Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

III

Pria berkumis itu menutup pintu rumah dengan perasaan damai. Di ruang keluarga ia melihat anaknya duduk di depan teve tanpa berekpresi apapun.

"Hai, Putriku." Jonas mengambil tempat duduk dan menempelkan kepala putrinya di bahu.

"Kau masih ingat kakak yang kemarin ke sini?" Ia bermonolog.

"Kakak itu sudah menjadi Putri Salju sekarang, dia menjadi gadis cantik dengan kulit putih bersih. Ia juga menunggu pangerannya saat itu--apa? Tidak, Ayah tidak membunuhnya, yang membunuhnya adalah sang pangeran itu sendiri."

Ia mengelus pipi putrinya yang mulai berkerut di mana-mana.

"Dulu, bukankah seorang pangeran juga membunuhmu, Tuan Putri?" tanyanya dengan mata kosong.

"Waktu itu kau juga menunggu pangeranmu ... lelaki memang makhluk keparat ya. Ia tidak datang, aku yakin kau masih ingat.

"Sayangnya waktu itu, aku, sang kurcaci telah lalai. Kau tak memakan apel penyihir memang, tapi salju di luar sana menidurkanmu.

"Kakak itu juga sama, lalu aku sadar, sebagai seorang kurcaci aku harus menjaganya, bukankah begitu?"

Pria itu memandang wajah anaknya yang kosong. Mata anaknya semakin mengecil, kisut telah tumbuh di mana-mana.

"Hmm, waktunya mandi ya, Tuan Putri. Aku tidak mau tubuhmu rusak, tapi bertahanlah, ini karena air ajaib formaldehidnya hampir habis. Aku akan membelinya besok, sekarang, ayo mandi!" Tubuh kecil gadis itu dibopong oleh ayahnya ke kamar mandi. Tangan kisutnya terkulai lemas, tak bernyawa.

-

"Kampret! Kau mengusirku?!"

"Tidak, aku hanya menyarankanmu pulang, Nyonya, taksi tidak akan ada--"

"Laki-laki itu menyebalkan ya. Kau juga!" Gadis berambut pendek itu membentak seorang pria ramah berkumis di depannya.

"Maaf, tapi kau sedang bertengkar dengan pacarmu?"

"Bukan urusanmu, Pak Tua!" Gadis itu menenggak minumannya sekali lagi.

"Kau tahu, anak gadisku juga berurusan dengan lelaki menyebalkan."

"Ya kan! Laki-laki itu memang sialan! Huh dasar!" Gadis itu mengangkat gelasnya lagi, isyarat untuk minta diisi kembali.

"Tidak, Nyonya. Kau sudah cukup mabuk. Lagipula ini sudah malam--"

"Rumahku jauh! Dasar kau kumis melengkung cerewet!"

"Kalau begitu, kau bisa tidur di rumahku."

"Kau mau mencoba memperkosaku, hah?! Aku tahu aku mabuk--"

"Aku membantumu." Jonas memotong omongan gadis itu dengan menengaskan setiap katanya.

"Tidurlah di kamar bersama anak gadisku, siapa tahu kau juga mendapat solusi darinya."

"Cih! Baiklah."

Kena kau.

"Rumahku ada di seberang jalan, ke sanalah terlebih dahulu, aku akan berberes." Gadis itu menurut.

Setelah menunggu di depan rumah, dua menit kemudian pria itu keluar kafe, mematikan listrik dan mengajak gadis itu masuk ke dalam rumah.

"Oh, putriku masih belum tidur, kau bisa berbincang dengannya."

Pria itu pergi menjauh, meninggalkan dua orang gadis di sofa.

"Kenapa kau diam saja?" Gadis pemabuk itu bertanya ke anak pria itu.

Penglihatannya kabur, ia tidak bisa memastikan, sepertinya bibir anak itu melongo, kulitnya sudah mulai berkeriput, matanya pun melotot.

Ketika ia berusaha menajamkan penglihatannya, sebuah benda tumpul menghantam punggungnya. Ia kolaps, hilang kesadaran.

"Sang kurcaci harus menjaga Putri Salju." Pria itu mengembalikan pemukul bisbol ke tempatnya, pergi masuk ke kamar tidur putrinya.

Tak lama ia kembali dengan sehelai gaun terusan sederhana berwarna putih, ia juga mengambil bunga palsu di ruang tamu. Ia melucuti pakaian si gadis pemabuk.

"Aku akan menunjukkan jalan pangeran kepadamu, Tuan Putri." Pria itu bermonolog. "Sang Pangeran akan datang, melihatmu berubah menjadi Putri Salju yang dikagumi seluruh kerajaan."

Gaun telah terpakai, tak lupa ia memasang bando pita berwarna merah untuk menghiasi rambutnya. Pria itu pergi ke kamar mandi yang telah terisi air sambil memboyong gadis pemabuk. Ia mengambil pemutih pakaian dan menuangkannya sebanyak setengah botol.

Ia merendam tubuh itu, tak lupa dengan sarung tangan lateks. Membasuhnya dengan penuh kasih dan perlindungan.

"Sang kurcaci ini akan menjagamu, Tuan Putri."

Jonas memandangi tubuh di depannya dengan wajah teduh, usapan tangannya sangat berhati-hati, seakam gadis di dalam bak itu adalah gadis yang sangat rapuh.

"Sang Pangeran akan segera menyelamatkanmu, Oh Putri Salju yang tertidur." Ia membasuh muka gadis tersebut dengan air.

"Kau cantik, Tuan Putri."

Dirasa cukup, Jonas segera mengangkat tubuh gadis yang masih basah itu sebelum gadis itu bangun. Rumahnya berdekatan dengan rumah sepasang pasutri tua, masih ada jarak yang di tengah rumah mereka selebar dua meter yang sebenarnya merupakan akses ke kebun si kakek.

"Nah, Tuan Putri, tahukah kau saat salju turun kau tak benar-benar mendengarnya?" Jonas kembali bermonolog.

"Itu mungkin suara detak jantungmu, atau suara napasmu, atau apapun itu. Salju adalah insulator suara yang indah dan menarik." Jonas meletakkan tubuh gadis itu di tengah jalan kecil di sebelah rumahnya. Ia mengambil cangkul di kotak peralatan yang ada di luar rumah.

Jonas tak perlu takut-takut mencangkul. Tidak akan ada saksi mata, suara apapun tidak akan terdengar. Saat salju turun, maka semuanya mengalah, tunduk pada keanggunannya.

"Sang Pangeran juga akan tunduk pada pesonamu, Tuan Putri." Jonas meletakkan cangkul, lalu mengangkat tubuh gadis yang lunglai itu dan menaruhnya di lubang salju yang baru saja ia gali.

Kemudian ia segera menimbun tubuh gadis itu.

"Ia benar-benar pangeran jika ia datang dan menyelamatkanmu, Tuan Putri. Namun, jika tidak ... maka dia adalah sang pemburu utusan Ibu Ratu. Lalu aku akan menangisi kepergianmu, sebagai seorang kurcaci yang benar-benar kehilangan Ibu Surinya." Setelah berkata seperti itu, ia masuk ke dalam rumah beserta cangkulnya.

Ia mengambil ponsel milik gadis itu dan mengetikkan sebaris kalimat. Jonas tak perlu menebak yang mana pacarnya. Sehingga ia hanya tinggal memencet tombol kirim dan menunggu.

-

"Ya, kau tahu, anakku. Sang Pangeran itu ternyata adalah Pemburu utusan Ibu Ratu. Sebelum pergi ke kafe pagi ini--tidak, setelah dua jam aku menunggu kedatangan pangeran yang akan menyelamatkannya, aku menangis. Aku tahu persis, Sang Putri telah wafat saat itu juga."

Jonas membilas campuran air dan formaldehid ke tubuh anak gadis satu-satunya.

"Oh iya, aku baru terpikirkan. Seharusnya aku membawanya masuk lalu mengawetkannya, ya. Melindungi adalah prioritas yang harus dilaksanakan oleh kurcaci, 'kan?" Pertanyaan Jonas dijawab dengan keheningan.

"Lagi-lagi, aku telah lalai ya. Tak apalah, aku akan mencari Putri Salju yang lain, aku akan membuat Sang Pangeran kembali jatuh hati padanya. Bukankah kau suka itu, anakku?" Jonas tersenyum ramah pada jasad anaknya.

Ia membiarkan perasaan damai dan hangat itu kembali merangkulnya. Perasaan damai seorang ayah yang memandikan anaknya.

-

"Pagi, Bos ...." Suara lemah seorang gadis membuat Jonas berpaling dari kegiatannya mengelap gelas.

"Kau terdengar lemas hari ini. Sakit?"

"Sakit hati." Jonas mengedikkan kepala ke karyawatinya.

"Aku bertengkar dengan pacar baruku."

Di balik kumis melekungnya, Jonas tersenyum hangat, pegangannya pada lap dan gelas menguat.

"Oh, jadi kau bertengkar dengan pacarmu?" Tenang, Tuan Putri, aku akan melindungimu. Karena kurcaci dan Putri Salju adalah teman.

-TAMAT.-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro