ீ҉͜ৡৢ͜͡⚡Bertemu
Fuuta termenung, sendirian di sebuah Taman bunga di tepi jalan raya yang ramai lalu lalang kendaraan. Ia melamun, mengingat beberapa kenangan masa lalu yang masih membekas di ingatannya hingga kini. Mengingat sosok yang ia rindukan, sosok yang amat ia sayangi.
"Sakutaro-nii....,"
Mulutnya mengucapkan sebuah nama, nama yang sama yang selalu ia sebut saat memegang saxophone miliknya, yang ia anggap sebagai rekan terbaik selama ini.
Sakutaro, itulah nama yang kerap kali ia sebut, seorang kakak yang amat ia rindukan. Kakak yang dulu selalu ia jenguk ke Rumah Sakit, kakak yang dulu selalu menemaninya kala bersedih, kakak yang dulu selalu memberikan semangat dan dukungan.... Kini telah tiada.... Dan digantikan dengan Saxophone kesayangan miliknya, yang selalu Fuuta bawa kemana-mana.
Sementara sesosok bayangan pemuda yang hampir mirip dengan Fuuta, namun dengan ahoge berbeda bentuk tengah memandangi si empu yang sedang menahan tangisan. Ia ingin sekali menghampirinya, ia ingin memberikan pelukan hangat untuk Fuuta, naum ia tak bisa.
Apakah ia akan bisa kembali memeluk Fuuta?
Apakah ia akan bisa kembali bersenda gurau bersama adiknya itu?
Yahh, Sakutaro ingin melakukan itu. Ia ingin menikmati waktu - waktu yang terbuang, ia ingin kembali menikmati masakan sang Ibu, ia ingin kembali bermain bersama Fuurai.
Namun apa daya....
Keadaan tidak memungkinkannya untuk dapat melakukan semua itu. Tapi, ia amat merindukan masa - masa indah itu. Sakutaro tersadar dari lamunannya tatkala ia mendengar isakan dari sang adik.
"Hiks.... Hiks.... Selama ini aku berpura-pura, hiks.... Seolah aku menganggapmu tanyalah sebuah Saxophone... Tapi, aku melakukan itu agar yang lain tidak sedih karena aku....," Gumam Fuuta sambil menatap Saxophone kesayangannya.
"Tapi aku merindukanmu... Hiks... Hiks.... Sakutaro-nii... Andai waktu dapat terulang kembali, aku ingin mengambil semua waktu kita yang terbuang, aku ingin bersamamu lagi....," Imbuhnya lagi meratapi masa lalu. Sakutaro yang melihat itu juga dapat merasakan apa yang sekarang Fuuta rasakan.
Tanpa ia sadari, air matanya mengalir deras. Sakutaro dan Fuuta benar-benar terikat. Walaupun kini mereka berbeda alam, namun hati mereka tetap terikat. Seperti layaknya hubungan baik yang benar-benar dijaga sepenuh hati.
Sakutaro tersenyum simpul ditengah tangisannya, lalu ia berucap, "Fuuta, aku juga ingin bersamamu lagi.... Aku ingin memelukmu lagi. Haha, adikku, adik kecilku sekarang sudah besar ya.... Bahkan kaulah yang menjadi vokalis Fuurai sekarang,"
Sakutaro menatap telapak tangannya sendiri, apa ini? Tidak transparan lagi? Dia... Nyata?
"Kami-sama.... Apakah ini misi yang kau maksud?" Batin Sakutaro sambil melihat beberapa bagian tubuhnya yang bisa ia lihat. Dan benar saja, semuanya nyata. Benar-benar nyata.
Sakutaro kembali tersenyum simpul, lalu ia berjalan menuju ke arah deretan Toko untuk membeli segala yang ia butuhkan. Tunggu, darimana dia mendapatkan uang? Entahlah, tak ada yang tau.
-
-
-
-
Keesokan harinya, Fuuta berjalan sendirian. Angin musim semi mulai berhembus, memberikan kehangatan dan menaikkan suhu udara yang semula dingin.
Dari arah berlawanan, Sakutaro berjalan dengan santai. Ia tau, ini sedikit buru-buru. Tetapi, hari ini adalah hari dimulainya musim semi. Dimana bunga-bunga bermekaran.
"Hari ini, hari dimana beberapa tahun lalu aku menikmati awal musim semi terakhir bersamamu, aku merindukanmu, Sakutaro-nii," Batin Fuuta yang terlarut dalam lamunannya.
Keduanya kini larut dalam lautan nostalgia, yang membuat mereka hampir bertabrakan. Saat pundak mereka bersentuhan, secara bersamaan mereka tersadar dari lamunannya masing-masing.
"Gomen, aku hampir menabrakmu,"
"Ah tidak apa-apa kok! Justru aku yang harusnya minta maaf," Sahut Fuuta sambil tersenyum riang.
"Wah, bunga Sakura mulai mekar,"
"Wah kau benar, ayo lihat!"
Hiruk-pikuk orang mulai memadati area Taman Sakura tempat mereka berada kini. Sakutaro tersenyum lembut pada Fuuta lalu berujar, "Hey, ayo kita melihat Sakura mekar bersama. Apa kau mau?"
Fuuta mengangguk, "Ya! Aku mau, walaupun kita baru pertama kali bertemu, tapi....,"
Fuuta menjeda kalimatnya. Lalu ia tersenyum simpul kepada sosok yang ada di hadapannya itu.
"Aku merasa kita seperti sudah terikat. Ayo," Imbuhnya lagi. Lalu ia menarik tangan Sakutaro menuju ke arah pohon Sakura yang bunganya masih kuncup. Mereka melihat pohon itu sambil saling merangkul satu sama lain.
Pohon Sakura yang ada dihadapan mereka kini mulai merekahkan bunganya, sangat indah. Bahkan mereka terbawa kenangan masa kecil mereka, Fuuta yang menyadari air mata pria disampingnya mengalir langsung menoleh ke arahnya.
"Hey, apa kau mengingat sesuatu? Atau.... Seseorang? Kenapa kau menangis?" Tanya Fuuta bertubi-tubi. Sakutaro yang sedikit tersentak langsung menghapus air matanya. Lalu ia menjawab pertanyaan sang adik yang tidak mengenalinya itu.
"Aku merindukan adikku, adikku sudah tiada. Dia meninggal saat masih SMP,"
Fuuta terbelalak kaget, lalu ia mencoba untuk bersikap biasa saja, seolah ia tidak ingat siapa nama kakaknya.
"Ya, aku tau perasaanmu. Aku juga kehilangan kakak ku, tapi, dia meninggalkan ini untukku. Sakutaro." Fuuta menunjukkan Saxophone yang selalu ia bawa kemana-mana itu.
"Ah iya, kita belum berkenalan. Boleh aku tau namamu?" Tanya Fuuta lagi.
"Panggil saja Taro. Aku hidup sebatang kara sekarang, keluargaku sudah meninggal semua. Dan kau? Siapa namamu?"
"Ore wa Kaminoshima Fuuta desu! Yoroshiku onegaisimasu Taro-san," Ucap Fuuta memperkenalkan diri lalu membungkuk 90° pada Taro (Sakutaro).
"Ahh kau ini menggemaskan!" Seru Taro sambil mencubit pipi Fuuta dengan gemas setelah ia menegakkan badannya.
"Ne ne, ayo kita berteman~" Pinta Fuuta dengan wajah cerianya. Tentu saja Taro mengangguk, ini adalah sebuah misi yang harus ia jalani.
Memakai nama lain agar tidak dikenali oleh adik dan teman-temannya semasa dulu, mengubah sedikit penampilan dan gaya rambut, apapun ia lakukan agar mereka tidak menyadarinya.
-
-
-
-
Hari ini, Taro dan Fuuta memulai awal musim semi dengan pertemuan pertama mereka. Mereka menghabiskan hari ini bersama dengan melakukan banyak hal, bermain baseball, Jalan-jalan menyusuri Taman Sakura, dan lain sebagainya.
Kini, mereka sedang menikmati makan siang dengan menggelar tikar di tengah Taman Sakura sambil menikmati pemandangan musim semi yang baru saja dimulai hari ini. Mereka sepakat membeli kroket untuk makan siang, tidak hanya itu, mereka berdua juga membeli minuman dan beberapa camilan.
"Terimakasih untuk hari ini ya, Fuuta,"
"Sama-sama Taro-san, aku senang menikmati hari ini bersamamu. Ano, boleh kita bertukar nomor telepon?"
"Ahaha, tentu saja boleh. Berikan ponselmu, akan ku masukkan,"
Dengan senang hati, Fuuta memberikan ponselnya pada Taro. Taro menerimanya kemudian memasukkan nomor kontaknya ke ponsel Fuuta, lalu ia melakukan misscall ke nomornya sendiri menggunakan ponsel Fuuta.
Betapa terkejutnya Taro saat melihat wallpaper layar kunci Fuuta setelah mematikan misscall. Ia masih tak menyangka, Fuuta masih menyimpan foto saat ulang tahun Fuuta waktu masih SMP. Tak perlu waktu lama, Taro mengembalikan ponsel itu pada Fuuta.
"Sudah, mulai sekarang kita bisa berhubungan walau jauh," Ujar Taro sambil memberikan ponsel itu pada Fuuta.
"Nee, kalau ada waktu ayo jalan-jalan bersama lagi, tapi aku akan mengajak teman-teman satu band ku saat kami tidak ada jadwal, ehehe. Boleh?"
"Tentu saja. Dengan senang hati aku akan ikut. Nah, sekarang ayo makan, aku sudah lapar," Taro terkekeh di akhir kalimatnya. Fuuta mwnanggapinya dengan anggukan dan senyuman cerianya. Kemudian mereka memulai melahap semua makanan yang mereka beli.
TBC
.......................................................
Yoo~ semoga kalian suka ya. Chapter kedua masih proses ehehe. Terimakasih bagi yang sudah mampir~
Sore jaa bye bye~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro