
8
Entah kenapa hari ini aku merasa sangat tidak bersemangat. Kulangkahkan kakiku dengan gontai menuju kantin yang berada di belakang kampus. Aku memang terbiasa datang ke kantin terlebih dahulu sebelum mengikuti mata kuliah hanya untuk menikmati kopi hitam tanpa gula. Kutuang kopi hitam yamg mengepulkan asap pertanda masih panas ke dalam piring kecil sedikit demi sedikit kemudian menyesapnya secara perlahan-lahan. Aku sadar beberapa pasang mata dari tadi melihat caraku menikmati kopi dengan pandangan heran, namun aku sama sekali tidak memperdulikan apa yang sekarang ada di dalam benak mereka. Yang jelas kopi hitam ini mampu membuatku lebih bersemangat lagi. Kopi hitam sudah bagian dari hidupku yang akan terasa ganjil bila sehari saja aku tak meneguknya. Ada yang beranggapan bahwa pandanganku terhadap kopi sangatlah berlebihan. Seandainya saja mereka mengerti dibalik secangkir kopi hitam ini terlalu banyak kenangan. Melalui secangkir kopi ini aku menyalurkan rasa rindu yang amat sangat serta bernostalgia semasa di kampung. Cita rasa dari secangkir kopi pahit ini bisa membuatku lebih rileks.
Ketika aku masih asyik menyesap kopiku yang tinggal stengah cangkir, tanpa kusadari Ade' sudah berada di sisiku sedangkan Val lebih memilih duduk di depanku.
"Nikmat banget sih minum kopinya..." sebelum meneguk kopiku Val sudah merebutnya duluan. Kebiasaan sekali anak ini selalu mengganggu ketenanganku
"Puiiihhhhh......ini kopi apa sambiloto sih pahit banget....." Val memuntahkan kopi yang baru saja di teguknya dan segera meminum air mineral yang ada di atas meja.
"Makanya jangan main minum saja, masa' kamu tidak tahu selera Nata seperti apa...!!"sekarang Ade' angkat bicara dan tersenyum melihat tingkah Val
"Iyya dech.....yang hafal semua kebiasaan Nata...." balas Val sambil memajukan bibirnya
"Val bibir udah seperti ikan koi gitu makin lucu deh...kebetulan di kostan ada akuarium kosong loh..." candaku yang berhasil membuat Val melepaskan cubitannya di bagian samping perutku.
"Auuuuu......bercanda kali Val.." sambil mengusap-usap perutku yang masih sakit. Gimana tidak sakit kalau cara cubitannya Val mengingatkan cubitan guruku semasa sekolah dulu. Kalian pernah merasakan di gigit semut hitam yang besar...?? seperti itulah kira-kira rasanya.
"De' saaakiitt......." rengekku pada Ade' sambil menyandarkan kepalaku di pundaknya dan tidak lupa pula memasang wajah yang kesakitan, kadang aku memang suka bermanja-manja sama Ade' meskipun dia lebih muda dari aku.
"Ya elah....badan aja yang kekar tapi manjanya minta ampun...." aku tahu Val hanya bercanda, kami memang sudah terbiasa saling mengejek seperti ini jadi tidak bakalan ada yang tersinggung
"kekar-kekar gini kan ttetap aja manusia yang masih bisa merasakan sakit..."balasku tidak mau kalah
"Sudah....sudah....kalian itu kalau ketemu ada saja yang jadi diperdebatkan...heran deh..giliran tidak ketemu saling cari...." keluar de kata-kata bijakny Ade' yang membuat kami berhenti berdebat. Lihat sendiri kan bagaiman dewasanya Ade'.
"Iyya kanjeng mami...." ucap aku dan Val hampir bersamaan sambil menundukkan kepala di depannya. Setelah itu kami bertiga ketawa terbahak-bahak. Mereka memang bisa kuanggap sebagai moodboosterku.
Ketika lagi seru-serunya bersenda gurau tiba-tiba Ade' memanggil nama seseorang yang sepertinya tidak asing bagiku
"Ka' Andini.....!!!" teriak Ade' sambil melambai-lambaikan tangannya ke seseorang
Kuarahkan pandanganku mengikuti lambaian tangan Ade', kulihat seorang perempuan dan laki-laki berjalan menuju tempat kami.
"loh...itu kan Andini tapi kok sama Bagas bukannya mereka beda jurusan ya.." gumamku dalam hati, begitu banyak pertanyaan yang bermunculan dalam benakku
"Hei...Diah..hei..Val..." ucap andini sambil cipika-cipiki dengan Val dan Diah, sedangkan aku pura-pura sibuk dengan HP ku
"Tapi kok aku ga tahu kalau mereka bisa akrab gitu..??"lagi-lagi aku bertanya pada diriku sendiri
"Ka' An sama Ka' Bagas gabung ama kita aja supaya lebih rame..."ku dengar Val berbicara sambil menyodorkan bangku yang ada di dekatnya. Aku masih belum bergeming dan tetap fokus di hpku
"Oh...ya ka' masih ingat Nata...hmmm...maksud saya Renata ka'..."
"Iyya donk...siapa yang bisa lupa dengan Renata..."dari ekor mataku kulihat Andini melirikku sedangkan bagas sepertinya tidak senang melihatku
"hei kak...." jawabku sok cool padahal sebenarnya aku sangat gugup, orang yang selama ini berhasil menguasai pikiranku akhirnya muncul di depanku.
Beberapa menit kemudian mereka Andini, Val, dan Diah sudah larut dalam obrolan sedangkan aku masih diam tidak tahu mau ngomong apa. Rasanya aku mati kutu di buatnya. Sesekali aku hanya bisa mencuri pandang melihat Andini yang menurutku lebih cantik lagi dibanding waktu Ospek.
"An...ayo cabut.." tiba-tiba Bagas beranjak dari tempat duduknya. Memegang pundak Andini memberi isyarat agar mengikutinya berdiri. Sepertinya Andini masih enggan meninggalkan obrolan mereka yang makin seru namun dia tetap menuruti keinginan Bagas.
"Ok...kami duluan ya..kapan-kapan kitan ngobrol lagi.."ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke Diah, Val, dan ketika tiba giliranku entah keberanian dari mana kuangkat wajahku dan membalas pandangannya. Beberapa detik pandangan kami saling terkunci sebelum Bagas merusak moment ini.
"Thanks ya..."ucap Bagas yang kelihatanya tidak sudi melihatku, sepertinya dia masih memiliki dendam kesumat kepadaku. Mereka pun meninggalkan tempat kami, rasanya dadaku tiba-tiba sangat nyeri dan amat sakit melihat mereka bergandengan tangan.
"Ada apa dengan diriku...tidak mungkin ini efek dari kopi hitam...." aku mengeleng-gelengkan kepala
"Kamu kenapa Ta....kepala kamu sakit..??" tanya Ade' dengan nada penuh khawatir, oh Tuhan ternyata dari tadi Ade memperhatikan tingkahku
"Tidak kenapa-kenapa....ngomong-ngomong kok kalian bisa akrab dengan An...maksudku Ka' Andini..kan kita beda jurusan...??"aku berusaha mengalihkan pembicaraan lagipula aku masih penasaran dengan kedekatan mereka
"Oh....itu...Andini kan sepupu aku..jadi aku sama Diah sering main bareng sama ka' An...."kali ini Val ikut bicara
"kok aku ga' dikasih tahu....terus kalau kalian sering main bareng masa' aku ga diajak..." protesku memasang muka cemberut
"Gimana mau di kasih tahu kamunya ga pernah tanya.....terus bukannya kami tidak pernah ngajak main bareng ya.....kamunya yang sealu nolak kalau diajak pergi mall..." Ade' menjelaskan panjang lebar. Memang sih kalau mereka ngajak pergi mall aku malas ikut. Belajar dari pengalaman, pernah satu kali aku ikut mereka belanja di mall hanya mutar-mutar sampai- sampai rasanya kakiku mau copot namun pada akhirnya ga ada juga yang dibeli. Alasan mereka ga ada yang cocok, mulai saat itu aku jera ikut mereka. Andai aku tahu kalau Andini ikut aku pasti tidak menolak ajakan mereka.
"Terus Bagas......."belum selesai pertanyaanku Val langsung memotongnya
"Bagas kan pacarnya Andini, jadi di mana ada Andini disitu harus ada Bagas...."
"Oh......." hanya kata itu yang mampu terlontar dari bibirku.
Lagi-lagi rasa nyeri itu menyerang, kali ini rasanya dua kali lebih sakit. Baru saja merasa senang akhirnya bisa bertemu dengan perempuan yang selama ini selalu hadir dalam mimpi tiba-tiba semuanya menguap entah kemana mengetahui ternyata dia sudah jadi kekasih orang lain. Dan lebih sialnya lagi ternyata kekasihnya adalah Bagas, orang yang menganggapku sebagai musuhnya.'
Kamu tahu, ketika kamu berada disampingku kurasakan getaran hebat apa kah kamu tidak merasakan getaran yang sama..???
Bukannya aku ingin merayumu, namun harus kuakui senyummu merupakan salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Besar harapanku, ingin menjadi salah satu alasan kamu tersenyum. Apakah harapanku ini terlalu tinggi untuk menjadi nyata...???
Saat ini aku merasa sangat lemah, hanya karena melihat dia menggenggam jemarimu. Sulit rasanya menerima kenyataan bahwa orang yang kau cintai ternyata mencintai orang lain. Bisa kau bayangkan bagaiman sakitnya aku kalau harus melihatmu setiap waktu bersamanya...???
Sejujurnya ini terasa aneh bagiku, aku kira jatuh cinta butuh proses yang panjang. Tapi kenapa aku segitu cepatnya jatuh dalam jebakan cintamu. Seandainya kau tahu perasaanku, sepertinya seluruh kosa kata di dunia ini tidak mampu mendeskripsikannya Jika kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkinkah hatimu akan berpaling darinya...???
Jika aku bisa meminta secara langsung sama Tuhan, Aku tak ingin perkenalan ini pernah terjadi. Rasanya aku lelah, sesungguhnya aku tidak tinggal diam. Aku berusaha dan berjuang semampu mungkin untuk melupakanmu namun hasilnya nihil.
Aku berharap kau akan tahu perasaanku ini dan mungkin kamu akan berbalik arah...Untukmu perempuan yang tega mencuri hatiku sepenuhnya. Dan aku harap kamu mengerti perempuan yang kumaksud adalah dirimu Andini.......
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro