Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"Titip jagain putri saya."


Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

SUDAH gue duga keberangkatan tim ATW pasti mengundang perhatian orang-orang di terminal 3 Soetta. Gabungan sekuriti bandara dan kru Panorama TV dikerahkan supaya kami punya space buat shooting. Nggak seberapa crowded sebenarnya, lagian kami bukan boyband asal Korea dengan jumlah fandom terbesar, tapi setiap menit ada saja 2-3 orang yang mendekat, mau merekam atau foto bareng. Lumayan repot kalau nggak ada yang handle situasi.

Tapi, ada yang lebih heboh lagi: nyokap gue dan Sri.

Asli, yang bakal berangkat gue, yang dari semalem heboh nyari referensi airport looks malah mereka. Katanya supaya nggak burik-burik amat pas foto bareng travelers lain, apalagi Pita Janari. Gue garuk-garuk kepala. Perasaan gue nggak bilang keluarga boleh foto bareng travelers, cuma sebatas ikut nganter doang.

"Bude, Kak Pita aslinya uwayu tenan, tho!" Waktu Pita baru turun dari Alphard di drop zone, Sri berbisik-bisik bareng nyokap di belakang gue, yang sayangnya terlalu berisik sampai gue juga bisa denger. Gue melirik sedikit, Sri sampai memeluk lengan nyokap gue saking excited.

Nyokap balas berbisik, "Ayu seperti Sri. Nanti kita foto bareng, ya? Iya kan, Hans?" lalu mencubit lengan gue untuk kesepuluh kalinya.

Gue meringis, udah cukup malu waktu Sri dengan perkasa maju minta foto bareng Pin, Milly, dan Pak Adiatama. Thank God ketiganya mengabulkan permintaan Sri dengan tawa senang. Saat ini, gue lebih takut sama Pita Janari.

Setelah take cipika-cipiki basa-basi dengan Milly, tatapan cewek itu menusuk ke gue. Apa? Dia marah gue follow instanya? Nggak mungkin, baru juga setengah jam, palingan belum sadar.

Dia berjalan mendekati gue, tiba-tiba tersenyum cerah mengulurkan tangan. Drastis banget. "Kak Hans, udah lama?"

Ada dua kru mengikutinya dengan kamera terangkat. Pantesan manis. Gue menjabat tangannya. "Mayan, Pit, gue sama Pin udah habis satu, nih." Gue menunjukkan paper cup kopi yang sebenarnya baru aja kosong di tangan. "Kenapa lo? Macet?"

Dia mengangkat bahu. "Biasa, Kak. Tadi saya emang berkali-kali recheck bawaan, sih. Di Tokyo lagi winter, kan, ya? Winter perdana saya, Kak, jadi bener-bener harus prepare."

"Hohoho, newbie-nya dateng, nih. Gede amat itu tas kabin, lo mau minggat atau tereliminasi atau gimana, Pit?" Pin merangkul gue, menunjuk handbag Pita dengan dagu.

"Yee, backpack lo lebih makan tempat dari punya gue, Kak," protes Pita, menggepuk tas di punggung Pin. Kamera mendekat dari samping waktu dia bilang lagi, "Ntar ganti di Haneda, kan? Gue tinggal lapisin sweater sama down jacket aja cukup kali, ya?"

"Cukup banget kalau masih Tokyo, kecuali nanti maen ski. Iya, kan, Abi?" Milly bergabung sambil menggendong Abigail, balitanya. "Gue bawa long coat, sih, kalau lo angetan pakai punya gue ntar tukeran aja."

"Thank youuu, mamanya Abi!" Pita menciumi tangan Abigail yang tertawa kegelian. "Abi, yuk kasih kuis buat Travel Buddies. Eh, anak lo boleh kesorot nggak nih, Kak?"

"Gue sih boleh, terserah Pak Produser. Gimana, Pak? Saya nggak minta endorse fee, kok," tanya Milly, yang langsung dibalas tawa dan acungan jempol Pak Hamdan di belakang kameramen.

Salah satu strategi tim ATW supaya tetap engage dengan penonton adalah rutin ngasih kuis yang relevan di setiap episode. Segmen kuis pilot episode* season ini dibuka oleh kami berempat plus Abigail yang nyempil di tengah-tengah gue dan Pita. Iya, bingung juga gue kenapa dia langsung nempel sama Pita. Masih bocah tau aja yang bening.

*episode perdana

"Jadi gitu, ya, Buddies. Gue ulang sekali lagi. Pertanyaannya: sebutkan kota pertama yang bakal kami datangi setelah sampai di Tokyo! Travel Buddies pasti bisa jawab kalau nonton episode ini sampai selesai." Milly merangkum sambil menggerakkan tangan di depan kamera.

Pin menyahut, "Yep. Dan buat Buddies sekalian yang sudah tahu, bisa langsung ketik dan kirim jawabannya ke ...."

"Ke postingan terakhir di Instagram kita [at] aroundtheworld," sambung Pita, menunjuk ke kanan dengan telunjuk Abigail, "atau mention ke Twitter kita [at] aroundtheworld," lalu berganti menunjuk ke kiri, di mana nantinya editor akan memunculkan icon dan username Instagram dan Twitter tersebut.

"Dan, Travel Buddies, jangan lupa batas waktunya: maksimal 3x24 jam setelah episode ini tayang," tambah gue. "Kami bakal mengundi masing-masing satu pemenang dari Instagram dan Twitter yang berhak mendapatkan suvenir cantik asli dari Jepang, yang akan diumumkan di episode depan. Oke, Buddies, sekarang waktunya kita counter check-in dulu."

Kami berempat melambai ke kamera utama sampai Pak Hamdan berkata, "Cut!" dan mengakhiri segmen ini. Waktunya berpamitan dengan para pengantar. Nyokap memeluk gue sambil ngasih wejangan safe travel, setelah itu gue menepuk kepala Sri sebagai salam perpisahan.

Sri menarik dan merapat di lengan gue, menunjukkan tampang memelas. "Bang, ayo mintain foto Kak Pita."

Gawat. Gue kira dia udah lupa.

"Kemarin kan udah video, Sri?" bujuk gue.

"Bang, yang ini mau aku pamerin ke Mas Liam!"

Gue mengunyah lidah. Kagak bakal Liam ngiri sama foto bareng seleb. Tapi melihat raut mengancam Sri, gue nggak yakin dia bakal nyerah merayu gue. Gue melirik ke sebelah di mana Pita lagi pamitan sama ... siapa? Bokapnya, gue rasa?

Bokapnya kelihatan cukup dekat sama Pin. Bapak itu tersenyum dan menepuk lengan Pin dua kali, "Saya titip jagain Pita, ya, Nak Pin."

Sementara Pita ketawa dan menampik dengan bilang bahwa dia bukan anak kecil, gue meringis eneg. Apaan titip jagain segala. Klasik.

"Kak Pita, permisi maaf mengganggu. Boleh minta foto bareng, nggak? Sekaliii aja."

Gue melongo. Gue celingukan. Sri menghilang dari sisi gue dan entah sejak kapan pindah di samping Pita yang tampak kebingungan. Mampus gue.

Segera gue hampiri mereka dan menjelaskan, "Ah, sorry, Pit. Adik gue, nih, sorry banget," sambil menepuk kepala Sri.

Pita bergeming. Gue menelan ludah. Ngamuk ngamuk dah, pasrah gue.

"Adik ... ooh, Srikandi, ya?" Pita ketawa semringah. Buat Sri, bukan gue. "Yang kelas 12, kan? Sebentar lagi mau UN?"

"Inggih, Kak, inggih bener ini Srikandi!" Sri memekik excited. "Duh, Gusti, Kak Pita inget sama aku. Aku di-notice Kak Pita! Bang, Abang, ternyata Kak Pita masih inget namaku! Kok bisa, tho, Bang? Ya Allah seneng pol!"

Sri mengguncang-guncang lengan gue. Gue bengong, masih mencerna yang barusan terjadi.

Akhirnya, Sri dan nyokap mendapat foto bareng Pita Janari yang mereka idam-idamkan berbulan-bulan ini. Gue yang motoin. Ketiganya masih ngobrol dan saling berterima kasih, ketika seorang bapak paruh baya menghampiri gue.

Bokapnya Pita. Beliau tersenyum menatap gue.

"Nak Hansel, ya?"

Gue balas tersenyum tenang, "Saya, Om," tapi jantung ketar-ketir.

"Saya Papanya Pita. Titip jagain putri saya, ya, Nak Hansel. Pita itu tidurnya sering gelisah kalau kedinginan."

•°•°•

Seumur-umur gue terima endorsement produk/jasa, baru kali ini gue endorse satu-satunya maskapai penerbangan Indonesia penerima 5-star airlines award dari SKYTRAX. Tujuh orang yang terdiri dari travelers dan kru ATW dapat jatah kursi gratis business class, cuma modal beberapa kali take promosi lounge dan layanan kabin. Lumayan banget.

Gue udah cukup tidur di awal penerbangan. Masih lima jam lagi, gue memilih menyalakan in-flight entertainment dan nonton Avengers: Endgame walaupun sebenernya semua film ini udah pernah gue tonton. Tapi daripada gue bengong?

"Hans, oy." Seseorang mencolek lengan gue. Milly. Dia membungkuk di sebelah gue.

Gue melepas headphone dan menggerakkan kepala.

"Tuker seat, dong. Lo kan window seat, tuh. Gue mau vlog."

Gue melongokkan kepala, seat Milly emang kebagian di aisle tengah sama Pita. Di window seat yang berlawanan dengan gue, Pin lagi tidur. Well, gue melepas seat belt dan Milly bersorak tanpa suara.

Gue tukar ke seat Milly. Pita lagi tidur meringkuk ke arah gue, selimutan sampai kepala-kepala. Tinggal muka doang. Beneran pengin gue kunyah bareng gorengan.

Gue berjengit waktu dia menggeliat. Gue kira bakal bangun, ternyata cuma balik badan membelakangi gue. Selimutnya jadi berantakan. Leher hingga tengkuknya terbuka jelas. Pita bergidik beberapa kali. Tangan gue gatal dan nggak bisa nahan buat menaikkan selimut dia lagi. Sekalian gue berdiri, menutup panel AC di atas kepalanya.

Sebelum mulai nonton lagi, gue nyalain wifi buat ngecek notifikasi ponsel. Beberapa gue abaikan dan langsung fokus ke pesan dari manajer gue. Dia kirim laporan hasil penjualan album baru gue.

thanks, sam

sam
anytime, bro

btw ini doang? cuma sales report?

sam
lo maunya apa?

ig gue gimana hari ini?
new followers?

sam
centang biru?
ada, press panorama group

that's it? satu itu doang?

sam
itu doang
gue folback ga nih?
lah lo ngarepnya siapa?

Gue terdiam. Gue melirik cewek yang pulas di sebelah.

Sambil membuang napas panjang, gue menyimpan ponsel kembali ke saku jaket. Ya, apa yang gue harapkan, sih?

•°•°•

NGAREP APA, BAAANG???

Ada yang seneng Sri nongol?

Ntar Mail juga ada tipis-tipis.

Minami-Kusatsu, Shiga, 26 Desember 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro