Bab 8
Tubuh monster itu sangat besar, berwarna hitam, berlendir, dengan cakar yang panjang serta ranting - ranting pohon yang menempel hampir di seluruh tubuh.
ARGHHH!!!
Suaranya begitu mengerikkan, bulu kuduk Judith berdiri dan ia dapat merasakan udara yang semakin dingin. Mabuk yang tadi menguasainya terpaksa enyah tergantikan insting bertahan hidup.
Lampu ruangan mati, menyisakan gelap yang beradu dengan kilat petir yang tiba – tiba menyambar di luar, menghasilkan sinar yang tidak indah dilihat.
"Ba-bagaimana ini? Apa kita akan mati? Tidak kan? Kita tidak akan kenapa – napa kan?"
Louise mulau meracau sambil melihat sekeliling dengan kedua bola mata yang bergetar, melihat ke sana kemari. Camilla berdiri di samping Judith memegang lengan perempuan itu dengan erat. Mario berdiri di depan mereka, memasnag badan. Kevin berusaha untuk tidak muntah, bau busuk dari monster itu menusuk – nusuk hidungnya dengan kejam.
"SIAL! PERGI KAU!" teriak Alex dengan penuh amarah, melempar meja yang sudah terbelah ke arah makhluk itu.
Namun si Monster melahap meja itu dengan mudah. Ketika mulutnya terbuka, taring – taring berantakan namun tajam itu mengejek mereka yang ketakutan.
"LARI!" ucap Mario, menyadari bahwa mereka tidak mungkin menang melawan monster itu.
John yang paling pertama berlari, disusul dengan Kevin dan Lily, lalu Mario, Judith dan Camilla, Alex berlari di belakang. Langkah kaki mereka menuju ke pintu keluar.
"Si-sial!" umpat John ketika pintu itu tidak terbuka.
"Sekarang apa? Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati! Kita harus keluar!" ucap Louise
"Tenanglah bodoh!" ucap Alex kesal dengan perkataan Louise yang bercampur antara ketakutan dan kesedihan itu. Padahal mereka semua sedang ada di situasi yang sama, namun pemuda itu malah merengek seperti anak kecil.
"Atas! Kita pergi ke atas!" perintah Mario
Mereka berlari ke lantai kedua, Judith hampir tersandung anak tangga, namun Mario dengan sigap menangkap Judith dan menggendongnya, kalau saja mereka tidak sedang ketakutan Judith akan sangat suka sekali digendong ala bridal style ini.
Ketika Judith melihat ke belakang ia sudah tidak melihat monster itu lagi. Mereka berhenti berlari begitu tidak merasakan keberadaan monster itu lagi.
Lantai dua villa tidak seperti lantai pertama yang terlihat rapi dan layak huni, lantai kedua bagaian rumah yang sudah ditinggali oleh pemiliknya. Meski barang – barang yang ada di sini tidak rusak, barang – barang itu kini sudah dipeluk oleh debu yang tebal, serta tertutupi oleh kain – kain putih yang sudah kusam.
HAAAAARRGHHHHHH!!!
Suara monster itu menusuk telinga, beberapa barang yang terbuat dari kaca pecah dan hancur, termasuk jendela – jendela yang mereka lewati.
"Be-benar – benar se-seperti di dunia lain," komentar Camilla terbata, mengusap kedua lengannya
Judith membenarkan ucapan Camilla.
"Sekarang apa? Apa yang harus kita lakukan?" tanya Louise, "Monster itu masih di bawah kan? Bagaimana kalau dia naik ke lantai atas dan memakan kita?!"
"Tenanglah Louise, itu tidak akan terjadi," sahut Judith, menenangkan lelaki yang wajahnya kini dipenuhi oleh kerutan – kerutan jelek.
Mereka berdiri di lorong yang cukup besar dan panjanjang, berdiam di samping jendela, suara hujan yang turun serta petir yang datang berkali – kali seolah mengejek mereka yang tampak menyedihkan.
"Pertama – tama kita harus keluar dari sini, bukan ide bagus terjebak di dalam ruangan dimana ada monster bersembunyi," ucap Mario
Mario tampak tenang meski sebagian dari mereka semua sedang tidak baik – baik saja. Pemuda itu merangkul pacarnya, Judith.
"Lalu apa rencanamu? Monster itu sepertinya ada di lantai bawah," kata Alex dengan wajah yang kesal
"Bagaimana kalau kita kabur lewat jendela?" usul Judith, melirik jendela yang ada disampingnya dan Lily.
"John? Menurutmu lantai dua tinggi tidak?" tanya Mario menoleh pada John yang ada di hadapannya.
"Kurasa kalau langsung menyentuh tanah kita akan hancur, tapi... kalau ada penahan sebelum kita menyentuh tanah itu akan lebih aman." Kata John. Menunjuk pada jendela di depan mereka. Dari jendela itu mereka bisa melihat sebuah pohon, cabang dari pohon itu terlihat hampir menyentuh bibir jendela.
"Baiklah, ayo ke sana," kata Mario
Baru saja Judith ingin melangkah, seekor tikus dengan ukuran yang besar jatuh tepat di kepala Judith. Judith terkejut dan panik, karena tikus itu malah masuk ke dalam cela bajunya
"Ti-tikus!!!" teriak Camilla yang melihatnya.
Judith meraba – raba tubuhnya, langkah Judth pun tak seimbang dan ia tidak sengaja menabrak Lily yang ada di sampingnya, yang juga berlari.
PRANG!
"Lily!!!!"
"TIDAAAK!"
Itu terjadi begitu cepat, Lily yang terdorong malah terpeleset dan menabrak jendela, tubuhnya langsung terhempas keluar jendela. Camilla, Judith, dan Louise yang melihatnya berteriak. Mario dan Alex berusaha meraih Lily namun gadis itu jath terlalu cepat.
BRAK!
Tubuh Lily menghantam tanah.
"Lily!!!!" teriak Judith, ia merasa bersalah karena menyenggol Lily hingga gadis itu terjatuh. Mereka bertujuh melengik ke dinding, melihat kondisi Lily yang tidak baik – baik saja.
"Hei! Lily! Apa kau terluka?!" teriak Alex
"TI-TIDAK A-AKU BAIK BAIK SAJA!" sahut Lily melambai ke arah mereka
"Syukurlah..." gumam Judith, ia senang kalau Lily masih hidup, begitu sampai di bawah Judith akan menggendong Lily jika luka gadis itu sangat parah, sebagai wujud permintaan maaf.
Namun baru saja mereka merasa lega, sosok monster itu tiba – tiba saja ada di samping Lily. Mulut makhluk itu membuka lebar, memperlihatkan gigi taring yang panjang. Lily, dilahap dengan satu gigitan. Cairan berwarna merah langsung menyebar, kontras dengan warna si monster.
JEGLEERR!!!
Petir menyapa, lebih keras, lebih terang, hingga Judith dapat melihat dengan jelas kaki Lily yang masih menggantung di mulut monster.
Monster menelan lily, namun kakinya nampaknya masih tersangkut di sela – sela gigi, daging dengan tulang itu pun jatuh menyentuh tanah.
"TI-!!!"
Kevin membungkam mulut Louise yang akan berteriak, Camilla berteriak tanpa suara, mencengkaram baju belakang milik Mario yang ada di dekat gadis itu.
Mereka syok dan terkejut, menyadari bahwa turun ke bawah bukan solusi yang baik.
Judith merasakan perutnya yang kini mulai bergejolak dan ingin mengeluarkan apapun yang ada di dalam sekarang juga.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro