Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2

.
.
.

Diam. Itulah yang Mitsuki lakukan ketika mendengar perkataan Riku. Merasa tak enak, pemuda yang menempati posisi center ini segera saja tertawa hambar.

"Haha, lupakan. Mungkin saja ini keisengan seseorang!" elak Riku lalu memasukkan surat tersebut ke dalam kantung celananya.

Mitsuki masih diam, tak bergeming, tak sedikitpun membalas perkataan Riku. Butuh beberapa waktu hingga terdengar balasan berupa helaan napas dari Mitsuki.

Pria dengan tinggi rata-rata itu hanya mengulas senyum, "yah, berhati-hatilah dalam meladeni orang-orang seperti itu. Baiklah, aku pergi dulu dengan Iori. Bye bye, Riku!"

Mitsuki melangkah, berjalan membelakangi Riku, keluar dari dorm. Riku mengerjapkan matanya, menegak ludahnya dan menunduk.

"Uh, berbohong seperti tadi tidak baik," ujarnya sembari memperlihatkan surat kedua.

Di tangannya, ia menggenggam surat tersebut, memperhatikannya dengan seksama. Alisnya tertaut kemudian ia kembali masuk ke dalam kamarnya, memikirkan dengan keras surat pertama dan kedua.

Surat yang memakai stempel bunga sakura itu sungguh mengganggunya.

Ia berjalan ke tempat dimana ia menyimpan surat pertama, mejanya. Membuka laci kemudian membandingkan dengan surat kedua―sama persis tampilannya.

"Penulisnya berarti sama, tapi kenapa dia bisa tau soal masalah ini? Orang dalam, 'kah?" gumamnya.

Surat pertama ia buka, kemudian irisnya bergerak, bibirnya berucap sesuai kata yang tertera di dalam sana.

  
 
Halo, center IDOLiSH7!

Ah yah, kudengar Nagi akan keluar...
Bagaimana? Apa kau bisa mengatasi masalah yang baru saja menimpa unitmu?
Kalau kau mau, bisa kirimkan balasannya dan taruh saja di pohon Sakura yang paling dekat dengan dorm-mu^^

salam,
🌸

 
  

"Uh..."

Riku mengerang, pusing dengan segala kerumitan ini. Ia ingin bertanya banyak kepada sang penulis, tentang bagaimana bisa dirinya tau masalah ini, siapa dirinya, dan bagaimana solusi untuk menghadapi masalah terbesar unitnya.

Tak ingin berlama-lama, pemuda bersurai merah itu memutuskan untuk kembali melipat suratnya, memasukkan ke dalam laci, begitu pula dengan surat keduanya.

Ia masih tidak ingin membaca surat kedua, walau rasa penasarannya tinggi. "Aku pergi menemui manager saja deh, daripada menderita berpikir lama-lama."

.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro