Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4

.
.
.

Matahari telah tidur, digantikan oleh bulan yang ditemani dengan ribuan bintang. Kini, Riku tengah membuka surat kedua di ruang latihan.

Masih bingung?
Ayo, jangan terburu-buru.
Pikirkan dengan matang!

salam
🌸

Riku mengembungkan pipinya, kesal karena merasa diejek oleh surat ini. Merasa sia-sia, ia berbaring di atas bidang datar ini, menatap langit-langit dorm yang berwarna putih.

Padahal penggemar mereka sudah tambah banyak, mereka juga sudah makin dekat, kenangan mereka sudah banyak, hal-hal yang mereka lalui―baik suka maupun duka.

Tapi, kenapa Nagi ingin pergi ke Eropa...? Ia 'kan member IDOLiSH7 juga. Atau jangan-jangan karena masalah lagu yang akan mereka nyanyikan? Apakah Nagi takut jika dirinya akan emosional?

Riku mengangkat tangannya, sama seperti yang ia lakukan sebelum nama IDOLiSH7 resmi. Mencoba menggapai cahaya lampu yang sangat terang.

"Kau ini, bodoh atau gimana? Sudah tau asma tapi malah berbaring di tempat yang dingin, hah," celetuk Iori yang muncul secara tiba-tiba sembari menyilangkan kedua tangannya.

"H-hah?!"

Jujur saja, Riku emosi jika dikatakan seperti itu oleh sosok yang lebih muda darinya―walau memang itu adalah kenyataannya.

Kau muncul, dengan membawa kedua botol air. "Ya, kalian berdua berhenti bertengkar. Riku-kun, yang dikatakan Iori-kun benar lho. Kau harus menjaga kesehatanmu."

Iori menerima kedua botol itu.

Sampai [Name]-san pun bicara seperti itu..., batin Riku.

"Uh, iya, aku salah..." Riku memasang wajah cemberut. Membuat sang partner memalingkan wajahnya, menutupi rona merah yang menjalar dengan tangannya.

Melihat kelakuan kedua pemuda ini, kau hanya menggelengkan kepalamu.

"Jangan terlalu larut berpikiran soal suratnya, Riku-kun. Baiklah, aku pergi dulu. Dadah kalian berdua!"

Iori mengangkat alisnya, "surat?"

Riku mengerjapkan matanya lalu melirik surat yang masih ia pegang. Ia tersigap dan sontak menyembunyikan suratnya, membuat sosok yang lebih muda darinya itu mengernyit curiga.

"I-itu... Ini surat dari penggemar kok, Iori!" elaknya.

"Oh, kalau dari penggemar, kenapa kau bersikap mencurigakan seperti itu?"

Riku menegak salivanya, "siapa yang mencurigakan!"

Iori hanya menggelengkan kepalanya sembari berdehem pelan. "Kawaii hito da na."

"Eh?"

"Bukan apa-apa. Jangan terlalu larut, oyasumi."

Iori meninggalkan ruang latihan. Riku menatap punggung Iori yang membelakanginya hingga menghilang dari peredarannya, refleks saja dirinya berbaring―lagi.

Diluar, kau tengah bersandar di dinding. Nampaknya telah selesai menguping sampai Iori keluar dari sana.

"[Name]-san, kau 'kan yang mengirim surat itu?" Iori bertanya tanpa menatap dirimu.

Kau tertawa kecil, "bagaimana kau tau, Iori-kun? Yah, aku hanya penasaran saja apa yang dipikirkan Riku-kun."

"Hmph, jangan membuatnya tambah pusing. Dia itu... hah..."

"Soal darimana aku tau, itu dari―" Tepukan pelan di bahunya mendarat, ia menoleh, menatap dirimu.

"Sogo-kun 'kan? Dukung saja dia. Kalau dia bertanya sesuatu, jawab saja. Dan kau sendiri, bagaimana perasaanmu mengenai Nagi yang ingin pergi?"

"..."

Dan malam itu, berakhir dengan sosok biru tua yang diam, tak kunjung menjawab pertanyaan darimu. Sedangkan sosok merah, nampaknya telah menemukan jawabannya―ia harus mengeluarkan isi hatinya, apa yang ia rasakan.

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro