Segurat cahaya berwarna senja mendadak melesat dari celah pintu kamarku. Hanya saja, itu bukan dari luar, dari seorang pria bertudung hitam tak tampak wajah.
Sebelumnya, aku berhasil mengintipnya dari celah pintu. Tapi, cahaya itu menyeruak dan seakan membutakan mataku. Hal terakhir yang aku lihat sebelum aku terpejam adalah … iris mata jingganya dan awan hitam yang menyelimutinya.
Kemudian aku terbangun dan aku melihat ada kumpulan domba yang menghadap ke arah matahari, entah apa yang ada dalam pikiran domba-domba itu. Karena penasaran aku juga melihat ke arah matahari dan hal yang tidak terduga terjadi.
Mataku melebar melihat sekumpulan naga bersayap besar terbang menuju ke arahku. Mendadak domba-domba berlari menjauh. Angin yang berembus damai pun seakan terusik. Mataku sontak terpejam saat debu masuk tanpa permisi.
Lalu ketika aku membuka mata ... hilang. Naga besar dengan sayapnya yang berwarna merah kecokelatan itu tidak ada. Domba-bomba yang berlarian pun tidak ada. Aku pandangi sekelilingku. Kosong, hanya ada aku. Memori dalam otakku berputar cepat, dua jam lalu ketika aku pergi ke kamar untuk tertidur.
Lalu sosok yang aku lihat di bawah sinar terang di kamarku, kemudian ada sekumpulan domba di bawah terik matahari yang begitu menyengat dan tiba-tiba saja aku terjebak di sabana luas ini sendirian.
Tubuhku gemetar, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa mereka semua hilang begitu saja? Dan ... aku baru menyadari ada yang janggal disini. Jangan-jangan...!
Dugaanku benar. Aku berada di alam mimpiku. Para domba dan naga yang tadi sempat hilang dari pandanganku sekarang kembali dengan sosok yang lain.
Ini mimpi yang paling mengerikan, naga berkepala domba dengan dua tanduk runcing di kepalanya sekarang siap menerkamku. Kucoba tersadar dari mimpi buruk ini, tapi tidak bisa. Apa yang harus kulakukan?
Aku bimbang dan ragu. Mataku memandang ke sekeliling, tetapi kepalaku tak bergerak. Kucoba menggerakkan bagian tubuh lain, sama tak bergeraknya. Sosok naga berkepala domba itu terus mendekat dengan taring yang mencuat—terlihat tajam dan mengerikan.
Sampai mataku menangkap sosok bertudung dengan mata jingga yang berada di depan pintu kamarku sebelumnya. Aku mencoba bersuara untuk memanggil pria itu.
Hingga aku tersadar jika ternyata pria itu adalah domba. karena kaget aku berjalan mundur, tapi domba itu terus melangkah maju sambil menyodorkan sesuatu seperti kertas yang terlipat seolah-olah domba itu ingin aku membacanya.
Jadi aku memberanikan diri untuk mendekati domba itu dan mengambil kertasnya, lalu kubuka, di dalamnya ada tulisan yang ditulis dengan tinta merah:
"TAMAT"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro