Chapter 13
"Apa yang mesti gue lakuin buat ngehukum lu?"
"Apapun asal nggak jadi diskors."
'Semoga hukuman kali ini nggak ada hubungannya sama kak Sasuke,' batin Sakura.
Hening beberapa saat.
'Hukumannya harus buat dia selalu deket sama gue,' batin Sasuke.
"Oke kalau gitu... Gue minta sama lu tolong jauhin gue dari orang itu," ucap Sasuke sambil menunjuk seseorang di luar kelas.
Sakura dan Ino membalikkan badannya dan melihat ke luar kelas.
"Yang rambutnya merah?" ucap Sakura.
"Hn."
"Yang pake kacamata?"
"Hn."
"Emang kenapa?" tanya Sakura.
"Nggak perlu tahu," jawab Sasuke singkat.
"Ya udah deh iya," ucap Sakura sedikit terpaksa.
"Tapi surat pemberitahuan skorsnya?"
Sasuke mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia kemudian mengeluarkan selembar kertas.
"Ini?" tanya Sasuke, sedangkan Sakura segera menganggukkan kepalanya.
"Elu bakal ngelakuin hal yang gue katakan tadi?" ucap Sasuke.
"Iya deh tenang aja, gampang itu," jawab Sakura dengan wajah serius. "Tapi kak Sasuke harus batalin skorsingnya," ucapnya lagi.
"Kupegang kata-katamu," ucap Sasuke sambil mengulurkan tangannya.
'Aku terpaksa,' batin Sakura sebal.
"Iya janji," ucap Sakura sambil menyambut uluran tangan Sasuke.
Sasuke tersenyum tipis, ia kemudian menyobek surat pemberitahuan skorsing yang ia pegang kemudian meremasnya secara asal.
"Hah!" Ino terkejut.
"Tenang aja, itu cuma fotokopian," ucap Sasuke santai.
Sakura cengo di tempat.
"Lagian mana mungkin Bapak gua mau tandatanganin surat skorsing tanpa alasan."
"Nggak ada ceritanya siswa diskors cuma gara-gara salah sambung," ucap Sasuke, sedangkan Naruto yang duduk di sampingnya tertawa terbahak-bahak.
"Hei!! Apa-apaan!?" teriak Sakura tak terima.
"Sakura," ucap Ino menenangkan.
"Penipuan ini namanya!!"
"Lo udah buat janji."
"Udah Ra balik ke kelas aja yuk," ucap Ino membujuk Sakura yang sudah mulai meledak-ledak.
"Gue ditipu orang Ino!!" ucap Sakura pada Ino.
"Udah ayo balik," ucap Ino sambil menggandeng lengan Sakura dan menariknya keluar kelas.
"Kita pergi dulu ya kak," teriak Ino sambil menarik paksa Sakura.
Sepeninggalan Sakura dan Ino, Naruto masih setia dengan tawa garingnya.
"Lu kenapa ketawa mulu?" tanya Sasuke datar.
"Nggak habis pikir gue sama elu. Darimana elu dapet itu surat?"
"Kan gue udah bilang kalo itu fotokopian. Itu sebenarnya surat punyanya Shino, cuma waktu gue kirim ke Sakura gue potong bagian namanya."
"Bisa aja lu."
"Hn."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sakura duduk di bangkunya dengan wajah masam, di sampingnya ada Ino. Sedangkan Tenten dan Hinata duduk di bangku belakangnya.
"Nggak usah dimonyong-monyongin gitu," ucap Ino.
"Gue ngajak elu kesana tadi nggak ada faedahnya tahu nggak?" ucap Sakura sewot.
"Itu masalah lu sendiri Ra, gue nggak berhak ikut-ikutan. Tugas gue cuma nemenin lu doang."
"Trus gimana dong sekarang?"
"Lu udah nggak jadi diskors kan?"
"Iya gue tahu, tapi gimana sama perjanjiannya?"
"Masalahnya elu sendiri yang bikin janji, dan disana pun yang jadi saksinya nggak cuma gue doang ada Naruto juga," ucap Ino panjang lebar.
"Gue juga lihat kok. Walaupun cuma dari balik jendela," ucap Hinata dari bangku belakang yang dijawab anggukan oleh Tenten.
"Ya udah sih, musuh lu kali ini kak Karin."
"Ck," decih Sakura sebal. Ia kemudian melipat kedua tangannya dan menidurkan kepalanya.
"Jangan badmood gitu dong," ucap Tenten.
"Ya maaf karena nggak bisa bantu lu tadi," sesal Ino.
"Gakpapa. Salah gue juga."
"Gimana kalau nanti sore makan di montreal cafe?," ucap Hinata mencairkan suasana.
Krik.
.
.
.
.
.
.
.
.
Krik.
.
.
.
.
.
.
.
Krik.
.
.
.
.
.
.
.
.
Krik.
"Ya udah, gue yang traktir deh," ucap Hinata.
"YEAY BERANGKAT," ucap Sakura dan Ino dengan semangat empat lima.
"Males ih gue, males keluar rumah," sambung Tenten.
"Dasar Nolep," ucap Hinata.
"Males tauk. Gue nggak ikut lah."
"Terserah."
"Udah nggak badmood Ra?" tanya Ino yang dijawab gelengan kepala oleh Sakura.
"Gue paling tahu apa yang bikin mood lu meningkat," ucap Hinata.
"Ya iyalah, apapun itu kalau gratis pasti enak," jawab Sakura.
"Oke nanti sore gue tunggu jam lima, telat nggak jadi gratis ya."
"Iya-iya tenang aja."
"Eh Nat ini kan malam minggu, elu nggak ngapel?" tanya Ino.
"Gue nggak pernah ngapel, dia yang ngapel."
"Nah, Hinata rela nggak malam mingguan tuh demi elu," ucap Ino sambil menyenggol bahu Sakura.
"Iya No."
"Gakpapa lah sekali-kali malam mingguan sama sahabat. Kan nggak ada salahnya."
"Ya ampun Hinata baik banget sih," ucap Sakura sambil memeluk Hinata.
"Elu baru tahu kalau gue baik?"
"Nanti sore jam lima harus udah datang, gue tunggu di cafe."
'Yes makan gratis,' ucap Sakura dalam hati.
☆Tbc☆
.
.
See you next time guys 😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro