
JARI PUTUS
Pak Yu sibuk mencari donatur baru. Pak Sit sibuk mencari tokek dan mengumpulkan donasi daring dari video yang dibuatnya bersama Udin. Ternyata tidak mencapai target yang dibayangkannya di awal. Dia cuma dapat lima puluh juta. Empat puluh juta dia serahkan ke Pak Yu. Sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh ribu dia kantongi, sisanya dia kasih ke Udin. Tapi itu dianggap Pak Yu sebagai berhasil. Pak Yu minta Pak Sit bikin penggalangan dana daring lagi. Bisa memanfaatkan anak-anak lain. Ada anak panti perempuan namanya Ainun, bibirnya sumbing sejak lahir. Dia buatlah video itu dan menjaring lebih banyak uang daripada Udin. Upah yang didapat Ainun lebih banyak. Dan dia dibaik-baiki oleh Pak Yu dan Pak Sit. Diajak ke mol dan dibelikan macam-macam barang.
"Hehe aku bukan Para Setan Mol lagi dong." Kata Ainun berbangga diri.
Teman-temannya memanfaatkan fasilitas berlebih yang diberi ke Ainun. Jadi setiap minggu Ainun minta diajak ke mol. Beli ini itu berdasar rekues dari teman-temannya. Ainun memang anak baik. Dia tidak lupa teman-temannya.
Segala fasilitas yang diterima Ainun membuat Bibi Hel dengki bukan main. Diam-diam dia membuat Ainun menderita. Setiap malam, sebelum anak-anak tidur dan setelah belajar bersama, Ainun dipanggil ke kamarnya. Ainun diperas oleh Bibi Hel. Barang-barang yang dibelikan untuknya diserahkan semua ke Bibi Hel. Dan setiap malam di bawah ketiak dan puting Ainun selalu memar biru. Dicubit dan dipelintir oleh Bibi Hel. Ainun tidak berani cerita kepada teman-temannya karena dia diancam. Ainun akan menangis di balik selimut setelah semua temannya terlelap.
Suatu malam Ainun sudah tak kuat. Keluar dari kamar Bibi Hel dia menuju ke gudang. Dia berpapasan dengan Jeki yang katanya dipanggil Pak Yu ke kantor sekaligus kamarnya. Ainun lari begitu saja tak menggubris sapaan Jeki. Ainun menumpahkan tangisnya di gudang yang bau tahi bekas Beruk. Dia nangis sejadi-jadinya.
Ainun tidak tahu di langit-langit gudang sedang ada Beruk lagi merayap di dinding. Beruk tengah memanggil tokek dari segala penjuru kota. "Tokek! Tokek!" Beruk berbunyi. Ainun kaget tapi masih belum melihat keberadaan Beruk. Beruk penasaran dan memutuskan turun mendekati Ainun.
"Beruk?" Ainun kaget.
"Kamu kenapa, Nun?"
Merasa senasib sepenanggungan, Ainun cerita kepada Beruk. "Kenapa ada orang sejahat itu, Ruk?"
"Karena pasti ada yang lebih jahat. Entahlah, aku percaya setan tak sejahat itu. Dia lebih dari setan. Dan orang-orang seperti Helah Jembut berlomba-lomba dalam kejahatan."
"Aku ingin dia mati."
"Mati sepertinya hukuman yang terlalu menyenangkan. Lebih enak kalau dia ikut merasakan sakitnya kita. Berkalilipat kalau bisa."
"Bisakah?"
"Akan tiba waktunya, sebuah pembalasan." Beruk meyakini itu. Tentang bagaimana caranya ia tidak menjelaskan kepada Ainun. Ini sudah jadi agendanya. Beruk yang akan membalasnya.
Sejak pertemuan itu Beruk dan Ainun jadi dekat. Mereka sering bertemu di gudang dan Ainun menumpahkan segala kesedihannya. Ainun ini seangkatan dengan Jeki. Anak SMP. Lagi ABG. Setiap pertemuan itu mereka mengandai-andai siksaan apa yang cocok bagi balasan atas kejahatan Bibi Hel, Pak Yu dan Pak Sit. Hal itu juga jadi menambah ide eksekusi Beruk.
"Kalau saja kita kuat dan berani melakukan itu." Kata Ainun, di akhir setiap kali mereka mencetuskan ide. Ide-ide mereka memang keji, tapi untuk melakukannya Ainun tak bisa membayangkan dirinya berani.
"Mungkin tidak mesti kita yang melakukannya. Pembalasan itu akan terjadi. Entah akan disebabkan dan dilakukan oleh siapa. Tapi itu pasti akan terjadi." Kata Beruk yakin.
Suatu hari sekolah Jeki dan Ainun mengadakan kemah dan mesti ada pendamping orang dewasa. Awalnya Mbak Dok yang mengajukan diri tapi disingkirkan oleh Bibi Hel. Pak Yu tak bisa menolak permintaan adiknya. Maka Bibi Hel yang akan menemani anak-anak SMP.
"Yah ini mah di bus kita bakalan dicubitin mulu." Kata Udin.
"Nerakalah udah."
"Mana dua jam perjalanan lagi."
"Dua jam penuh siksaan."
"Tuh orang punya masalah apaan sih kita dicubitin mulu. Gua sumpahin jarinya putus baru tau rasa."
"AAMIIN!" Itu adalah aamiin terpanjang dan terkeras yang anak-anak panti pernah ucapkan.
Mbak Dok sebenarnya sudah menyiapkan bekal untuk masing-masing anak beserta camilan selama perjalanan. Dengar-dengar juga anak-anak akan dapat uang saku. Uang saku itu datangnya dari sisihan gaji Mbak Dok. Tapi semua perbekalan itu Bibi Hel yang ambil dan bawa. Sudah tak usah diharapkan lagi deh uang sakunya.
Mereka berangkat Jumat malam dari sekolah. Menuju ke bumi perkemahan di Bogor. Benar saja selama perjalanan mereka dikerjai terus oleh Bibi Hel. Entah itu dicubitlah, dijewerlah, dikeplaklah, pokoknya dibikin tidak nyaman. Sudah begitu sialnya mereka mendapatkan minibus yang isinya ya mereka sendiri. Tidak ada anak lain atau guru dari sekolah. Mereka curiga ini memang keinginannya Bibi Hel. Supaya dia bisa melampiaskan kekesalan terpendamnya selama di panti. Di bus Bibi Hel asyik saja memakan camilan yang mestinya ditujukan buat anak-anak. Bekal makanan juga dia yang habiskan. Anak-anak hanya bisa menelan ludah dan meringis sambil menangis.
"No camilan buat kalian. Tidur saja sana. Dasar gelandangan."
Anak-anak panti tidur dengan sakit hati.
Mereka tiba di bumi perkemahan. Dengan belagunya Bibi Hel menyuruh anak-anak membawa kopernya yang sebesar sound system masjid. Kemahnya padahal cuma semalam dua hari. "Ini isinya apaan sih?" Jeki menggerutu.
"Isinya dosa." Kata Udin.
Sementara anak-anak mendirikan tenda, Bibi Hel sok sekali berbaur dengan orangtua wali anak lain. Dia ketawa dan menyombongkan diri sebagai pembina panti yang tegas tapi baik hati. Anak-anak yang mendengar itu rasanya pengin muntah di tempat.
Setelah tenda selesai berdiri semua. Anak-anak sekolah berkumpul di api unggun. Guru-guru mulai mentaklimat acara perkemahan itu. Sampai api unggun padam, mereka bincang-bincang santai. Tapi bagi anak panti? Tak ada kata santai. Bibi Hel mengawasi mereka dengan mata tajam dan kejinya. Itu ancaman kalau mereka berani cerita yang tidak-tidak. Anak-anak jadi bingung. Mereka jadi tidak cerita apa-apa.
Lewat tengah malam peserta kemah dipersilakan tidur. Dari guru dan wali murid yang akan berjaga gantian. Bumi perkemahan mereka dekat dengan hutan yang rumornya masih ada hewan buas. Di tenda Jeki tidur dengan tidak tenang. Selain karena perut lapar juga karena pantatnya yang perih. Apalagi tadi di bus dia dipukul tepat di pantatnya yang perih. Sialan betul Bibi Hel.
Subuh nanti peserta kemah akan dikejutkan dengan suatu kejadian.
Berawal dari pertanyaan kenapa koper Bibi Hel begitu berat. Itu karena ada Beruk di dalamnya. Ia menyelinap masuk tanpa ketahuan. Ia bisa melipat tubuh dan tidak merasa sakit sama sekali. Ia pun bisa menghemat napas. Kondisi malam yang kelam pekat, membuatnya tak kelihatan dengan jelas ketika keluar dari koper itu. Bibi Hel sudah mendengkur sekeras mesin diesel.
Jeritannya di subuh menjelang sekencang jeritan puluhan mesin diesel. Semua peserta kemah berkumpul di tenda Bibi Hel. "Aaaaaaahhh jariku ke mana?" Dia menunjukkan tangannya yang berlumuran darah. Histeris pucat.
"Jari anda putus semua, Bu." Kata petugas medis perkemahan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro