Chapter 26
Sakura menghela nafas panjang. Selesai sudah acara belajar bersamanya. Pengen cepet-cepet pulang, trus rebahan.
"Waktunya pulang," ucap Sakura sambil merenggangkan tangannya.
"Jangan lupa rumusnya dihapalin," ucap Sasuke.
"Iya," jawab Sakura dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Besok kalau udah hapal bilang."
"Hm iyaa."
"Nggak usah mikirin pacar mulu. Ini nih salah satu alasan kenapa nilai elu nggak naik-naik," ucap Sasuke penuh penekanan.
"Iya-iya," jawab Sakura jengkel.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sasuke duduk di depan meja makan dengan pandangan tertuju pada layar ponsel.
"Tumben nggak ngechat," ucapnya.
Sesekali ia melirik sang ibu dan Kakak iparnya, Izumi yang duduk di depan televisi.
'Jangan pergi Barbara, aku bisa jelasin semuanya.'
'Tidak ada yang perlu dijelaskan!'
'Aku mohon maafkan aku Barbara.'
'Tidak semudah itu ferguso!'
Sasuke menatap bosan mereka berdua, mana Izumi udah nangis-nangis pula. Apalah yang ditonton sama mereka.
Ia kemudian menatap sang kakak yang duduk di depannya. Itachi keliahatan nggak peduli gitu sama Izumi, padahal dia juga tahu kalau Izumi lagi nangis. Jahat banget nggak sih? Tapi emang akhir-akhir ini Izumi sensitif banget.
Sasuke pernah mergokin Izumi yang lagi nangis sesenggukan sambil menatap layar laptop. Dalam pikiran Sasuke waktu itu, Izumi lagi nonton film atau drakor yang sedih-sedih macam 'Train to Busan' atau 'Shigatsu Kimi no Uso'. Nggak tahu nya setelah Sasuke lihat, kakak iparnya itu lagi nonton tutorial origami. Otaknya nggak nyampe buat mikirin apa yang sebenarnya ditangisin sama Izumi. Kadang Sasuke suka dibuat heran sama mahluk yang namanya cewek.
Sasuke melihat layar ponselnya lagi, kali ini jarinya bergerak-gerak.
Terakhir dilihat hari ini pukul 18.42
'Padahal barusan masih online.'
Pandangannya kemudian tertuju pada ubi rebus di depannya, ia mengambil satu dan memakannya. Rasanya enak, manis, empuk pula. Ibaratnya kalau cewek, ceweknya itu cantik, manis, lemah lembut, ngomongnya kalem, dan kriteria-kriteria cewek idaman lainnya. Selang beberapa detik, tiba-tiba Sasuke batuk-batuk karena keselek ubi.
"Kenapa!?" tanya Itachi.
Jangankan jawab, Sasuke malah tambah batuk-batuk.
"Minum! Minum!" ucap Itachi sambil memberikan kopinya pada Sasuke.
Sasuke langsung merebut gelas kopi tersebut dan meminumnya.
"Makanya kalau makan itu dikit-dikit. Elu, ubi satu ditelen utuhan," ucap Itachi.
Sasuke tidak memperdulikan perkataan Itachi. Ia malah mengamati segelas kopi di tangannya. Kopi itu hitam, pahit pula. Kalau diibaratkan cewek, ceweknya itu ugal-ugalan dan omongannya nyelekit.
Sasuke langsung dapat dua filosofi.
Pertama.
Filosofi ubi, empuk, manis tapi bikin keselek. Dan sekarang banyak banget sifatnya cewek yang sama kayak ubi itu tadi. Cantik, manis, lemah lembut, tapi bikin sakit hati.
Kedua.
Filosofi kopi, pahit dan hitam tapi bikin candu. Dia pahit karena dia jujur, justru kalau dia manis namanya bukan kopi. Sama kayak Sakura, dia bakal ngomong apa aja yang ada di dalam benaknya tanpa menutupi. Kopi itu sama kayak Sakura, walaupun pahit tapi bikin candu.
Duh indahnya dunia kalau lagi jatuh cinta. Mendadak bisa langsung bikin kata-kata syahdu gitu. Tapi Sasuke bingung, sebenarnya dia ini bener-bener jatuh cinta nggak sih?
"Kak," panggil Sasuke pada Itachi.
"Apa?"
"Jatuh cinta tuh apa sih Kak? Gimana ciri-cirinya?" tanya Sasuke.
Itachi mengingat-ingat sesuatu.
"Jatuh cinta itu... Kalau kamu ketemu dia kamu tiba-tiba bahagia, mules, sesak napas, pusing, sakit jantung, komplikasi...."
"Parah banget," potong Sasuke.
"Dengerin dulu makanya," ucap Itachi.
"Iya."
"Jatuh cinta itu kalau kamu inget nama dia kamu tiba-tiba senyum-senyum nggak jelas, trus kalau denger suara dia kamu jadi deg-degan."
'Gue gitu nggak ya?'
"Menurut kamu, dia itu sempurna. Apapun yang dia lakuin bisa selalu bener. Bahkan saat dia marah pun dia jadi kelihatan cantik dimata kamu."
"Kamu bakal ngerasa sepi kalau nggak ketemu sama dia, walaupun itu baru tiga menit. Saat kamu jatuh cinta semua yang kamu lihat bisa berubah menjadi penuh warna, lagu-lagu yang kamu denger bakal dalem banget artinya. Kamu pengen ngelindungin dia setiap saat. Dan yang pasti, kamu nggak pengen ninggalin dia barang sedetik pun."
Sasuke diam. Jujur aja tanda-tanda yang disebutin sama Itachi hampir semua ia rasakan sama Sakura. Dia pengen tetep ngelindungin Sakura, pengen deket terus sama Sakura, dan tentunya dia nggak pengen jauh dari Sakura.
"Kenapa? Lagi jatuh cinta?" tanya Itachi.
Sasuke bingung mau jawab apa.
"Nggak pa pa sih. Kamu udah gede, Kakak udah nggak bisa ngurus-ngurus kamu lagi. Kamu kan udah bisa ngambil keputusan sendiri.
"Emang boleh kalau aku pacaran?"
"Ya terserah."
Sedangkan di tempat lain.
"Apa iya nilai gue turun gara-gara mikir cowok mulu?" ucap Sakura pada dirinya sendiri.
Ia kemudian membolak-balikan lembaran hasil ulangannya dan menatap grafik pencapaian nilainya yang menurun.
"Bener kata Kak Sasuke, gue nggak boleh mikirin masalah cowok mulu. Ntar kalau gue pinter cowok dateng sendiri. No doi no problem," ucap Sakura sambil menyibak poninya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Saku_blossom🌸
Kak, ayo ketemuan
Saku_blossom🌸
Aku udah hapal rumusnya
Sasuke.e
Dimana?
Saku_blossom🌸
Gazebo
Sasuke pun berdiri dari tempat duduknya.
"Sas mau kemana?" tanya Naruto.
"Gazebo."
"Gue ikut," ucap Naruto yang ikutan berdiri dari tempat duduknya.
"Gue juga," ucap Sai.
Sasuke merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ngapain juga ini bocah dua ikut-ikutan, padahal dia kan pengen berduaan aja sama Sakura.
Mereka bertiga berjalan menuju gazebo dengan Sasuke yang berada di depan. Sesampainya di gazebo ternyata Sakura udah nunggu di sana.
Dari kejauhan tampak Sakura yang melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum. Sasuke pun ikutan senyum walaupun samar, hampir aja dia balas melambaikan tangannya sampai dia tahu kalau ternyata yang 'disapa' oleh Sakura itu adalah Naruto yang berjalan di belakangnya.
"Kak Sasuke aku udah hapal tiga rumus," ucap Sakura bangga.
"Hn coba."
Sakura menyebutkan satu persatu rumus yang ia hapal, dan ia berhasil menguasai semuanya.
"Wah Sakura keren. Gue aja udah lupa sama rumusnya," ucap Naruto sambil tepuk tangan.
"Kan gue gitu loh," ucap Sakura sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Si jelek nggak usah pd dulu deh," ucap Sai.
Sakura menoleh ke arah Sai dengan tatapan sinis.
"Oh iya, waktu itu secara nggak langsung lu udah nipu gue!" ucap Sakura pada Sai.
"Salah gue apa lagi?" ucap Sai bingung.
"Lu nembak Ino, tapi kenapa lu mandang gue!?" ucap Sakura sewot.
"Gue deg-degan Ra kalau natap matanya Ino."
"Halah."
Sasuke hanya menatap datar mereka berdua. Harusnya Sai sama Naruto nggak usah ikut, sekarang Sasuke yang dianggap transparan kan jadinya.
Ketika Sakura, Sai, dan Naruto asik berdebat, Rock Lee datang. Sakura, Sai, Sasuke, dan Naruto yang menyadari kedatangan Rock Lee hanya bisa saling pandang. Sakura mandang Naruto, Naruto mandang Sai, Sai mandang Sasuke, Sasuke mandang Sakura, dan akupun sedih karena nggak dapat adegan pandang-pandangan.
"Sakura," ucap Rock Lee.
"Iya? Kamu Rock Lee kan? Ada perlu apa?" tanya Sakura.
"Aku mau bicara sesuatu sama kamu."
"Iya bicara tentang apa?"
"Langsung saja. Sakura jadilah pacarku, aku bakal lindungi kamu seumur hidupku," ucapnya sambil membungkuk.
"Hah!?"
"Hah!?"
☆Tbc☆
.
.
.
Akhirnya Sakura ditembak beneran 😱 Padahal Sakura udah bertekad nggak mikirin cowok lagi loh. Kira-kira bakal diterima nggak sama Sakura?
.
.
.
.
See you next time 😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro