Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ketika Cita-citamu Tak Sesuai Takdirmu (Ep 2)

     Malam ini benderang bulan sabit. Tidak masuk akal. Bagaimana bulan sabit bisa seterang ini? Entahlah. Aku hanya tau, aku sedang berada di bawah sinar bulan itu.

      Sepertinya aku harus menjelaskan sedikit tentang latar malam ini. Malam ini sedikit berawan tipis dengan cahaya bulang sabit yang terang. Jangan katakan tidak masuk akal! Aku pun masih belum paham mengapa bulan sabit bisa terang. Bukankah bulan sabit selalu identik dengan kegelapan malam.

     Angin berarak tipis, menyentuh garis-garis kehidupan malam di taman ini. Bunga2 yang kuncup dan dedaunan yang tidur menjadi pemandangan biasa saja. Tiada istimewah. Beberapa pohon mangga dan pohon lainnya. Serta lampu taman berbentuk bulat dengan tiang berwarna biru tua. Beberapa sudut taman terdapat muda mudi bergandengan tangan. Apa mereka hendak menyebrang jalan? Aneh-aneh saja mereka. Sedikit anak kecil dan tawa riang juga meramaikan taman ini. Di antara tawa riang, terdengar suara tangis anak kecil yang mungkin kebelet pipis.

        Di taman ini aku berada. Aku terbang dengan nyala hijau di ekorku. Aku sedang dalam wujud kunang-kunang.  Aku pikir itu indah. Cukup indah untuk menarik perhatian seorang bocah laki-laki yang sedari tadi berusaha menangkap diriku. Dia mengejarku dengan tawa riang seolah dia tak sadar bahwa dunia ini adalah tempat ujian. Bocah itu cukup gesit, cukup membuat sayapku kebas menahan lelah kabur darinya. Aku lelah dan bocah itu tetap mengejarku juga. Padahal aku sudah menyelip di antara daun dan bunga yang kuncup. Masih saja dia dapat menemukanku.
 
     Sudahlah aku menyerah. Biar aku ditangkap bocah nakal itu. Dia menangkapku dan memasukkanku ke dalam botol kaca berwarna bening. Mungkin dia ingin memanfaatkanku menjadi lentera. Apa dia belum sadar kalau nyalaku tidak lebih terang dengan cahaya ponsel jaman sekarang? Sudahlah.... dia cuma bocah kecil.

     Sebenarnya ada banyak hal menarik di taman ini. Penjual sosis, permen, dan es lilin. Mengapa bocah itu lebih tertarik padaku? Mungkin karena pesonaku. Aku sedikit menyesal berwujud kunang-kunang dan menarik perhatiannya. Aku pikir harusnya tadi aku berwujud kalajengking. Barang kali bocah itu tidak akan menangkapku. Tapi langsung membunuhku dengan mengadu tubuhku dengan batu.

    Kini bocah kecil itu berlari sambil memeluk diriku di dalam botol. Pipinya begitu bersemu dan gembul. Badanya pendek dan gemuk. Kulitnya bersih berwarna sedikit coklat. Rambutnya hitam dan ikal. Mungkin lima atau enam tahun usianya. Lucu sekali. Tapi dialah yang menangkapku dan memenjarakanku dalam botol kaca.

     Bocah itu berlari menuju seorang perempuan cantik berkerudung merah jambu yang duduk di bawah lampu taman. Wajahnya berbentuk bulan dan bergincu merah jambu tipis. Alisnya terbentuk rapi dan indah. Dia adalah ibu dari bocah itu.

"Bunda-bunda. Kakak dapat satu."

"Wah...kakak hebat. Pinter anak bunda."

"Indahkan bunda?"

"Indah. Tapi lebih indah anak bunda."

Anak itu tertawa senang di puji ibunya.

"Kalau gitu kakak mau cari lagi. Itu hadiah buat bunda saja ya...."

     Bocah itu meninggalkanku bersama perempuan yang dia sebut bunda. Aku sudah berpindah tangan. Perempuan cantik itu kini jadi pemilik botol yang mengukungku. Dia menatapku dengan tatapan takjub. Matanya melebar dan senyumnya merekah. Apa dia mengagumiku?

"Hi Si Aneh kamu tak mengenaliku?" Dia memanggilku.

"Tentu aku mengenalmu. Si gadis yang patah hati karena gagal jadi penyanyi."

     Kamu tertawa. Sungguh kini kamu menjadi lebih cantik. Matamu tak lagi berkacamata, tidak terlalu gemuk, dan tak lagi berjerawat. Tungguh! Kamu tidak oprasi plastikan?

"Bagaimana kamu mengenaliku?  Aku tidak dalam wujud capung." Kataku.

"Emmm. Entahlah. Aku hanya tau kalau itu kamu."  Ujarmu polos.

"Ok aku paham. Karena kamu menamaiku jadi kita terikat. Nama adalah mantra pengikat. Ok ok... Ini adalah pertemuan ke dua kita. Berarti ini adalah masa paling bahagia dalam hidupmu?" Tanyaku antusias.

     Kamu hanya mengangguk penuh senyum. Aku senang. Wajahmu kini juga lebih berirama dan teduh. Aku rasa inilah kamu yang sesungguhnya. Jiwamu kembali bercahaya.

"Karena ini pertemuan ke dua antara aku dan dirimu. Bisakah kamu menceritakan kisah hidupmu? Apa yang terjadi setelah kepergianku itu?"

"Tentu saja. Aku sudah lama menunggumu. Aku berhutang ucapan terimakasih padamu." Ucapmu dengan tulus.

BERSAMBUNG.......

Sabar ya kawan. Sebenarnya ini baru intro. Aku berusaha menunjukkan tokoh utama secara abstrak. Jadi kalian punya gambaran awal mengenai tokoh utama ini. Please vote ya...hhhhhh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro