Kota Yi
"Zichen, kota ini sangat indah ya."
"Ya."
Song Lan menyamakan kecepatan jalannya dengan Xingchen, mungkin karena Xingchen sedang merasa senang dengan suasana ramai di kota ini. Wajah Song Lan mengkerut sekeika karena Xingchen jalan mendahului.
"Tunggu aku Xingchen."
Segera Song Lan berlari mengejar Xingchen, Song Lan melihat ada gadis yang sedang memegang tongkat bambu panjang, sang gadis akan menabrak Xingchen. Meskipun sudah mempercepat langkahnya Song Lan tetap tak bisa mencegah kejadian itu, sang gadis menabrak dan tanpa sepengetahuan Xingchen sekantung uang diambil oleh gadis itu. Song Lan yang melihat hal itu ingin menghentikan sang gadis membawa pergi
"Maaf, maaf," ucap gadis itu pada Xingchen.
Xingchen membalas gadis itu dengan senyum, saat itu juga tangan Xingchen berhasil digenggam Song Lan dan menghalangi sang gadis yang hendak kabur dengan sekantung uang Xingchen.
"Eh?" Xingchen tertarik ke belakang dan langsung memutar tubuhnya menghadap belakang. "Ada apa Zichen?"
"Kamu tidak sadar telah diambil uangnya dengan gadis ini?" tanyanya dengan nada sedikit tinggi.
Sang gadis menunduk ke bawah dan merasa bersalah, tidak menyangka bahwa targetnya ini memiliki teman. Xingchen melirik ke gadis itu dan tersenyum tipis kepada Song Lan, Xingchen berkata bahwa dia memberikan uang itu padanya tetapi balasan Xingchen ini tidak disetujui oleh Song Lan, Xingchen terlalu baik pada orang-orang dan itu membuat kepalanya pening.
"Bukan begitu, itu 'kan sisa uang kita yang terakhir."
Xingchen merenggut pada Zichen." Itu uangku bukan kita."
Sang gadis mencari kesempatan untuk menjauhi mereka berdua tetapi Song Lan tetap sigap dan memegang tangan kiri sang gadis cukup kuat. Xingchen menyuruh Song Lan untuk melepaskannya namun Song Lan tidak mendengarkannya seakan tidak peduli, gadis itu harus mengembalikkan uang itu kembali pada Xingchen.
"Kalau begitu bagaimana kalau kamu untuk ikut kami?"
Sang gadis terlihat terkejut mendengar ajakan Xingchen, padahal dia sudah melakukan hal buruk padanya.
"Xingchen."
"Itulah kenapa kamu susah bergaul dengan orang-orang, kaku."
Song Lan hendak memarahi Xingchen namun dia urungkan, terpaksa menyerah karena dia melanjutkan debatnya pasti tidak akan selesai.
"Nona, apakah kamu mau ikut kami?"
"Tidak apa?"
"Tidak apa, tidak usah terlalu dipikirkan dengan perkataan kultivator bermuka kaku itu."
Gadis itu mengembalikan lagi kantong uang yang dicurinya dari Xingchen, Xingchen memegang tangan gadis itu, lalu mendorongnya, tersenyum lembut seakan mengatakan kalau gadis itu tidak usah mengembalikan uangnya.
"Ma--makasih...." Sang gadis memberanikan diri untuk berbicara lagi. "Namaku ... A-Qing, selanjutnya kalian akan ... kemana?"
"Mencari penginapan untuk bermalam," jawab Xingchen.
A-Qing mengetuk-ngetuk tongkat bambunya ke tanah berpasir lebih dari sekali. "Aku tau tempat itu, aku sering mendengar kalau penginapan yang nyaman di kota ini berada di dekat sini! Tinggal jalan beberapa langkah, ada dekorasi lampion merah di dua sisinya yang sering menyala saat malam." serunya riang.
Song Lan memandang gadis muda itu heran, kalau gadis itu beneran buta tidak mungkin mengatakan secara spesifik seperti itu.
"Kamu beneran buta?" tanya Song Lan penuh kecurigaan.
"Zichen sudahlah."
"Tapi--"
"Tidak apa, dia anak yang baik."
Akhirnya Xingchen meminta A-Qing untuk menuntun mereka untuk ke penginapan yang dimaksud, Song Lan hanya bisa mengikuti mereka dari belakang dan tetap waspada. A-Qing dengan semangat berjalan di paling depan, tak sampai lima menit mereka akhirnya sampai berada di depan bangunan berlantai dua dengan dekorasi lampion di samping kiri dan kanan pintu masuk.
"Disini, katanya juga tempat ini tidak terlalu mahal."
"Terima kasih ya."
"Aku yang akan mengurus kamarnya," ucap Song Lan ketus.
A-Qing mendengar nada ketus Song Lan mengerutkan dahi, sebegitu curiganyakah pada dia hanya karena mencuri uang milik Xingchen? Dia menunjukkan mereka penginapan ini juga bukan untuk menjebak atau apapun, ini murni ingin mengantarkan mereka ke penginapan, tak lebih.
"Gege, dia memang begitu ya?"
"Biasanya dia tidak sampai seperti itu," balas Xingchen heran, "mungkin sedang ada masalah saja.
A-Qing mengangguk dua kali.
"Ayo kita ke atas Xingchen."
Xingchen berterima kasih pada Song Lan dan mengajak A-Qing untuk keatas, Song Lan hendak menghentikan Xingchen tetapi menahannya, kalaupun dia mengeluarkan suara pasti Xingchen akan menyuruhnya untuk diam. Song Lan menurut saja.
"Apa tidak apa-apa?" bisik A-Qing pada Xingchen.
"Tidak apa kok, ini sebagai ucapan terima kasih kami padamu."
"Tapi aku tidak melakukan apapun ... aku bahkan tadi mencuri uang gege."
Xingchen menepuk pucuk kepala A-Qing lembut dan tersenyum lagi. "Kamu memberi tahu lokasi penginapan ini, dan abaikan saja orang kaku yang terus melihatmu curiga, lebih baik A-Qing beristirahatlah."
"Terima kasih...."
A-Qing mulai mengetuk-ngetuk lantai dan berjalan menuju ranjang, Xingchen berjalan menuju jendela kamar yang berada di sisi kanan kamar, disana berdiri Song Lan sedang memandangi jalanan yang masih dilewati banyak orang, jalanan terang penuh dengan cahaya dari lampion menyala terang.
"Kenapa daritadi kamu keliatan banyak beban sih?"
"Wajahku dari lahir sudah seperti ini."
"Xingchen," panggilnya.
"Ada apa? Aku tidak akan kemana-mana kok."
"Hanya memastikan saja," katanya sambil mengalihkan pandangan dari jalanan ke langit malam tempat dimana bulan purnama menampakkan diri.
"Ya ampun, Zichen." Xingchen terkikik.
"Tidak ada yang lucu."
"Tidak seru."
Song Lan menghadap Xingchen, lalu dia meminta Xingchen memberikan salah satu tangannya, Xingchen mengikutinya dan Song Lan memberikan dua permen berbentuk kotak diatas tangan telapak tangan Xingchen.
"Untukmu."
"Terima kasih."
.
.
.
Aruji iseng baca translation interview author MDZS dan aku kaget authornya menepis sekali Xueyang dengan Xingchen, kasian :(( tapi Xueyang emang cocok jadi orang ketiga diantara Xiao Xingchen dan Song Lan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro