Serigala
Ini sudah bulan Desember mendekati akhir tahun, dan di bulan Desember semua kaus kaki Mahasiswa sangatlah bau. Di bulan Desember ini kami juga mulai memasuki ujian akhir semester, "Auuu!" para Mahasiswa melolong bagai serigala jejadian, kami semua melolong saat keluar ruang ujian, "Auuu!"
Aku melihat Nana adik kelasku, dalam beberapa mata kuliah kami sering satu kelas . Nana adalah cewek tomboy, rambutnya pendek seperti laki-laki, memakai baju kaos dan jas, Nana bahkan menyebut dirinya Neji-kun, aku sering salah sebut menjadi NAZI-kun. Aku melihat Neji-kun berjalan di luar ruangan sambil menenteng tamagochi dan minuman teh kotak, aku bisa melihatnya dari dalam ruang ujian, aku melihat dia berlalu dengan jelas karena kursiku berada di barisan paling depan.
Namun saat pengawas ujian asik berbicara dengan salah satu mahasiswi di dekat jendela kepala Neji-kun tiba-tiba muncul didepan pintu, dia mengintip dan bersiul memberi tanda padaku, "Apa?" tanyaku sambil mengangkat alis.
Dia tertawa kecil dan melolong "Auuu!" lalu dia kabur, dasar cewek serigala!
Dengan penuh perjuangan kami akhirnya keluar dari ruang ujian, "Auuu!" Kami semua melolong. Aku melihat wajah Adit tersenyum puas, sementara aku tidak henti-hetinya memanjatkan doa, aku tidak yakin dengan 98% jawabnku, aku asal jawab saja. Adit teman seasramaku juga sahabat terdekatku, Adit si bocah soviet, dia memiliki pandangan yang bagus tentang Uni Soviet dan Josep Stalin. Dulu aku mengira namanya adalah D.N Adit ternyata namanya Aditya Saputra. Adit sama dengan Husain mereka adalah kakak kelasku, walau aku lebih muda, namun bila berjalan dengan Adit, aku sering merasa minder, wajah Adit yang lebih ganteng dan terlihat masih muda seperti anak SMA, karena itu banyak mahasiswi pengemar komik dan novel jatuh cinta padanya, tapi dia agak dingin dengan para wanita, sedingin perang dingin 1947.
Adit juga seorang idealis, dan kami punya kesamaan, sama-sama percaya Tuhan, Adit juga sangat terbuka soal wanita, tidak seperti aku, Julius dan Husain, kami bertiga sangat rasis, apa lagi menyakut masalah gender, dalam pandangan kami yang kacau, kami melihat wanita itu sangat abstrak, utopian, dan opertunis, entah mengapa kami berpikir seiring zaman mereka malah menjadi malas dan keras kepala, tapi semua itu lupakan saja, seperti tulisan-tulisan ini, semua lupakan saja.
Kami berdua berjalan melalui Neji-kun yang duduk disebuah kursi panjang didepan ruang teori, "Auuu!" Neji-kun melolong kearah kami, Adit dan aku terkejut. Adit melihat Neji-kun tersenyum-senyum dan mukanya memerah, aku merasakan didalam senyuman Adit ada sesuatu yang tidak beres, ada bau-bau lope-lope.
"Werewolf Prusia," bisikku pada Adi.
Adit membalas bisikanku, "Tapi dia manis," What?! Kau sudah punya Lia, Dit.
Setelah pulang ujian kami berkumpul di asrama, Husain ternyata banyak sekali menyewa komik, Adit, Edo, dan aku langsung berebut seperti kalkun berebut dedak, "Glok glok glok," ada komik Nube, Komang, P-Man, Ninja Hatori dan Kapten Kids, aku langusng menyambar komik Ninja Hatori.
"Ninja Gozaru pembela kebenaran dan keadilan... Mendaki gunung melewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman berpetualang..." Aku menyanyikan lagu wajib Ninja Hatori sebelum membaca komiknya, tapi aku lupa lirik lengkapnya, apa lagunya sudah benar?
Adit mendekatiku, dia duduk disebelahku dan menayakan sesuatu, "Bagaimana menurutmu Nana? Dia manis kan?"
"Jangan dia Dit, banyak cewek feminim dan normal bertebaran, Neji-kun itu cewek tomboy, para cewek tomboy itu perwujutan fasisme dari sisi paling gelap," Aku hanya bercanda, kami semua tertawa, kecuali Adit, dia tidak senang dengan leluconku, ini jadi serius.
"Ini masalahnya yang perlu kita pahami, wanita itu sangat terikat dengan aturan moralitas, agama dan budaya. Ruang gerak mereka sempit, mereka kesulitan mengekpriskan diri, apalagi patriaki dan kapitalisme selalu menekan dan tidak adil terhadap mereka... Fasisme, kautidak serius kan? Pemahamanmu serampangan kawan," kata Adit padaku dengan tatapan tajam dan raut wajah yang masam, semasam limau masam.
"Apa aku salah?" Maksutku apa aku salah bicara.
"Tentu saja kausalah, masa kautidak sadar."
Jawaban Adit benar-benar ketus, jadi aku langusng memandang Husain dan mengirim sinyal berupa kedipan mata, seperti sedang mengoprasikan mesin telegram, beberapa kali mataku dikedipkan sebagai kode pengirim pesan, pesanku pada Husain : Lapor komandan Husain kedip, aku kewalahan melawan Adit kedip, tolong kirimkan bantuan kedip, ganti kedip."
Husain langsung merespon kode yang aku kirim, dia juga mengedipkan mata seperti mengetik mesin telegram, pesan Husain : Copy raight kolonel kedip, tenang kedip, jangan panik kedip, Amerika dan Nato bersama kitat kedip, si bocah kiri ini akan kita gulingkan kedip."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro