sarang tokek. Kita bisa mulai dengan jualan tokek yang biasa. Saya kenal penadahnya." Pak Yu mengijinkan.

"Pernah kau untung dari jualan tokek ini?" tanya Pak Yu.

"Pernah, kemarin waktu saya diskors, saya jual tokek yang harganya di tengah-tengah. Lumayan. Itu hasil saya berburu di kampung-kampung."

"Duitnya masih ada?"

Pak Sit tahu maksud Pak Yu.

"Setor duitnya ke saya. Itu sebagai ganti rugi atas keributan yang kau buat."

Pak Sit tak ada pilihan selain menurut.

"Dan kau, tidak usah masak lagi. Masakanmu seperti makanan basi." Gertak Pak Yu kepada Bibi Hel.

"Tapi bang, aku suka masak."

"Septik teng penuh gara-gara bocah-bocah keseringan berak gara-gara makananmu. Kau kerja bersih-bersih saja. Biar aku cari tukang masak yang bener. Pada gak beres semua. Cuma penjilat dan pengin duitnya doang." Pak Yu menggebrak meja kesal. Di hadapannya tergelar buku laporan keuangan yang bikin senewen tiap lembarnya.

Bibi Hel memang sudah tidak memaki anak-anak. Tapi kalau lagi kesal, dan itu setiap waktu, tangannya yang bermain. Kalau Pak Sit dia mengeksploitas anak laki-laki untuk mencari tokek di segala sudut gedung panti dan sekolah. Semenjak musim hujan tiba, tokek bermunculan di panti. Tiap beberapa jam sekali berbunyi nyaring, tokek tokek!

"Muka udin kayak...."

Tokek!

Muka Udin masih jelek akibat dihajar Bibi Hel. Memarnya tidak sembuh-sembuh. Itu memberi Pak Sit ide. Waktu diskors dia lebih sering berkelana di dunia maya. Dia menemukan situs penggalangan dana. Udin yang mukanya bengep ini bisa dijadikan lahan mengemis iba. Selagi anak-anak lain berburu tokek, Udin diseret Pak Sit dan mereka pun membuat video menyedihkan. Pak Sit mengarang cerita tentang bengep yang dialami Udin. Pak Sit lalu mendaftar di situs itu dan berhasil. Pak Yu bakalan senang. Biasanya kalau makin menyedihkan, duit yang digalang makin banyak. Pak Sit taksir, dia bakal dapat mendekati seratus juta. Kita lihat saja. Nanti kalau dapat segitu, Pak Sit akan memodifikasi tampilan laporan di situsnya. Dia mau ambil tiga puluh persen buat kantong pribadi. Udin? Kasih permen saja.

Bibi Hel mendengki. Tukang masak baru sudah datang dan dia mendapati kamar di samping Pak Yu. Yang juga lebih bagus. Jauh lebih bagus dari kamar Bibi Hel. Tukang masak itu namanya Mbak Dok. "Nama lu Dokar apa gimana?"

"Nama saya Sindok, Bu."

"Idih, panggil-panggil saya Bu, emangnya Ibumu?"

"Terus saya manggil sampean apa?"

"Kanjeng Ratu."

Anak-anak perempuan panti yang mencuri dengar percakapan itu cekikikan. "Kanjembut." Bisik mereka. Haha.

Masakan Mbak Dok jauh lebih enak dan manusiawi. Dia memastikan tiap harinya anak-anak mendapatkan gizi yang cukup. Itu penting karena Pak Yu minta secara khusus agar anak-anak kelihatan sehat. Kalau kurus kering, jadi pertanyaan para donatur. Uang operasional anak-anak dipakai untuk apa? Selain itu Mbak Dok sudah tahu kalau bakalan diganggu oleh Bibi Hel, yang notabene adalah adik kandung Pak Yu. "Dia orangnya dengkian. Jadi bersabarlah. Saya juga bingung mau nendang dia bagaimana. Bawa-bawa almarhumah ibu terus soalnya."

Jadinya Mbak Dok waspada setiap saat. Dia tahu Bibi Hel sering menuang bumbu nyeleneh ke masakannya. Tapi dengan jeli dan pandainya, Mbak Dok bisa memutar balik itu semua. Sehingga Bibi Hel tidak pernah mendapat kepuasan atas tindakan curangnya itu.

Beruk yang dikurung, seolah terlupakan. Pak Yu dan Pak Sit lupa kalau anak panti ada yang namanya Beruk. Mereka baru sadar ketika orang sekolah menanyakan, Beruk kok sudah tidak datang ke sekolah lagi. Sebelum hal itu, Beruk bertahan diri dengan memakan cicak dan kecoa yang berkeliaran di gudang. Sesekali makan curut. Di hari pertama ia dikurung dalam gudang, Beruk sering mendengar bunyi tokek. Tapi masih sulit untuk menemukan keberadaan mereka. Semingguan, Beruk memakan lebih banyak cicak supaya bisa merayap di dinding.

Beruk berhasil menangkap satu dan langsung mengunyahnya dari kepala hidup-hidup. Berasa keras. Tapi rahang Beruk lebih kuat. Di buku yang pernah dibacanya, tokek punya rahang yang kuat sekali. Kalau kau kegigit, bakalan susah untuk melepaskan cengkeraman rahang tokek. Memakan tokek, memberi kekuatan baru bagi Beruk.

Dan itulah sebabnya, anak-anak suruhan Pak Sit tidak kunjung menemukan tokek. Karena tokek paling banyak ada di gudang, dan semuanya sudah dimakan Beruk.

Tokek... tokek.... itu adalah bunyinya Beruk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro