27. Foto Aib
Nova menceritakan, dulu Emi seperti biasa sebelum berangkat ke kampus akan datang ke kos Gita. Saat itu Gita sedang mandi jadi Nova yang ada di kamar menyuruh Emi masuk ke kamar dan menemaninya mengobrol sebentar sebelum Nova sendiri sibuk menanak nasi.
Di kos tersebut ada enam kamar yang mana setiap kamar dihuni sekitar tiga sampai empat orang dan membuat aturan masing-masing setiap kamar. Salah satunya jadwal memasak hari itu, giliran Nova yang memasak nasi.
Saat selesai mencuci beras, ia berpapasan dengan Gita yang baru selesai mandi. Memakai handuk di kepala, memakai kaos dan celana pendek selutut.
Gita masuk kamar lebih dahulu diikuti Nova yang berhati-hati melangkahkan kaki ke kamar karena sambil membawa beras berisi air.
Tiba di sana rupanya Gita sudah melepas kaus dan celana pendeknya. Handuk yang ada di kepala sudah pindah menjadi kemben. Karena sudah di kamar tentu hal seperti ini biasa dilakukan, apalagi semuanya juga perempuan.
Nova sibuk dengan rice cooker namun ia bisa mendengar suara cekikikan Gita dan Emi karena memang masih satu kamar.
Nova melirik ke Emi di mana perempuan itu rupanya mengarahkan kamera pada Gita yang tengah berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya yang basah. Tak ada lagi tawa cekikikan, yang ada hanya obrolan biasa Emi dan Gita soal dosen yang memberikan tugas tak wajar. Nova pikir bukan hal yang akan menjadi sebuah tragedi dan ia membiarkannya. Ia malah tiduran lagi di atas kasur yang sudah ditumpuk kemudian membaca pesan di ponselnya sendiri.
Rupanya setelah beberapa minggu berlalu, Gita yang malam-malam online sendirian di pojok kamar menangis. Nova yang mendengar suara itu langsung terbangun menghampiri Gita dan bertanya tentang apa yang terjadi.
Dari situlah Nova mengetahui bahwa fotonya yang sedang memakai handuk tersebar di room. Foto itu dijadikan foto profil salah seorang user baru yang diduga sebagai kloningan Emi karena hanya Emi yang tahu foto tersebut.
Karena foto profil itu, room menjadi ramai. Gita pun jadi bahan tertawaan secara tidak langsung ia pun dilecehkan secara verbal. Gita keluar dari room dengan rasa malu luar biasa ditambah lagi yang melakukan itu adalah Emi juga Reval. Emi yang memancing foto tersebut dijadikan foto profil sementara Reval malah menjadikan dia bahan olokan dengan teman-temannya.
Nova sebenarnya juga main game tersebut tapi jarang online karena tidak punya laptop. Kadang dibuka di warnet, itupun hanya beberapa saat ketika ia mencari bahan makalah atau mengetik di warnet baru ia bisa membuka akunnya.
Nova menenangkan sepanjang malam itu sampai Gita terlelap tidur dan esoknya ia mencari tahu tentang user baru yang memakai foto profil Gita semalam. Sayangnya akun tersebut sudah tidak terdeteksi lagi. Entah akunnya di-banned atau sengaja dihapus. Yang jelas sudah tidak bisa dilacak. Nova yakin bahwa itu adalah perbuatan Emi. Nova juga gregetan, bagaimana bisa Reval kekasih Gita bukannya membantu menenangkan malah semakin membuat lelucon tentang Gita.
Dari situlah awal mula kerenggangan Emi dan Gita. Emi tak lagi datang ke kos, begitupun sebaliknya.
Nova menceritakan kisah itu sambil mampir ke rumah Gita karena tidak mungkin juga membahas hal tersebut di warung es kelapa muda.
Setelah berpamitan tepat saat Aluna pamit berangkat mengaji. Nova berpesan pada Gita agar tidak usah mengungkit masa lalu. Jika pun bertemu, anggap saja angin lalu. Lagi phla kejadian tersebut telah sepuluh tahun yang lalu dan user lama pun sudah banyak yang vakum. Tidak banyak yang mengingat kejadian tersebut.
Setelah kepulangan Nova, Gita merenung sambil tiduran di kamarnya. Ia jadi takut membuka game apalagi bertemu dengan user lama. Bagaimana jika user tersebut adalah salah satu orang yang melihat foto profil setengah telanjangnya. Pasti ia akan diingatkan kembali tentang kejadian masa itu. Betapa malu dirinya.
Sungguh Gita tidak menyangka hal tersebut bisa terjadi. Betapa teganya Emi melakukan hal tersebut padahal hubungan Emi tidak ada masalah pelik apa pun. Ia dan Emi seperti teman lain yang dekat, saling berbagi apa pun. Makalah, kunci jawaban saat ujian, sering makan bersama bahkan juga sering main ke kos masing-masing.
Dengan agak ragu Gita membuka game. Gidak banyak user lama memang yang online kembali. Lagi pula juga sudah sepuluh tahun lalu. Meskipun ada mungkin juga tidak akan begitu mengingat. Gita berharap, bahkan mereka melupakan hal tersebut.
Dilihatnya banyak user baru yang sudah ia tambahkan ke daftar teman online di berapa room. Gita masuk ke sana menyapa sejenak tapi rupanya banyak yang hanya parkir abatar saja. Mungkin karena jam seperti ini masih pada kerja, sekolah atau sibuk. Tidak banyak obrolan yang terjadi sehingga Gita pun pindah ke room miliknya sendiri.
Baru juga ia masuk rupanya Vandies datang masuk roomnya.
_Permisi Kak boleh masuk nggak?_
_Van masuk aja_
_Makasih Kak. Kenapa di sini sendirian nggak gabung ke room lain? Di room punya Soji ada job loh Kak. Kakak nggak ikut?_
_Masa sih ada job. Minta ke siapa?_
_Ke siapa ya tadi tak lupa namanya kalau nggak salah ke lelembut. Aku tadi minta tapi belum di sana lama, soalnya aku sering DC masih kerja juga Kak. Nggak bisa lama-lama online_
_Oh gitu ya deh nanti aku ke sana minta kalau lagi senggang dan bisa online lama_
Sebenarnya Gita agak ragu mengikuti job karena pasti akan bertemu dengan banyak orang. Siapa tahu salah satu dari mereka ada user lama yang tahu kejadian kala itu. Job adalah istilah bagi para user yang stay di salah satu room tapi mendapatkan imbalan koin yang diberikan oleh owner room tersebut. Biasanya owner akan mengadakan job saat dirinya ulang tahun, hari jadian atau hanya sekedar iseng karena kebanyakan koin.
Apa pun alasannya bagi user lain hal tersebut adalah berkah. Selain bisa mendapatkan koin gratis juga bisa menambah teman. Banyak obrolan yang terjadi. Minusnya adalah karena saking banyaknya user yang berada di satu room tersebut bisa-bisa lag atau tiba-tiba tidak ada koneksi dan keluar sendiri saking sepenuhnya.
_Kakak lama nggak kelihatan online ke mana aja_
_Oh lagi sibuk di real kemarin dan kayaknya bakalan agak jarang online lama nih setelah ini_
_Lah kenapa Kak. Kakak repot apa nih kalau boleh tahu_
_Ada sedikit masalah aja yang baru aku tahu akhir-akhir ini. Main game aku pikir bisa jadi hiburan ternyata bisa jadi hal yang menakutkan juga_
_Jangan takut sama game dong Kak. Kan ada aku yang jagain Kakak. Kakak loh bisa cerita sama aku kalau ada masalah di sini. Meskipun aku nggak bisa bantu setidaknya kan aku bisa jadi tempat sampah buat Kakak_
_Emang kamu mau jadi tempat sampah? Jangan lah, kotor_
_Kalau buat Kakak sih apa yang enggak_
Kedatangan Vandies setidaknya memberi penghiburan bagi Gita. Mungkin ia tidak terlalu ragu lagi bermain game ini. Jika bertemu dengan user lama, mungkin Gita bisa menghindari atau mungkin ia ganti nama saja ya biar orang tidak mengenali id-nya. Ah sepertinya itu ide yang bagus.
_Aku off dulu ya Van. Oh ya kayaknya aku bakalan rename. Tapi kan kamu ada riwayat PM sama aku, pasti ketahuan kan kalau itu aku_
_Kenapa kok rename Kak?_
_Nggak papa mau cari suasana baru aja. Sama kayak kita mau potong rambut cari suasana yang beda_
_Suasana boleh beda loh Kak tapi perasaan jangan ya. Harus tetap sama apalagi perasaannya sama aku. Jangan berubah Kak_
_Hahaha. Apaan sih kamu ada-ada aja. Udah aku mau off dulu_
_Kakak nanti malam on nggak_
_Gak tau deh nanti. Oh ya kamu tahu nggak info yang jualan koin di mana. Aku kemarin dengar ada yang jualan koin di salah satu user. Aku mau beli soalnya kalau beli aplikasi kan mahal_
_Ada Kak nanti aku screenshot kan ya Ii penjualnya atau ke langgananku. Biasanya harganya lebih miring. Emang Kakak mau beli apa kok pengen top up_
_Mau beli DJ di room ku biar kalau nggak banyak teman online bisa nongkrong di room sendiri aja_
_Kakak WL aja DJ-nya biar aku belikan. Aku kan lagi VIP pasti dapat harga yang murah_
_Loh kamu kenapa mau beliin aku DJ?_
_Nggak papa Kak, WL aja ya. Kalau kakak gak WL aku nggak mau temenan lagi sama Kakak loh_
Gita merasa aneh saja padahal ia dan Vandies bertemu beberapa minggu. Memang sih ia sudah merasa nyaman tapi untuk membelikan barang yang sifatnya mahal ketimbang hanya pakaian Avatar yang lebih murah sepertinya terlalu berlebihan.
_Kok gitu sih ngancemnya. Aku yang nggak enak. Udah aku mau top up aja kamu nggak usah beliin aku DJ. Aku bisa beli sendiri kok_
_Nggak papa kakak WL sekarang ya_
Gita tak menanggapi. Ia langsung off karena sudah sore. Ia belum mandi dan belum ashar juga.
Rupanya Vandies menunggu sampai malam. Gita juga tidak online dan tidak menyematkan DJ di barang yang menjadi daftar keinginannya untuk dibeli
***
"Aku minta uang ya mau top up game," kata Gita minta izin kepada Tama.
Tama yang sedang mengunyah jambu air sambil menonton bola menoleh.
"Tumben kamu top up mau beli apa?"
"Beli DJ biar kalau nggak ada teman online aku bisa rebahan di kamar sendiri."
"Terus kalau kamu udah beli DJ, siapa yang masukin ke room. Kan nggak bisa ngedit room dari HP," kata Tama mengingatkan.
"Oh iya ya. Eh kan ada laptop kamu, bisa lah kamu download-in dulu biar nanti aku yang masukin sendiri. Aku juga mau dekor. Masak dari dulu room ku cuma ada pohon aja sama ayunan."
Tama mengernyitkan hidung. "Dasar. Ya udah nanti aku download dulu, Yang, tapi kamu yang dekor sendiri. Aku males main game lagi. Di kantor aja udah repot, paling aku online juga kamu tahu sendiri aku dengerin musik di room orang."
"Iya beres kok."
Gita pun mengambil laptop milik Tama di kamar. Menyerahkannya pada Tama untuk di-download kan. Setelah menunggu beberapa saat sambil Gita mengambilkan minum untuk Tama, game tersebut selesai di download.
"Nih udah aku download tapi mainnya besok aja, ini udah malam. Kalau kamu main game sekarang pasti nggak bakalan tidur. Kan aku udah bilang ya sama kamu, Sayng main gamenya ingat waktu."
"Iya, Sayang aku tahu kok. Makanya aku jarang online malam kan sekarang paling siang aja kalau nggak ada kerjaan di rumah."
Gita menurut pada Tama karena cerewetnya Tama melebihi cerewetnya Sofi. Sangat memekakkan telinga. Makanya i sekarang jarang online malam. Jika pun online hanya sampai jam berapa lalu tidur, tidak sampai larut malam seperti kemarin-kemarin.
"Kamu mau beli koin di siapa, Sayang? Di aplikasi kan mahal."
"Ada kok kemarin aku dikasih temen beberapa user yang jualan. Dari harga yang paling murah sampai yang paling mahal."
"Iya nanti aku transfer uangnya buat kamu jajan koin."
"Oh ya kemarin Nova datang terus dia ngasihkan undangan. Bulan depan mau nikah. Kamu masih ingat sama Nova kan. Temen kost yang sekamar sama aku itu?"
"Iya ingat yang bulat itu kan pipinya."
Gita tertawa dengan penggambaran Tama soal Nova. "Ih kok gitu sih, masa bulat. Gitu-gitu kan temenku juragan beras sekarang."
"Iya iya. Dia masih di Blitar?"
"Masih. Jadi nanti kita nikahannya datang ke Blitar motoran berdua aja, Aluna titip ke Ibu."
"Ya bisa diatur lah nanti."
"Terus dia cerita soal kejadian fotoku pakai handuk dulu."
Tama langsung menghentikan kunyahan jambu air yang sedang berada di mulut. Menoleh pada sang istri yang menunduk sambil memainkan bantal di pangkuan.
"Ada apa sama kejadian itu. Kenapa Nova ngungkit lagi soal foto aib kamu?" Nada suara Tama terlihat marah saat Gita menyinggung soal foto.
"Nggak papa. Kita ngobrol biasa aja kok nggak sengaja bahas soal foto aku handukan."
Melihat ekspresi Tama yang garang membuat Gita merasa bersalah. Kenapa ia malah mengungkit hal ini dalam obrolan bersama Tama.
"Jangan ingat-ingat lagi. Aku udah banned akun itu biar nggak bisa muncul lagi. Aku yakin itu akun kloningan temen kamu. IP nya aja sama karena ada temenku yang bisa melacak."
Gita tak menyangka bahwa hilangnya akun tersebut ada campur tangan Tama. Padahal dulu mungkin ia dan Tama masih menjadi musuh bebuyutannya, tapi laki-laki itu malah melakukan hal yang tidak diduga.
"Aku udah bilang berkali-kali sama kamu loh, Sayang. Nggak usah ungkit masa lalu yang menyakitkan itu. Walaupun ketemu sama temen-temen lama, usahakan nggak usah bahas yang malah bikin kamu stres lagi. Kalau kamu ketemu lagi sama Emi sama Nova sama Reval sekalipun kamu nggak usah kalah dan terbawa suasana. Anggap aja angin lalu semua. Senyumin aja, Sayang. Mereka lihat kamu masih pakek handuk. Tapi kalau aku udah buka dan lihat semuanya. Jadi yang untung aku, bukan mereka."
Mendengar nasehat dan juga candaan Tama membuat suasana sedikit cair. Gta mencubit lengan Tama. "Ih kamu bisa aja. Iya, ya yang udah buka dan lihat semuanya. Bangga banget kayaknya."
"Harus dong kan aku orang yang pertama lihat dan ngerasain langsung secara nyata."
Gita tertawa lantas Tama langsung mendaratkan ciuman di bibir. Lambat laun Gita yang kaget pun menikmati ciuman Tama. Dua mata terpejam. Hanya dua bibir yang saling beradu, menciptakan alunan nada berdecap yang berlanjut ke dalam kamar dengan rintihan dan erangan dari dua manusia yang lupa mematikan lampu dan televisi karena buru-buru masuk kamar.
________________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro