Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Malam

Yang dapat kita nikmati saat malam hari adalah angin dingin, bunyi jangkrik, nasi goreng, martabak, berita malam, ketenangan, cahaya lampu tidur yang temaram, suasana kota di malam hari, suara tiang listrik yang dipukul para peronda, suara orang berjalan kaki, bunyi mesin perahu, bunyi mobil yang lewat, dan saat bertemu seorang wanita di malam hari, di mana saat itu banyak sekali kunang-kunang, bisa dipastikan 8% sudah memasuki tahap romantisme, 97% masuk angin.

Besok hari minggu, jadi kami masih libur dan ada mall yang baru saja buka di seberang perkomplekan kami, hore! Indonesia banzai!

Husain dan Edo malam ini berencana akan kesana mencari pacar, Adit juga malam ini akan pergi kencan di mall baru itu dengan Lia, aku kira Adit sudah putus dengan Lia, itu karena aku melihat Adit sangat menyukai Neji-kun. Untung saja siang tadi aku tidak terlalu jauh mencomblangkan Adit dan Neji-kun, gara-gara hal ini aku merasa menjadi orang bodoh.

Malam tiba bersama bulan purnama bulat, teman-temanku di asrama sudah pergi ke mall setelah sholat isa. Di asarama kami tinggal berempat, aku, Adit, Edo dan Husain, padahal disini ada enam kamar. Pernah kudengar dulu disini adalah asrama putri dan di asarama ini juga pernah ada empat kasus Mahasiswi gantung diri, dua pelaku gantung diri bahkan dulu penghuni kamarku yang pertama dan yang kedua.

Penghuni kamar pertama gantung diri karena kesepian, penghuni kamar kedua gantung diri karena penyakit asma dan penyakit pikiran. Aku berharap bisa hidup lebih lama dalam keadaan sehat dan terhormat, aku berharap bisa hidup bersama keluarga dan para sahabatku, semoga tidak ada satupun orang yang kusayangi meningalkanku, di tingalkan seseorang yang disayangi kadang sakitnya tidak terkira, aku tidak ingin menderita dan sakit hati karena kehilangan, aku ingin hidup ini berarti, semoga hidupku bukan untuk menua.

Tapi dari semua yang aku jabarkan ada satu hal yang harus kukatakan lagi, pemilik asrama ini licik, dia bukan hanya menganti asrama putri menjadi asaram putra, si pemilik juga memberikan potongan harga diskon 20% selama dua bulan, kami terpikat oleh harga diskon dan kaget bukan kepalang saat mengetahui ada empat kasus gantung diri disini, yang jadi masalah adalah kami sudah membayar kontrak satu tahun untuk sewa asrama, dan uangnya tidak bisa digangu-gugat lagi.

Mereka akhirnya pergi dan aku tertinggal sendirian di asrama, malam ini dingin dan sunyi, bahkan gelap karena listrik mati di perkomplekan kami. Aku sudah membeli lilin kalau ada masalah mati listrik seperti ini, namun aku lupa di mana menaruhnya, batrai senterku juga mati, aku merasa bersalah pada diriku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk pergi menemui Neji-kun.

Aku berjalan ke arah dalam komplek, saat asik berjalan aku berpapasan dengan penghuni asrama putri, aku melihat Amel bergandengan tangan dengan Iwan pacar barunya. Aku sempat mengobrol dengan mereka, mereka berencana pergi ke mall dan mengajak aku ikut, tapi aku punya rencana lain. "Terimakasih, tapi aku harus pergi," kataku dengan sopan dan meninggalkan mereka.

Amel menjelaskan semua penghuni asarama putri pergi ke mall malam ini, kecuali Neji-kun, menurut Amel si Neji-kun tidak suka dengan mall.

Aku sampai ke asrama putri dan memangil Neji-kun dari luar, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan, mungkin dia ada di kamarnya sedang mendengar musik. Karena di depan asram ini ada pohon jambu biji, aku mengambil tiga buah jambu biji yang jatuh ketanah, satu buah jambu biji kulemparkan tepat ke jendela kamar Neji-kun, namun tetap tidak ada jawaban, lalu buah kedua dan ketiga, tetap tidak ada, mungkin Neji-kun gantung diri di dalam seperti dua orang penghuni lama di kamarku, atau dia kini teler akibat keracunan ekstrak es jeruk yang kami minum siang tadi, overdosis vitamin C.

Aku mengambil sebuah jambu biji besar dan targetku kini adalah pintu masuk asrama, aku membidik dan melemparnya, namun tiba-tiba pintu asara terbuka dan Neji-kun muncul, "Jangan bodoh!" bentaknya, "Kau tidak sabaran ya, aku tadi lagi mandi."

"Sibuk ya?" Tanyaku.

"Mau membawaku kencan ke mall ya?" Katanya sambil tersenyum, "Malas," Neji-kun menutup pintu.

"Bukan kesana, tapi ketempat lain."

Pintu asrama dibukanya kembali dan dia keluar, "Mau kemana? Ke asramamu ya? Boleh."

"Jangan kesana," cari mati si Neji-kun, aku sampai kaget, kalau ketahuan pak RT kami bisa digantung dihadapan penghulu, aku tidak sudi memiliki ikatan pada wanita lain, hatiku masih milik Dewi, hati pria non-blok hanya untuk wanita non-blok. "Ketempat lain, pokoknya ikut saja."

"Kalau pakai baju ini saja tidak apa-apakan?" Tanya Neji-kun yang hanya mengenakan baju piyama dan jaket kain berwarna hijau motof si anak kodok Keropi, aku menganguk dan kami pergi, tapi ini bukan kencan.

Kami berjalan kearah luar komplek, di perjalanan Neji-kun banyak diam sambil mengikutiku, dia sepertinya memikirkan sesuatu. Saat kami sudah keluar dari perkomplekan di sebrang kami terlihat mall baru yang begitu besar, penuh lampu dan manusia, area parkir penuh dengan mobil dan motor.

"Tuh kan sesak, aku tidak mau ketempat yang banyak orang seperti itu," kata Neji-kun, "Bagaimana kalau kelapangan bola, di sana tempatnya enak untuk mengobrol."

"Malam-malam begini di sana banyak nyamuk, gelap lagi, jangan," Malam-malam seperti ini kesana dan mati lampu, nanti kami dikira pasangan mesum.

Aku mengajak Neji-kun berjalan memasuki jalan kecil di samping sebuah gudang besar yang tidak terlalu jauh dari mall, jalan kecil itu mengarah kebelakang yang merupakan tempat permukiman padat penduduk. Saat kami masuk ke permukiman yang penuh jalan kecil banyak orang di sana. Terlihat orang bermain tromball, gaplek, remi, minum kopi diwarung, dan ada yang duduk di beranda rumah ditemani obat nyamuk bakar.

Neji-kun menarik tanganku dan berbisik, "Aku takut, kau tidak akan membawaku ke lokalisasikan." Aku merasa Neji-kun orangnya sangat paranoid, mungkin otaknya rusak karena ekstrat es jeruk siang tadi, mana mungkin aku membawa sahabatku pergi malam-malam hanya untuk mengunjungi lokalisasi. Memang di wilayah ini di dekat jalan besar disana ada tempat warung remang-remang yang sering dipakai pasangan mesum, Cuma bukan lokalisasi, hanya warung-warung kecil tempat para PSK mangkal, itu juga kata orang, aku belum tahu pasti.

"Jangan takut, aku tidak membawamu ketempat yang aneh-aneh kok," kataku meyakinkanya.

Sebuah tulisan dari pilok terlihat disebuah tembok, 'PERJUANGAN KELAS! MENUJU KEMAJUAN SOSIAL.' Aku jadi ingat saat beberapa mahasiswa mencoret sebuah tembok dengan tulisan, 'Giliran anda, Jendral!"

"Lihat," kataku pada Neji-kun sambil menujuk kearah sebuah pilok yang ditinggalkan berada tepat di sekitar tempat itu, lalu aku menambahkan kalimat di tembok itu dari semprotan pilok, 'PERJUANGAN KELAS! MENUJU KEMAJUAN SOSIAL DAN MASYARAKAT MADANI'.

Kalimat masyarakat madani aku pelajari di mata kuliah kewarga negaraan, menurut diskusi kelas masyarakat madani adalah masyarakat yang bermoral dan beradab, menjujung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan yang maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Aku ingat saat diskusi di kelas mata kuliah kewarga negaraan seseorang Mahasiswa menceletuk bahwa negeri ini begitu lucu dan konyol, lalu Adit yang menganggap dirinya adalah kaum revolusioner langsung naik pitam dan menyambar perkataan mahasiswa itu bagai api revolusi melahap tembakau di cerutu Kuba.

"Tidak ada yang lucu atau konyol di negeri ini, petani Indonesia adalah para pekerja keras, buruh-buruh di Indonesia sangat disiplin dan terampil, pelajar-pelajar dan mahasiswa kita adalah orang-orang cerdas, rakyat Indonesia adalah orang-orang keratif, produktif dan perestasi, hanya sebagaian kecil saja yang pemalas, pemarah, pengerutu dan korup, sebagian kecil lainya susah diatur, sebagian kecil lagi tidak berguna, bermuka dua, penjilat dan hidup seperti parasit, tapi lihat baik-baik, komunitas besar masyrakat di Indonesia adalah kaum keratif, produktif, dan perestasi."

"Kalau anda bersepekulasi seperti itu, apakah ada reperensi atau bukti yang memiliki acuan dasar yang kongkrit," Tanya Mahasiswa itu sok intelektual itu, dia mencoba meledek Adit.

Husain berbisik pada Julius dibelakangku, dan Julius berbisik ketelingaku yang duduk di depannya, "Mulai sekarang, segala kaum intelektual adalah musuh! Kita kerjai dia setelah pulang kuliah."

Aku melihat kearah Mahasiswa itu, aku tidak mengenalnya, mungkin dari semester bawah, aku kemudian melihat kearah belakang, Julius melotot dan aku baru sadar rambut Julius sudah panjang sebahu dengan kumis serta jengot menyerupai semak tanaman pandan, dasar Mapala dekil!

"Tenang, Adit akan membereskanya," kataku tersenyum sambil mengelus daguku, aku juga akan menumbuhkan jengot dan kumis seperti kaum revolusioner.

"Aku, kami, buktinya," jawab Adit, dia mengunakan kata 'aku' artinya dia menjadikan contoh dirinya sendiri, kalau boleh aku mengartikan Adit bermaksut menjadikan dirinya contoh bahwa Indonesia penuh orang terbaik, Adit selalu mendapat peringkat tiga besar di perengkingan akhir semester, dia juga BTLB (si bocah teladan luar biasa) yang sudah berkali-kali dapat beasiswa utama dan di tawari kuliah di Jepang juga Singapura setalah lulus nanti, jadi jangan coba-coba mengeritik buruk negara ini bila belum mampu bersaing diperingkat atas perengkingan semester dan mendapat beasiswa utama, aku merasa maksut Adit seperti itu. Kau boleh mengeritik siapa pun, bahkan pemerintah, tapi kauharus membuktikan siapa dirimu bila ingin mengeritik sebuah bangsa atau negara, menurutku hal yang dimaksut Adit malah sebuah kemunduran.

Sedangkan kata kami, bila aku artikan, dia ingin mengartikan orang-orang yang di dekatnya sebagai komunitas utama yang memiliki keungulan, dia kan peringkat tiga besar, jadi jangan berani mengkritik bila kaubukan siapa-siapa atau belum bisa masuk kedalam komunitas besar atau komunitas utama, itu menurut pemahamanku, kalau begini malah anti-kritik.

"Saya gagal paham," jawab Mahasiswa itu meledek lagi, tapi saat pulang kuliah kami mengikutinya, dia buang air besar di toilet, terdengar suara broot! Yang cukup nyaring. kami menutup saluran air dengan menyetel tuas keran toilet Mahasiswa di samping ruang teori, jadi selamat menikmati buang air besar tapa pasokan air, kejahilah ala pasukan sabotase Amerika-Indonesia-Rusia (kalahkan musuh tanpa perang, buat mereka tidak bias cebok, sabotase saluran air mereka).

Kembali di perjalanan, Neji-kun tiba-tiba menarik bajuku dan hal itu membuatku tersandar di dinding di dekat lampu penerang jalan. "Kamu harus berjanji bertanggung jawab bila ada apa-apa dengaku, aku menyesal ikut denganmu, kau bodoh membawaku kesini!" Neji-kun marah padaku, aku tahu kenapa dia marah, dia ketakutan, karena banyak orang bertato dan berwajah sangar di sekitar sini, di sini juga bau asap rokok dan oli pelumas dinamo, itu membuatnya tidak nyaman dan suka marah-marah.

"Maafkan aku, bila ada apa-apa aku akan bertanggung jawab," kami melanjutkan perjalanan, namun Neji-kun tiba-tiba berhenti lagi dan menarik tanganku, aku terkejut dan tidak sengaja kepalaku tersangkut kain sepanduk obat kumur, "Strepsil pertolongan pertama pada saat sakit tengorokan."

Neji-kun menekanku ditembok, aku tersandar lagi dan tidak bisa bergerak, "Aku benar-benar takut tahu! Kalau ada apa-apa jangan pernah meninggalkanku."

Setelah melewati sebuah belokan menuju waduk resapan air, kami sampai disebuah warung nasi goreng, kami masuk kedalam dan memesan dua porsi nasi goreng dan teh hangat. Tempat ini cukup luas namun sepi, menurut pemilik warung tempat ini akan ramai saat jam 10 sampai jam 12 malam, karena banyak buruh pabrik yang berkerja sip sore pulang malam saat jam itu, sedangkan saat ini baru jam 9 malam. Makanan datang dan kami langsung menyikatnya, kalau soal makanan aku tidak mau ada kompromi, jadi tanpa banyak cingcong aku dengan cepat menghabiskan makananku, Husain selalu mengomel melihatku yang sealu cepat-cepat makan, menurutnya itu tidak sopan dan sangat tidak Amerika, makan cepat-cepat memang mirip sekali seperti babi.

Piringku sudah kosong, aku sulit sekali meninggalkan kebiasaan makan cepat-cepat, itu gara-gara aku sering ikut peramuka, aku terpaksa cepat-cepat makan kalau tidak teman-temanku yang suka makan dengan rakus akan minta jatah makananku.

Aku melihat Neji-kun dengan cemas, nasi gorengnya masih banyak, dia makan begitu lambat seperti kukang, menyuap dengan perlahan, mengunyah pelan-pelan, gerakanya begitu lemah gemulai dan lambat, seperti terjadi kemacetan di syaraf motoriknya, rasanya aku ingin memencet kalson dan berkata, "Ayo cepat kawan! Kaumenggangu revolusi." Dari tadi dia hanya duduk dan makan dalam keadaan diam, "Setelah ini kita—"

"Setelah ini apa lagi!?" Tiba-tiba dia memotong perkataanku, dia terlihat marah dan menekan garpu dengan kuat sehingga terdengar sebuah bunyi benda ditekan, "Kaumau membawaku kemana lagi? Aku malam ini benar-benar kesal, kaubodoh!"

Aku tidak menjawabnya, jadi aku hanya tersenyum, darah Neji-kun pasti sudah naik ke kepalanya, aku melihat wajahnya yang merah dan sorot matanya yang tajam. Dia melotot ke arah mataku, kemudian kembali makan dan kali ini dia makan lahap sekali.

Setelah selesai makan dan bayar kami akhirnya keluar dan... Jreng! Jreng! Jreng! Dung! Dung! Didepan kami terlihat sebuah bendungan air yang cukup besar dan sangat indah saat malam hari, bahkan menurutku malam ini bendungan itu terlihat sangat indah karena memantulkan cahaya bulan dan bintang-bintang.

Aku mengajak Neji-kun melihat bendungan itu lebih dekat, Neji-kun tiba-tiba melempari air bendungan itu dengan batu, "Hati-hati!" Aku meperingatkan.

"Memang kenapa?"

"Kalau kena kepala buaya, kepalanya bisa benjol," lalu kami pun tertawa, "Mengapa kamu dipangil Neji-kun?"

"Aku suka, itu nama Jejepanganku."

"Kenapa bukan Neji-chan atau Na-chan?"

Tiba-tiba dia menarik tanganku agar duduk bersamanya, "Boleh, terserah kamu," katanya sambil memeluk tanganku dan tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro