Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Keadaan mencekam

Dalam kelas Instrumen Industri, dosen menjelaskan tentang demonstrasi, pengukuran, dan perhitungan. Dalam penjelasan beliau, beliu menggunakan sebuah buku Intrumen Industri yang memiliki banyak kata dan istilah yang belum kami dengar. Ada sebuah pernyataan, penulis yang menngunkan banyak kata yang sulit dan asing, adalah penulis yang sombong.

Menurut Al-Zuzjani, Avicenna[1] tidak pernah puas menunutut ilmu. Menurutnya, Avicenna tidak pernah mengambil buku baru dan membacanya, jadi dia selalu mencari kalimat-kalimat sulit dan masalah-masalah sulit untuk di pelajari, lalu mencari tahu tentang hal-hal itu, supaya dia mengetahui sejauh mana tingkat pembelajaran dan pemahamannya. Keren kan.

Hari ke-tujuh keadaan mencekam, sebuah tempat ibadah dibakar masa tidak dikenal, pengalihan isu, sekelompok orang bersumpah akan membalas dendam, setrategi berbahaya, mereka sudah bermain racun.

Seorang wanita menangis saat sekelompok masa tidak dikenal ingin membakar motornya saat dia pulang menjemput anaknya, beberapa orang berusaha menghentikan kejadian itu, wanita itu dan anaknya selamat, tapi kepala motonya pecah kena pukulan kayu.

Para tokoh mahasiswa menyakini hal yang terjadi saat ini, terutama kemunculan masa yang tidak dikenal, ada pihak yang menyerang kami dengan permainan pikiran agar kami tidak fokus, tujuan kami adalah merebut gedung MPR yang akan melemahkan rezim berkuasa saat ini. Seorang tokoh Mahasiswa berkata, "Masalah ini akan selesai bila kita berhasil merebut gedung MPR, seni menangkap ular adalah tangkap kepalanya, kepala ular adalah gedung MPR."

Aku teringat pertanyaan guru mengajiku, "Binatang apa yang takut dengan tukang pancing?"

Kami menjawab, "Ikan pak."

Guru kami mengeleng, "Salah, yang benar adalah cacing," kami para murid tertawa, karena kami tidak paham.

Keadaan mencekam, banyak aski penjarahan dan pembakaran, bahkan banyak kasus orang hilang, tapi aksi perotes masih berlangusng di gedung MPR, bahkan sudah bersekala nasional.

Pasukan tambahan datang dari Yogjakarta dan Solo, kami menyambut dan mengerumbuni mereka, kami ingin tahu kabar di sana, "Bagaimana kabar Yogjakarta dan Solo?" Tanya kami para Mahasiswa yang berdesakan menyambut kedatangan mereka seperti para wartawan.

Jawaban mereka adalah, "Buruk."

Mahasiswa dari Bandung juga berdatangan, "Bagaimana kabar Bandung?" jawaban mereka juga sama, kabar Bandung buruk.

Banyak sekali pembakaran dan penjarahan, banyak bangunan dibakar dan dirusak masa, sebenarnya siapa yang melakukannya? Mana mungkin orang Jakarta sendiri merusak kota mereka sendiri? Tapi ini politik, siapa saja bisa jadi wayang sekaligus dalang dan penonton. Beberapa orang bersaksi melihat orang-orang membawa jerigen minyak saat malam hari dan melakukan pembakaran, situasi tambah rumit dan seram saja.

Aksi perotes berlangsung begitu hebat, Mahasiswa dari Bekasi datang saat tengah malam, kami habis-habisa mengepung gedung MPR, masyarakat sudah menderita dan kami sudah kehilangan kesabaran.

Hari-hari demonstrasi yang penuh kekonyolan berubah mencekam, seperti matahari senja yang indah berganti dengan malam yang suram. Seperti halaman buku-buku yang ditiup angin, kemudian berakhir dengan pemandangan matahari yang tengelam.

Seorang mahasiswa mengusulkan agar kami menyerang dengan telur, "kita lemparkan telur mentah ke arah polisi! Polisi anti huru-hara itu akan menjadi polisi telur kocok!" Jakarta akan menjadi lautan adonan telur kocok, tapi itu mustahil, kami bukan demonstran yang banyak duit, kami juga tidak punya sponsor, kami hanya gerombolan pasukan Tartar yang mencoba merebut Ain Jalut dari Bani Malmuk (Mesir).

"Bertahanlah para mahasiswa! Hulagu Khan[2], akan membalaskan dendam kita!"

Semua kegiatan aksi difokuskan mengepung gedung MPR. Bendera-bendera dikibarkan dan doa-doa dipanjatkan, saat waktu sholat ashara berjamaah di atas aspal keadaan terasa sangat mencekam. Seorang mahasiswa dari lembaga islam yang membawa bendera hijau berkata, "Seandainya aku memiliki meriam Orban, sudah aku tembak kerumah hobbit itu!" Kami semua tertawa, kami baru sadar gedung MPR mirip rumah Hobbit, namun menurutku gedung MPR seperti Isrengart seram!

Mendengar ucapan dan suara cekikikan para Mahasiswa terlihat para Polisi kesal sambil meremas pentungan mereka, mungkin di dalam hati mereka berkata, "cuih! Mati saja kalian, para mahasiswa gembel sialan!

[1] Avicenna adalah Ibnu Sina, beliu adalah filsuf, ilmuan, dan dokter.

[2] ini cerita tentang panglima perang Mongol yaitu Kitbuqa Noyen, dia membantu Hulagul Khan menaklukan Persia dan Timur Tengah, serta mengkomandani pembataian besar di Bagdad. Saat kalah dalam peperangan di Ain Jalut melawan Mameluk, dia tertangkap oleh musuh, sebelum di hukum mati, Kitbuqa berucap bahwa Hulagul akan membalas dendam atas kematiannya, namun sayang, sejak teragedi peperangan di Ain Jalut itu, Mongol mengalami banyak kemunduran, bahkan mereka diusir di Damaskus. Harapan untuk balas dendam gagal total.

Meriam Orban adalah meriam besar yang digunakan Turki untuk menjebol benteng kota Konstatinovel.

Isrengart dalah markas penyihir jahat Saruman

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro