Senyuman
"Saat patah hati adalah momen yang tepat untuk mendengarkan lagu sedih dan makan banyak-banyak."
Kami masih di dapur dan aku masih syok, kepalaku benar-benar pusing dan masih terbaring lemas di lantai dapur dengan wajah tertutup undangan pernikahan Dewi. Mengapa Dewi harus menikah sekarang? Mengapa tidak menungguku selesai kuliah dan pulang ke daerah? Cinta memang tidak punya belas kasihan untuk orang sudah kalah. Beginilah bukti ungkapan sudah jatuh tertimpa buah kelapa dan pohonya, sudah berpisah dengan Dewi dan patah hati malah dapat surat undangan pernikahannya, "Hu'uh, ini tidak adil."
Husain masih berdiri di pintu dapur dengan handuk di kepala seperti orang Arab gurun, dia juga masih belum mau mandi, dari tadi hanya memegang gayung dan sikat gigi, tapi masih saja belum mau mandi. Adit beberapa kali membetulkan letak kaca matanya, dia terus mengamati undangan pernikahan Dewi, mungkin dia merasa undangan itu adalah produk asing atau sebuah konspirasi zionisme. Edo masih tertidur dan tersadar di dinding sambil makan mie. Andre diam-diam kami pergoki mengorek-ngorek hidungnya dan mengoleskan upil yang dia dapat ke dinding dapur.
"Dre! Jangan, bodoh kau!" Husain menjerit saat Andre mengoleskan upil ke dinding.
Aku harus bisa menerima ini walau hatiku hancur, ini juga demi kebahagian wanita yang membuatku jatuh cinta, Dewi adalah jiwaku, sekarang jiwaku itu akan menjadi milik orang lain.
"Kita akan ke Surabaya, aku sudah memesan mobil, semua harus ikut, yang tidak mau ikut akan diangap penghiyanat dan anti barat!" Andre mengancam kami.
"Aku anti barat, tapi aku ikut," kata Adit.
"Adit suka dit," bisik Husain padaku yang sedang berbaring dengan mata bengkak, "Dia menghiyanati barat dan Amerika, kita habisi si dedengkot partai sayap kiri ini diperjalanan nanti."
Dasar Husain, perang dingin sudah berakhir dia masih saja memikirkan barat dan Amerika, aku tidak sudi terperangkap diperang dingin yang sudah lewat, aku non-blok, aku tidak mau ikut soviet atau barat, biarkan aku sendirian kawan, biarkan aku tumbuh dewasa.
"Kadonya?" Tanyaku, Dewi adalah wanita yang luar biasa, kado pernikahanya haruslah yang luar biasa.
"Tidak usah, kita kasih amplok saja," jawab Andre.
"Amplok?" Adit melihat Andre dengan bingung.
"Tapi ada isinya Dit," jawab Husain, "Duit."
"Isinya kacang hijau," celetuk Andre dan semua tertawa, kecuali aku.
Hari jumat jam 3 sore kami berangkat dengan mobil sewaan, Andre menyupir, aku, Husain, Adit, Edo, bahkan Julius si bocah pengemar revolusi Perancis juga ikut. Aku memiliki kelemahan, aku tidak tahan dengan perjalanan jauh, aku pasti mengantuk dan tertidur.
Dalam perjalanan kami mengobrol dan menyanyi tidak karuan, saat kami menyanyikan lagu Als De Orchideen Bloeien hatiku benar-benar hancur dan air mataku mengalir, kami kehabisan tisu. Dewi kau jahat! Kau playgirl! Aku benci denganmu, tapi aku mencintaimu. Namun tiba-tiba muncul wajah Neji-kun dipikiranku, aku hampir saja menjerit saat wajah jahat itu muncul, si Vampir jelek itu, suka marah-marah dan ngambek, dia bahkan melakukan itu pada sahabatnya, aku seharusnya mendorongnya, tapi aku malah membiarkan itu terjadi, kyaaah! Aku ternyata murahan!
Kami sampai di Surabaya pagi jam 11 lewat, saat kami sampai para undangan tidak terlalu banyak, kami semua berteriak-teriak, itu karena Andre yang memulai duluan, "Jayalah kaum libral dan Amerika! Yuhuuu!" teriaknya, dia sudah gila.
"Jayalah Indonesia," teriak Adit tidak mau kalah.
"Hidup revolusi Perancis!" Teriak Julius.
"Cukup," kata Husain, "Tunjukan rasa nasionalisme kalian, jangan seperti antek asing," alah si Husain, dia juga pasti ingin berteriak, tapi aku tahu dia lagi sakit gigi, jadi sepanjang jalan dia mengomel tidak karuan.
"Gigimu harus cepat di cabut," bisikku padanya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi kelihatanya tidak jadi karena sakit giginya tiba-tiba kumat, sakit gigi itu salahnya sendiri setelah makan suka langsung tidur.
Kami masuk ke area pesta pernikahan, Riki yang melihat kedatangan kami dari panggung pelaminan langsung menyambut kami, "Para antek barat, para Mahasiswa Amerika, datang juga kalian," katanya tidak sopan, Adit langusng cemberut, dia anti-barat, "Ayo foto dulu."
Andre menarik tanganku, "Kami mau makan dulu," katanya sambil menepuk perut, kami semua benar-benar malu, Andre sialan! Akan kami kencingi mobil sewaannya agar dia kena omel.
Kami mulai makan dengan lahap kecuali Husain, dari tadi dia hanya minum, sakit gigi dan cuaca panas di Surabaya membuatnya terus minum, dia minum banyak seperti ikan paus.
Setelah makan kami berfoto, namun saat sesi bersalaman Riki memelukku dan tersenyum, aku benci melihat senyumannya dan aku ingin sekali menembak kepalanya. Namun saat aku bersalaman dengan Dewi sifatnya sangat dingin, dia dengan cepat menarik tanganya dan tidak mau tersenyum bahkan dia membuang muka, rupanya wanita yang aku cintai sudah menjadi orang lain, aku menundukan kepala sejenak untuk mengheningkan cipta mengenang kenangan indah diriku denganya yang mati berceceran di sekitar pelaminan ini.
"Kapitalis!" Ejek Riki saat dia bersalaman dengan Andre dan Husain, "Dasar bandit-bandit peliharaan barat."
Setealah berfoto Andre meminta kami cepat pulang karena mobil yang kami pakai adalah sewaan. Di pernikahan Dewi aku terkejut saat melihat Neji-kun, sudah dua minggu setelah kejadian itu kami tidak pernah bicara lagi, aku melihatnya gugup saat melihatku, tentu saja kau gugup, malam itu apa yang kau lakukan denganku? Dasar vampir!
Kami berjalan pergi, aku berjalan tidak teratur karena masih patah hati, tiba-tiba sebuah kaki mengait kakiku, aku hampir jatuh, untung saja Julius menangkapku, "Hati-hati," kata Julius. Aku terkejut, kaki nakal siapa itu? Ya ampun, aku melihat Sasa, rupanya itu kakinya, dia sengaja mengait kakiku, aku melihat dia tersenyum, itu adalah senyuman Nyi Pelet.
Bukan hanya Sasa yang tersenyum, aku juga melihat Neji-kun tersenyum kearahku, ini hari pernikahan Dewi dan aku tidak bisa tersenyum, aku melihat ke arah pesta pernikahan Dewi sambil mengigit bibir. Cinta sudah mengkhianatiku, revolusi telah dikhiyanati secara nyata di depan hidungku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro