
DIHAJAR SAMPAI JELEK PART 1
Panti itu sih katanya bernapaskan agama. Pak Yu tampil sebagai orang alim di depan para donatur. Ya kalau bisa dibilang, Pak Yu agaknya lebih lembut daripada Pak Sit. Pak Yu bosnya, tidak setiap hari ada di panti. Yang menjalankan harian adalah Pak Sit. Pak Yu yang nyari duit lebih. Lebih dari jualan jangkrik.
Pada praktiknya, panti itu berjalan suka-suka. Pak Sit tidak tampak sealim Pak Yu. Makanya kalau donatur datang, Pak Sit tidak banyak bicara. Pak Sit itu mantan gelandangan. Diajak kerja Pak Yu karena dia pernah menjegal copet dan mengembalikan dompet Pak Yu. Kejadiannya di stasiun. Pak Yu langsung menawarkan pekerjaan. Dia butuh pengawal. Juga penjaring anak-anak yatim untuk dihunikan di panti. Semua anak panti adalah hasil perburuan Pak Sit. Mereka hanya formalitas. Supaya panti ada isinya.
Bicara tentang agama, Atun mencoba mengajari Beruk beragama. Setiap sore dia ajari Beruk mengaji. Oh, terlebih dahulu Beruk diajari membaca. Sejak makan jangkrik, otak Beruk mengalami kemajuan pesat. Ia cepat dalam belajar baca, menulis dan berhitung. Atun sampai terkagum. "Aku tahu kau anak jenius." Ya, seperti doa Ki Kadrun.
"Jenius. Jin kena bius." Beruk berkelakar.
"Hei, siapa yang ajari kamu begitu?" tapi Atun ketawa juga.
"Gak ada. Cuma nyambung-nyambungin aja. Kali aja kedengaran cocok."
Satu yang susah diajarkan ke Beruk, salat. Beruk tidak kunjung hapal gerakan salat.
"Kok kamu gak hapal-hapal ya? Padahal gampang. Ada gambarnya juga kan. Kamu gak pura-pura gak hapal-hapal kan, Beruk?"
"Gak kak, kan aku jujur."
"Hmmm, kenapa ya?"
"Mungkin ini bukan agama yang cocok buatku Kak."
Atun mengernyit sekeras-kerasnya. "Kok, bisa bilang begitu?"
"Kalau cocok, jalannya gampang Kak."
Atun geleng-geleng dengan jawaban ajaib Beruk.
Beruk kini sudah naik tingkat, ia tak hanya makan serangga. Ia sudah mulai makan cicak. Karena itu ia bisa merayap di dinding. Sembari merayap di dinding ia menyanyikan lagu cicak cicak di dinding. Semakin dinyanyikan, semakin ia menghayati merayap di dinding. Lidahnya bisa menjulur cepat menangkap nyamuk. Beruk merayap di dinding malam-malam. Ia mengamati anak-anak panti yang sudah terlelap. Paling sering ia merayap di dinding luar kamar Atun. Sering ia memergoki Atun tengah malam keluar kamar dan menuju kantor Pak Sit. Beruk menyaksikan tangan Pak Sit menggerayangi tubuh Atun. Tanpa sadar Beruk berdecak seperti cicak.
Beruk geram ketika Pak Sit menampar Atun karena tidak mau digerayangi lebih dalam. Tangan Pak Sit mau menyelinap masuk ke balik baju. Atun menepis, tapi langsung kena gampar. Beruk berdecak lebih cepat. Beruk kembal ke kamar dan membangunkan Jeki. "Pak Sit beraksi."
Jeki tahu maksudnya. Dia segera menyelinap keluar menuju kantor. Jendela kantor ada celah yang tak kena lapis stiker buram. "Anjing anjing anjing, bener bener ni orang yak ternyata." Bisik Jeki.
"Dia ternyata anjing?" tanya Beruk.
"Lebih dari anjing ini mah."
"Itu lagi ngapain sik?"
"Itu dia lagi grepe-grepe. Manfaatin jabatan yak ni orang. Pantes gak ada cowok gede di panti cowok. Biar dia seenaknya grepe Atun."
Beruk lebih memikirkan Atun yang digampar. Sekarang dari intipan jendela, Atun dilucuti pakaiannya.
"Anjing, kak Atun mau diperkosa." Jeki berbisik, mengutuk, tapi menikmati saja tontonan. Jeki meraba selangkangan Beruk. "Lu napa gak ngaceng?"
"Kita diem aja?"
"Emang mau ngapain? Gua pengin nonton doang. Kali aja ntar bisa gua jadiin kartu as buat meres Pak Sit. Sayang gua gak punya kamera."
Di dalam kantor, Pak Sit berhenti, matanya membelalak, dia mendengar suara Jeki berbisik. Jeki dan Beruk tak sempat kabur, Pak Sit membuka pintu dan menangkap mereka berdua. Atun saat itu sudah disuruh balik ke kamar. Dia berlari sambil menangis.
"Ngapain kalian berdua, kampret!" Jeki dan Beruk diseret dengan cara dijambak. "Ngintip kalian?"
"Gak sengaja lewat Pak!" Jeki meringis kesakitan.
"Halah, ngintip kalian. Mau memeras saya ya? Oh tidak bisa. Rasakan ini dulu."
Muka Jeki diinjak oleh Pak Sit. Beruk berusaha menyingkirkan kaki Pak Sit, tapi kena bogem mentah. Telak di mata. Sisa malam itu Beruk dan Jeki jadi bulan-bulanan Pak Sit. Mereka disiksa dengan segala macam benda di kantor. Alat tulis kantor. Jidat Jeki distaples sampai habis sekotak. Jepret cabut jepret cabut. Jeki dan Beruk diikat tangannya. Beruk yang kesakitan, berbunyi jangkrik dan cicak bergantian.
"Ampun Pak, ampun." Melas Jeki. "Janji gak akan bilang siapa-siapa."
"Janjimu palsu. Siksaanku nyata."
Subuh-subuh mereka dilepaskan. Sebelumnya luka-luka di tubuh mereka diolesi dengan salep zambuk banyak-banyak. Rasanya Beruk ingin menggigit tangan Pak Sit. Tapi takutnya ia nanti berubah jadi Pak Sit. Jahat dan culas.
Jeki menangis sesenggukan dan berdiam di kamar ditemani Beruk. Beruk kesakitan, tapi tidak sampai menangis. "Ya Allah... ada yak orang sejahat itu."
"Kita laporin Pak Yu?"
Jeki geleng-geleng. "Sama aja tuh orang. Gak ada yang bener di yayasan ini. Duit doang di mata mereka. Duit hak kita gak dibagiin. Ditilep semua. Yang mau kerja di ternak jangkrik doang yang dikasih duit."
Beruk mengepal tangannya. Memar di sekujur tubuh ia rasakan saja. Ada cicak merayap di dinding, Beruk menangkap dan melahapnya. Mukanya terasa panas. Pipinya bengkak, bibirnya robek berdarah dan jontor. Kondisi Jeki pun sama saja. Tapi Jeki ketawa ketika melihat muka Beruk. Sebelumnya matanya saking bengkaknya, tidak bisa melek. "Muka lu makin jelek, sumpah."
"Gak ada orang jelek, Jek. Yang jelek tuh yang busuk hatinya."
"Pak Sit banget."
"Pak Sit banget."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro