Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

.
.
.

Kemarin, setelah menemui manajer, dirinya ingin bertanya mengenai surat tersebut. Namun Riku merasa takut―bagaimana kalau nantinya jika ia bertanya malah tambah membuat beban dirimu yang merupakan manajer.

Sarapan kali ini, ia terlihat lesu. Tentu saja, kau memperhatikan gelagat pemuda ini. Tidak biasanya pemuda penuh energi itu terlihat tidak bersemangat seperti kali ini.

"Riku-kun? Apa ada masalah?" tanyamu dengan sedikit was-was takut menyinggung nantinya.

Riku tidak merespon, sibuk dengan makanannya juga lamunannya. Kau berkali-kali memanggilnya, hanya saja Riku tidak meresponnya sama sekali.

Hingga sebuah tubrukan kencang mendarat, menubruk punggung sang center.

"Uhuk!"

Riku hampir saja muntah jika ia tidak bisa menahan dirinya. Yah, setidaknya ia telah kembali ke kenyataan walau caranya agak... sedikit kasar dan juga tidak sengaja.

Ia meringis lalu menoleh, mendapati Sogo dan Tamaki yang sedang beradu―Sogo dengan senyuman creepy-nya, sedangkan Tamaki dengan wajah ketakutannya―mereka baru saja memasuki daerah dapur.

Yah, sang pelaku kecelakaan adalah Tamaki. Pria itu berusaha menghindar dari amukan Sogo.

Kau panik, tentu saja. Dengan cepat kau mengambil tisu lalu mengelap sedikit sudut bibir Riku yang belepotan makanan.

"M-manager..." Riku tidak bisa menahan rona merah di wajahnya.

"A-aku bisa sendiri kok!" elaknya.

Kau masih sibuk mengelap, "duh, jadi berantakan begini. Sogo-kun dan Tamaki-kun, ini masih pagi lho." Kau berujar, memperingatkan kedua sosok itu dengan wajah facepalm.

Sogo mengerjap lalu tersenyum bersalah. "Eh, maaf [Name]-san. Aku tadi memperingatkan Tamaki-kun tapi dia tidak mau dengar."

"Oh yah, Riku-kun, bagaimana soal suratnya? Apa itu benar-benar teror?" tanya Sogo berusaha mengalihkan topik.

"S-surat apa? Teror?!" Kau sedikit bertanya dengan nada gemetaran.

Riku bergumam, mengusap dagunya sembari berpikir. "Sepertinya bukan teror sih―! Eh, tunggu... tau darimana?!"

Sogo tertawa kecil sembari mengibaskan tangannya, tak memberi jawaban, kemudian beranjak pergi meninggalkan dapur. Tamaki masih diam, sepertinya ia sedikit trauma dengan sosok Sogo yang memiliki senyum seram.

"Surat apa, Riku-kun?" tanyamu.

"Ehm, surat yang berisi masalah Nagi-san..."

Kau terdiam, lalu mengibaskan tangan kananmu. "Surat begitu tidak usah dipikirkan, Riku-kun fokus saja dengan sarapannya dulu."

"Oh iya! Makanannya hampir saja lupa!"

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro