VS
VS : Reformasi Vs Revolusi, Mahasiswa Vs Polisi, Mahasiswa Vs Ormas, Amerika Vs Rusia dan China, Nato Vs Warsawa, Masyumi Vs PKI, Alient Vs Peredator, Zombie Vs Plant, Camcom Vs Marvel, Real Madrid Vs Barcelona, Bilbo Beggin Vs Smaugh.
Para mahasiswi yang marah perotes, perkelahiyan dalam sekala kecil berubah menjadi tauran, orang-orang sok jago yang mengacungkan cerurit tadi hampir jadi cendol dikeroyok para mahasiswi, "kena batunya kau Ceruritman!"
Para kordinator berusaha melerai baku hantam, kami akhirnya terpisah dan memilih jalan sendiri-sendiri, kami mahasiswi berjalan disebelah utara, sementara mereka memilih sisi jalan disebelah timur, kami meneriakan reformasi, mereka meneriakan revolusi, reformasi vs revolusi.
Seorang wartawan cantik dari televisi asing mengarahkan kameranya kearah para mahasiswi, seorang mahasiswi berabut panjang dan dicat pirang, dia juga menggunkan topi koboi dan kaca mata hitam. Dia berkata kearah kamera sambil memonyongkan bibirnya, "Kismis," Kismis = Kiss me.
Masa bodoh dengan kismis! Masa bodoh dengan kesusahan ini! Masa bodoh dengan bau kaus kaki di bulan Desember! Masa bodoh dengan musim kemarau ini! Masa bodoh dengan dedengkot IMF[1] masa bodoh denga polisi anti huru-hara! Masa bodoh dengan perengkingan akhir semester! Masa bodoh dengan para dosen! Masa bodoh dengan jalan aspal dan trotoar di Jakarta! Masa? Masa bodoh!
Kami akhirnya sampai di tujuan, setelah perjalanan panjang bagai kisah Frodo, Sam dan Gollum ke Mordor di novel Lord Of The Ring, gedung MPR terlihat seperti kue bolu kukus raksasa, perjuangan kami yang suci akhirnya dimulai.
Terlihat rombongan mahasiswi ada dimana-mana, mereka membawa banyak bendera dan sepanduk serta karton penuh tulisan orasi. Sepanduk-sepanduk mereka bentangkan, bendera-bendera dikibarkan, mereka mulai berorasi, bersyair, berpuisi, dan banyak lagu yang mereka nyanyikan, mereka bertakbir bersama para ormas pendukung yang mulai berdatangan, lalu kami menyatu bagai kopi dan susu disebuah cangkir keramik.
Para polisi berbaris di depan gedung MPR dan jumlah mereka sangat banyak, sambil tertawa mereka menyemprot kami dengan water canon, kami para mahasiswi lari kocar-kacir seperti kambing menghidari semprotan para polisi, kami mahasiswa tidak takut basah tapi takut jam tangan kami rusak, jam tangan sangat penting bagi mahasiswa, jam tangan membuat kami seksi, wuuuu!
Tapi ada juga mahasiswa yang begitu senang saat disemprot, "semprot terus pak, semprot terus, enyaaak!" Mahasiswa itu berdiri sambil merentangkan tanganya seperti tiang salib, atau mungkin dia merasa sedang suting film Titanic 1997, bagai Kate Winslet yang merentangkan tanganya sementara Leonardo Dicaprio berdiri dibelakangnya.
Seorang mahasiswi berjilbab memperlihatkan sebuah karton berwarna putih bertuliskan 'Kami Ingin Bebas!!!' Mungkin maksutnya ingin bebas memakai jilbab dan menjalankan syariat agama.
Kami ingin bebas! Kami ingin bebas berekfresi, bebas berpendapat, bebas berkarya, bebas berbicara dan bergaya ala barat, bebas menonton acara Smackdown, bebas tidak masuk kuliah, bebas dari perengkingan akhir semester, bebas menganggu kaum minoritas, bebas memukul tiang listrik dan panci di depan rumah mereka, tidak aku hanya bercanda, maaf. Kami ingin bebas dalam artian positip, kebebasan yang bertanggung jawab. Kami ingin bebas tanpa menyakiti siapapun, kami ingin bebas mencintaimu, kami cinta Indonesia, kami cinta nilai A, kami cinta makan geratis, kami cinta buku geratis, pergi haji geratis, naik bus geratis, coklat dan permen geratis, kuliah geratis, penelitian sains geratis, wc umum geratis yang harus bersih tentu saja.
Kita semua bebas menjadi diri sendiri. Semua orang tahu Indonesia adalah Negara besar, dan semua orang berhak bebas. Kita bebas memprotes dan merubah adat istiadat di tempat kaum mayoritas dengan alasan pemikiran modern. Kita bebas sok jago di tempat kaum minoritas seperti VOC. Nah begitulah cara minor dan mayor berkerja, sebuah sistem masyarakat yang memiliki watak keras kepala, juga suka buat ngaur.
Waktu Jakarta saat ini sudah masuk sholat magrib, kami sudah pulang ke rumah atau asrama masing-masing, namun masih banyak mahsiswa yang memilih bertahan dan berjuang seperti suku Indian. Para Indian melakukan perotes kepada koboi-koboi Amerika di dalam tenda-tenda mereka di tanah mereka sendiri, mereka mogok makan dan menjahit mulut mereka, kalau tidak sekarang kapan lagi melihat musim panas di Jakarta, walau petrus siap tembak kepala kami, ini semua demi demokrasi dan reformasi, ini semua demi dunia baru, demi Indonesia yang baru.
Aku terbangun dan jam sudah menujukan jam 05:30 pagi, acara tv masih menyiarkan qultum dan demo mahasiswi, pagi ini teman seasramaku Husain masih tidur, katanya dia masih lelah karena mengerjakan tugas sekripsi, omong kosong! Padahal saat kami pulang demo dia langsung main nitendo game Sonic. Jam 7 berangkat ke kampus. Hari ini sama seperti hari lainnya, selalu datang ke kampus setelah sarapan mie telor, semua mahasiswa sudah muak dengan mie dan telor, kami ingin makan daging, asparagus, dan kentang seperti di Amerika, hal ini sudah aku adukan pada ayahku, namun ayahku malah marah dan berkata, "Anak durhaka!"
Jam 08:00 pagi kami masuk kuliah kelas kalkulus tarapan, dosenya adalah wanita muda yang sangat manis, dengan jilbab yang selalu berwarna manis, wajahnya bersih dan matanya cerah bening, kami fokus pada sang dosen tidak pada pelajarannya, semua mahasiswa sepakat akan menghemat uang bulanan untuk dikumpulkan sebagai biyaya melamar sang dosen bila salah satu dari kami lulus nanti. Sumpah kami benci kalkulus tapi kami sudah terlanjur jatuh cinta dengan dosen kami, kami tidak mau bolos atau telat dalam mata kuliah kalkulus tarapan ini, meski kami terlambat demo didepan gedung MPR hari ini.
Kami cinta Indonesia, kami cinta nilai A, kami cinta dosen kalkulus.
[1]IMF (Internasional Monetary Fund) adalah salah satu oraganisasi PBB yang bertujuan memajukan kerja sama di bidang ekonomi, keuangan dan perdagangan sehingga memperluas kesempatan kerja. IMF dinilai sebagai biang kerok krisis yang terus menerut terjadi di Indonesia tahun 1997 dan 1998, utang Indonesia pada IMF berjumlah Rp.117 Triluin, namun tahun 2007 utang Indonesia sudah lunas. Hasta la vista IMF.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro